Hari ini saya dapat kabar melalui Messenger. Informasi darurat. Warga mengalami sakit paru-paru dan jantung kondisinya parah, dari gejalanya terpapar Covid-19. Sudah menghubungi Rumah Sakit terdekat, tapi tidak menerima dengan alasan pasien penuh.Â
"Saudara saya sakit parah, ada kenalan medis di Rumah Sakit kah, atau siapa yang tahu Rumah Sakit mana yang hari ini terima pasien..?. Demikian pesan singkat di Messenger itu.Â
Saya ambil gawai dan menuliskannya di mesin pencari dengan kata kunci salah satu Rumah Sakit "pelat merah". Tautan ditemukan, saya hanya mendapati laman yang didanai APBD itu hanya menayangkan profil Rumah Sakit saja, berbasis informasi bukan berbasis layanan.
Padahal saya membayangkan pemerintah daerah menyediakan akses layanan publik melalui sistem informasi yang canggih agar mudah dijangkau. Bisa diakses oleh warga kampung yang jauh dari kota
Layaknya perusahaan travel yang menghadirkan platform layanan hotel, pelanggan dengan mudah memperoleh informasi hotel mana saja yang kosong, jenis layanan dan taripnya. Dalam waktu yang sama pelanggan dapat memesan dan melakukan pembayaran. Terlayani saat itu juga. Simpel!
Beruntung, Saya memperoleh tautan dari Staf Saya. Sebuah layanan dari Kementerian Kesehatan. Namanya "Siranap", Sistem Informasi Rawat Inap. Walaupun tak secanggih 'marketplace' sistem ini setidaknya menjadi solusi kemana pasien Covid khususnya harus dibawa.Â
Dalam situasi krisis seperti sekarang, informasi 'status' layanan publik sangat dibutuhkan secara cepat. Informasi yang 'real time' dapat memberikan kepastian layanan sehingga mengurai persoalan antrian, waktu tunggu, material, biaya, orang yang bertugas, dan lain-lain.
Situasi ini adalah contoh kecil dari kondisi mendesak. Membutuhkan cara baru agar persoalan dapat diselesaikan dalam waktu yang tepat dan singkat. Karena bila telat ada kehidupan yang tamat.Â
Shifting
Sejak WHO (World Health Organization atau Badan Kesehatan Dunia) secara resmi mendeklarasikan virus corona (COVID-19) sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020 dunia menjadi gempar.Â
Berbagai negara memberlakukan lockdown atau dengan bahasa lain pembatas aktivitas manusia. Hal Ini dilakukan untuk melokalisir penyebaran virus.Â