Konon, diceritakan, Bruder Ottmar menyulap lapangan seminari dengan trik khusus untuk menghasilkan lapangan yang berkualitas. Lapangan dilapisi ijuk. Bayangkan seperti apa permukaan lapangan. Lapangan akan lebih lentur dan empuk serta pantulan bola lebih memanjakan kaki pemain. Sehingga tak heran dari seminari ini, selain menghasilkan bibit imam juga pemain muda berbakat.
Tentu Bruder Ottmar tak terlibat jauh dalam pola pembinaan sepak bola di seminari, di luar itu ia memiliki klub sendiri yang beranggotakan karyawan seminari. Pada jaman itu, klub tersebut dikenal dengan nama "PS Tanjung". Klub ini sangat terkenal dan menyuplai pemain-pemain Garuda Ngada atau PSN Ngada yang merajai sepak bola di NTT. Hal ini tak lepas dari peran Bruder yang tegas dan disiplin ini.
Bekerja dan ber-sepakbola adalah filosofi yang dibangun oleh Bruder Ottmar. Di satu sisi, mereka adalah pekerja seminari, di lain sisi mereka adalah pemain sepakbola. Bruder sangat memperhatikan gizi pemain. Tak heran  pemain jebolan Tanjung bertubuh gempal dan bertenaga. PS Tanjung menjadi klub yang disegani di Ngada. Pengaruh Bruder Ottmar menginspirasi pembinaan sepakbola di seminari.
Dari Mataloko, lahan misi baru dibuka di Patiahu. Bruder Ottmar membawa serta karyawan yang mayoritas adalah pemain sepakbola. Sehingga Patiahu memiliki klub sepakbola sendiri dan selalu mewakili Kecamatan Talibura dalam turnamen antar kecamatan sekabupaten Sikka. Bagi para pemain Patiahu, kalah atau menang, kehidupan makan minum mereka tetap terjamin. Karena di sana, selain melakukan pekerjaan pertanian merangkap pula pekerjaan peternakan sapi dan ayam yang menjadi sumber gizi mereka.
Lagi, ketika berada di Kemah Tabor, saya ingat dengan cerita abang Deny, senior asal Ende, pada masa kuliah di Yogya dulu. Ia menceritakan bagaimana orang tua dan anak-anaknya berbeda pendapat soal dukungan tim  piala dunia. Terutama orang tua yang bekerja di misi seperti seminari atau keuskupan.
Di Ende misalnya, bapak dan anak sering bertengkar  setiap perhelatan piala dunia. Orang tua akan marah bila ketahui anak tak mendukung Jerman atau Belanda. Sementara anak-anaknya lebih memilih mendukung Brasil atau Argentina. Bagi orang tua, Jerman atau Belanda adalah harga mati. Alasan mereka, Jerman atau Belanda yang menghidupkan mereka dan keluarganya.
Represtansi Jerman dan Belanda adalah para  misionaris tersebut. Misionaris yang berkarya di Flores umumnya berasal di Belanda Jerman. Mereka mendapat upah dari para misionaris, sama artinya Jerman atau Belanda yang menafkahi keluarga. He he he ...