Penggunaan pohon konflik dapat membantu untuk lebih memahami kompleksitas konflik Rusia-Ukraina dan untuk mengidentifikasi bidang-bidang di mana intervensi mungkin paling efektif. Dengan memecah konflik menjadi bagian-bagian komponennya, pohon tersebut dapat membantu mengungkap masalah dan dinamika mendasar yang mendorong konflik, serta titik pengaruh potensial untuk penyelesaian konflik. Hal ini dapat menginformasikan pengembangan intervensi yang lebih terarah dan efektif yang mengatasi akar penyebab konflik daripada hanya gejala permukaannya.
 Berikut akan kami tampilkan Ilustrasi pohon konflik dalam konflik Rusia-Ukraina
Batang Pohon
Batang pohon pada gambar diatas mempresentasikan isu konflik itu sendiri, yaitu konflik Rusia-Ukraina
Akar pohon
Pada gambar diatas mempresentasikan penyebab/asal mula konflik. Terdiri dari beberapa factor, yaitu:
Faktor Sejarah
Putin sejak awal mengklaim bahwa Ukraina dan Rusia adalah satu bangsa, Nampak dari pidatonya pada Maret 2014. Faktanya, pada abad 18-19, Ukraina merupakan bagian dari kerajaan Rusia. Lalu pada 1917, pasukan revolusi Rusia berhasil meruntuhkan kerajaan ini. 1917-1927 merupakan tahun Ukraina berjuang mendapatkan kemerdekaannya. Setelah akhirnya berhasil merdeka, dalam waktu yang singkat Uni Soviet merebut Kembali Kawasan ini dan menjadikan Ukraina bagian dari Uni Soviet.
Setelah Uni Soviet runtuh, Wilayahnya terpecah menjadi 15 negara bagian, seperti Estovia, Latvia, Lithuania, Belarus, Ukraina, Polandia, Georgia dan wilayah-wilayah lainnya. Berdasarkan sejarah inilah, Putin mengklaim bahwa beberapa bagian dari Ukraina merupakan bagian dari Rusia, karena memang wilayah mereka berbatasan langsung. Pada akhirnya, Maret 2014 terjadilah aneksasi yang dilakukan Rusia kepada semenanjung Krimea.Â
Selain itu, Putin mengklaim bahwa Krimea merupakan bagian dari Rusia karena mayoritas etnik di Krimea merupakan etnik Rusia. Selain aneksasi di Krimea. Pasukan separatis pro-Rusia juga 'memerdekakan' wilayah Donetsk and Luhansk, Bagian Timur Ukraina yang berbatasan langsung dengan Rusia. Sejak saat itulah konflik yang terjadi meningkat dan menimbulkan korban jiwa ribuan orang, sebelum akhirnya dapat diredam sementara oleh perjanjian Minsk.pada 2015.