Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dari Kemah Tabor Mataloko, Menerawang La Masia, hingga Piala Dunia Rusia

23 Juni 2018   12:28 Diperbarui: 23 Juni 2018   12:45 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gua Maria di Kapela Seminari Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Gua Maria di Kapela Seminari Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Pikiran saya tak berhenti di situ. Kemah Tabor seolah-olah mengajak saya bernostalgia dengan para imam yang saya tidak kenal secara personal. Saya hanya mendengar kisah mereka dari orang-orang atau membaca   napak tilas SVD di Flores dari berbagai tulisan. Sebut saja generasi imam yang sangat terkenal seperti P. Engels SVD, Br. Ottmar SVD, P. Cezlaus SVD (Mohon maaf bila ada kesalahan penulisan nama atau tak semua nama misionaris dituliskan di sini). Pater Cezlaus dengan Kabar Gembiranya, Pater Engels dengan kliniknya, dan Bruder Ottmar dengan sepakbolanya. Pula bernostalgia dengan perjalanan Seminari Mataloko yang telah menghasilkan tokoh masyarakat, gereja dan bangsa.

Papan nama Kemah Tabor Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Papan nama Kemah Tabor Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Bagi masyarakat Ngada pada khususnya, Flores pada umumnya, nama Bruder Ottmar tak asing lagi. Misionaris asal Eropa ini dikenal bertangan dingin menemukan talenta-telanta muda sepakbola. Bila Barcelona dengan La Masia, akademik sepakbolanya, maka Seminari Mataloko memiliki akademik sepakbola dalam versinya sendiri. Tentu tak seperti La Masia yang memiliki program dan pembinaan yang lebih profesional.

Konon, diceritakan, Bruder Ottmar menyulap lapangan seminari dengan trik khusus untuk menghasilkan lapangan yang berkualitas. Lapangan dilapisi ijuk. Bayangkan seperti apa permukaan lapangan. Lapangan akan lebih lentur dan empuk serta pantulan bola lebih memanjakan kaki pemain. Sehingga tak heran dari seminari ini, selain menghasilkan bibit imam juga pemain muda berbakat.

Tentu Bruder Ottmar tak terlibat jauh dalam pola pembinaan sepak bola di seminari, di luar itu ia memiliki klub sendiri yang beranggotakan karyawan seminari. Pada jaman itu, klub tersebut dikenal dengan nama "PS Tanjung". Klub ini sangat terkenal dan menyuplai pemain-pemain Garuda Ngada atau PSN Ngada yang merajai sepak bola di NTT. Hal ini tak lepas dari peran Bruder yang tegas dan disiplin ini.

Bekerja dan ber-sepakbola adalah filosofi yang dibangun oleh Bruder Ottmar. Di satu sisi, mereka adalah pekerja seminari, di lain sisi mereka adalah pemain sepakbola. Bruder sangat memperhatikan gizi pemain. Tak heran  pemain jebolan Tanjung bertubuh gempal dan bertenaga. PS Tanjung menjadi klub yang disegani di Ngada. Pengaruh Bruder Ottmar menginspirasi pembinaan sepakbola di seminari.

Dari Mataloko, lahan misi baru dibuka di Patiahu. Bruder Ottmar membawa serta karyawan yang mayoritas adalah pemain sepakbola. Sehingga Patiahu memiliki klub sepakbola sendiri dan selalu mewakili Kecamatan Talibura dalam turnamen antar kecamatan sekabupaten Sikka. Bagi para pemain Patiahu, kalah atau menang, kehidupan makan minum mereka tetap terjamin. Karena di sana, selain melakukan pekerjaan pertanian merangkap pula pekerjaan peternakan sapi dan ayam yang menjadi sumber gizi mereka.

Penulis berpose di halaman Kemah Tabor Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Penulis berpose di halaman Kemah Tabor Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Jadi, bila mau telusuri sejarah sepakbola di Flores, maka para misionaris memang pantas diperhitungkan. Melalui merekalah, sepakbola menjadi populer di Nusa Bunga. Melalui merekalah anak-anak Flores termotivasi menjadi pemain sepakbola. Sayangnya, banyak pemain berbakat yang kemudian memutuskan menjadi imam atau misionaris. Satu pekerjaan atau panggilan yang menenggelamkan mereka dari dunia sepakbola.

Lagi, ketika berada di Kemah Tabor, saya ingat dengan cerita abang Deny, senior asal Ende, pada masa kuliah di Yogya dulu. Ia menceritakan bagaimana orang tua dan anak-anaknya berbeda pendapat soal dukungan tim  piala dunia. Terutama orang tua yang bekerja di misi seperti seminari atau keuskupan.

Di Ende misalnya, bapak dan anak sering bertengkar  setiap perhelatan piala dunia. Orang tua akan marah bila ketahui anak tak mendukung Jerman atau Belanda. Sementara anak-anaknya lebih memilih mendukung Brasil atau Argentina. Bagi orang tua, Jerman atau Belanda adalah harga mati. Alasan mereka, Jerman atau Belanda yang menghidupkan mereka dan keluarganya.

Represtansi Jerman dan Belanda adalah para  misionaris tersebut. Misionaris yang berkarya di Flores umumnya berasal di Belanda Jerman. Mereka mendapat upah dari para misionaris, sama artinya Jerman atau Belanda yang menafkahi keluarga. He he he ...

Penunjuk arah di kompleks Kemah Tabor Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Penunjuk arah di kompleks Kemah Tabor Mataloko, Flores, NTT (Foto: Dok. Pribadi)
Jadi, ketika berada di depan Kemah Tabor, tak hanya menyaksikan keunikan arstiktetur gedung ini melainkan nilai-nilai historis di baliknya serta masa lalu yang pernah tercipta di tempat ini. Kemah Tabor dapat menjadi titik refleksi, merenungi dan menyontek pembinaan sepakbola ala Bruder Ottmar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun