Mohon tunggu...
Azzam Fachriza
Azzam Fachriza Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Gaya dan Tipe Kepemimpinan Donald John Trump Pada Era Kepresidenan Amerika Serikat

25 Agustus 2024   23:30 Diperbarui: 25 Agustus 2024   23:32 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Trump telah menyebabkan polarisasi politik yang tajam di Amerika Serikat. Pendekatannya yang konfrontatif dan sentralistik mengundang kecaman dari lawan politik dan sebagian publik yang menganggapnya mengancam prinsip-prinsip demokratik dan pluralisme.

Gaya kepemimpinan Trump telah merusak kepercayaan pada institusi-institusi penting seperti media, peradilan, dan lembaga pemerintahan. Serangannya yang terus-menerus terhadap lembaga-lembaga ini telah memperdalam ketidakpercayaan publik dan melemahkan legitimasi institusional.

Meskipun pendekatan ini kontroversial, gaya kepemimpinan Trump berhasil memperkuat basis pendukungnya yang melihatnya sebagai pemimpin kuat yang berani melawan status quo. Pendekatannya yang langsung dan tegas dianggap sebagai tanda kekuatan dan ketegasan dalam menghadapi tantangan domestik dan internasional.

Secara keseluruhan, kepemimpinan Trump yang otoriter dan terpusat mencerminkan kecenderungannya untuk memprioritaskan kendali langsung dan loyalitas pribadi. Pendekatan ini telah membentuk lanskap politik Amerika Serikat secara signifikan, dengan dampak yang masih terasa jauh setelah masa kepresidenannya berakhir.

Pengaruh Geopolitik dan Kebijakan Luar Negeri pada Gaya Kepemimpinan Donald Trump

Gaya kepemimpinan Donald Trump dalam kebijakan luar negeri sangat dipengaruhi oleh pandangan nasionalisnya, pendekatan transaksional, dan keinginannya untuk mereformasi dan menantang tatanan internasional yang ada.

  • Pendekatan "America First" (Amerika yang Utama),Slogan "America First" mencerminkan fokus Trump pada kepentingan nasional Amerika di atas aliansi tradisional atau komitmen multilateral. Ini berarti memprioritaskan pekerjaan, ekonomi, dan keamanan Amerika dalam setiap keputusan kebijakan luar negeri. Trump menarik Amerika Serikat dari beberapa perjanjian internasional yang dia anggap tidak menguntungkan, seperti Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, kesepakatan nuklir Iran (JCPOA), dan Perjanjian Perdagangan Trans-Pasifik (TPP). Langkah-langkah ini menunjukkan penolakannya terhadap perjanjian multilateral yang menurutnya merugikan AS.
  • Pendekatan Transaksional dan Bisnis, Trump melihat kebijakan luar negeri sebagai serangkaian kesepakatan yang harus menguntungkan Amerika Serikat. Dia menekankan pentingnya menegosiasikan ulang perjanjian dagang seperti NAFTA, yang kemudian digantikan oleh USMCA (United States-Mexico-Canada Agreement). Kebijakan tarif yang keras terhadap China dan negara-negara lain adalah contoh dari pendekatan transaksionalnya. Trump percaya bahwa tarif dapat digunakan sebagai alat negosiasi untuk memaksa negara-negara lain membuat kesepakatan yang lebih menguntungkan AS.
  • Kritik terhadap Aliansi dan Organisasi Internasional, Trump sering mengkritik anggota NATO karena tidak membayar bagian yang adil untuk pertahanan kolektif, mendorong mereka untuk meningkatkan pengeluaran militer mereka. Ini mencerminkan keinginannya agar sekutu membagi beban pertahanan secara lebih merata. Trump memandang organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sebagai tidak adil bagi AS dan sering kali mengkritik mereka karena bias atau tidak efektif.
  • Pendekatan Konfrontatif terhadap China, Trump melancarkan perang dagang dengan China, memberlakukan tarif pada ratusan miliar dolar barang impor China dengan tujuan mengurangi defisit perdagangan AS dan memaksa China untuk mengubah praktik perdagangannya, termasuk masalah hak kekayaan intelektual. Trump juga mengambil sikap keras terhadap perusahaan teknologi China seperti Huawei dan TikTok, dengan alasan keamanan nasional. Ini mencerminkan keprihatinannya tentang dominasi teknologi dan pengaruh ekonomi China.
  • Hubungan Pribadi dengan Pemimpin Dunia, Trump lebih memilih diplomasi berbasis hubungan pribadi, sering kali mencoba membangun hubungan langsung dengan pemimpin dunia seperti Vladimir Putin (Rusia), Kim Jong-un (Korea Utara), dan Xi Jinping (China). Pendekatan ini mencerminkan gaya bisnis Trump yang lebih informal dan langsung.  Trump sering kali dikritik karena tampaknya lebih nyaman berurusan dengan pemimpin otoriter daripada dengan sekutu tradisional AS. Contohnya termasuk pujiannya terhadap pemimpin seperti Kim Jong-un dan Duterte (Filipina), yang dilihat sebagai pengabaian terhadap hak asasi manusia dan demokrasi.
  • Penekanan pada Kekuatan Militer dan Keamanan, Trump meningkatkan anggaran pertahanan AS dan menekankan pentingnya membangun dan mempertahankan kekuatan militer yang kuat. Ini sejalan dengan pandangannya bahwa kekuatan militer adalah komponen penting dari kebijakan luar negeri yang efektif. Trump sering menggunakan sanksi ekonomi sebagai alat kebijakan luar negeri, baik terhadap negara seperti Iran dan Venezuela maupun individu yang dianggap sebagai ancaman terhadap kepentingan AS.
  • Keputusan Tidak Konvensional, Trump mengambil langkah yang tidak konvensional dengan bertemu langsung dengan Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara. Meskipun hasil konkrit dari pertemuan ini diperdebatkan, ini mencerminkan pendekatannya yang berani dan tidak ortodoks dalam menangani tantangan global. Trump membuat keputusan kontroversial untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar AS ke sana. Langkah ini, meskipun disambut baik oleh Israel, memicu kritik internasional dan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.

Dampak Gaya Kepemimpinan Trump dalam Kebijakan Luar Negeri

Pendekatan Trump telah menantang tatanan internasional yang telah mapan, menciptakan ketidakpastian di antara sekutu dan lawan. Sifat tidak dapat diprediksi dari kebijakannya telah memaksa banyak negara untuk menyesuaikan kembali pendekatan mereka terhadap AS. Kepemimpinannya telah menyebabkan polarisasi dalam hubungan internasional, dengan beberapa negara menyambut pendekatan baru AS, sementara yang lain merasa terasing atau bahkan bermusuhan. Kebijakan luar negeri Trump yang berbasis pada prinsip "America First" telah menekankan pentingnya mempertahankan kepentingan nasional AS, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang komitmen AS terhadap aliansi dan multilateralisme di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun