Mohon tunggu...
azzahra syahrani
azzahra syahrani Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiwi akuntansi perpajakan

Suka melihat keindahan dunia

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penerapan Manajemen Modal Kerja dalam Kinerja Keuangan Perusahaan

21 Mei 2024   22:33 Diperbarui: 22 Mei 2024   07:26 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEMBAHASAN

  •  
  • Manajemen Modal Kerja 
  • Modal kerja sebagai acuan dalam mengukur tingkat efisiensi modal utama perusahaan. Maka untuk mengukur tingkat efisiensi modal terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan diperlukan modal kerja. Perusahaan memerlukan sumber pendanaan untuk membiayai operasional sehari-hari. Sebab itu, manajemen modal kerja sangat penting bagi kinerja keuangan perusahaan karena apabila terjadi kesalahan dalam pengelolaan modal kerja akan mengganggu kegiatan operasional perusahaan dalam mempengaruhi tingkat profitabilitas serta mengganggu likuditas perusahaan. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup suatu perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profitabilitas perusahaan. Perusahaan dalam menghasilkan laba harus dipastikan perusahaan beroperasi secara maksimal. Profitabilitas dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan (Wijaya, 2016).
  • Menurut Handoko (1999) efesiensi modal kerja itu merupakan ketetapan cara (usaha dan kerja) dalam menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu, tenaga, biaya dan kegunaan berkaitan penggunaan modal kerja yaitu mengupayakan agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan. Sedangkan menurut Harahap (2013:288) bahwa modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar atau sebagian dana yang tersediauntuk diinvestasikan dalam aktiva tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar.
  • Menurut Fahmi (2013: 100) menyatakan bahwa modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka pendek kas, suratsurat berharga, persediaan dan piutang.
  • Menurut kasmir (2012: 250), modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.
  • Beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam harta jangka pendek atau aktiva lancar. Secara sederhana dalam praktik sehari-hari modal kerja didefinisikan sebagai harta lancar dikurangi kewajiban lancar, dan definisi ini dikenal dengan modal kerja bersih.
  • Menurut Munawir (2010:14) ada tiga konsep modal kerja yang umum digunakan, yaitu:
  • a) Konsep kuantitatif. Konsep ini menitik beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin atau menunjukan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).
  • b) Konsep kualitatif. Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancer terhadap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun para pemilik perusahaan.
  • c) Konsep fungsional. Konsep ini mendasarkan pada fungsi dana yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Setiap dana yang dialokasikan pada berbagai aktiva dimaksukan untuk memperoleh pendapatan. Konsep kerja fungsional merupakan konsep mengenai modal yang digunakan untuk menghasilkan current income
  • Elemen modal kerja dihitung perputarannya, semakin cepat tingkat perputaran masing-masing elemen modal kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien. Jika perputaran semakin lambat, maka penggunaan modal kerja dalam perusahaan kurang efisien. Masing-masing elemen modal kerja tersebut wajib dikelola agar berada pada keadaan optimal.
  • 1) Kas (cash)
  • Kas (cash) merupakan aset yang paling liquid, mencakup mata uang yang tersedia dan dana pada deposito (Subramanyam, 2017: 249). Kas dan surat berharga lazim disebut alat liquid. Investasi pada alat liquid adalah karena adanya ketidak pastian antara arus kas masuk dan keluar. Pengertian kas adalah seluruh uang tunai yang ada di tangan (cash on hand) dan dana yang tersimpan di bank dalam berbagai bentuk seperti deposito dan rekening Koran.
  • Investasi berupa kas dan surat berharga merupakan investasi pada aktiva dengan resiko lebih kecil dari pada investasi berupa barang atau proyek maka hasil pengembalian (return) yang diperoleh pun lebih kecil.
  •      Tujuan dasar pengelolaan kas adalah untuk meminimumkan saldo kas dengan tetap memperhatikan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajinannya. Untuk menentukan kas yang optimal sangat tergantung atas trade off antara tingkat Bungan dengan biaya transaksi. Jika kondisi yang datang diketahui dengan pasti, maka akan sangat mudah menentukan jumlah kas yang optimal. Kas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo.
  • Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis arus kas merupakan analisis terhadap laporan arus kas perusahaan. Analisis arus kas mencerminkan sumber penerimaan dan tujuan pengeluaran kas perusahaan. Analisis arus kas penerimaan dan pengeluaran kas ini akan dilakukan terhadap tiga aktivitas yang ada dalam laporan arus kas yaitu aktivitas operasi, pendanaan dan investasi. Karena kas sangat diperlukan bagi operasi perusahaan.
  • 2) Piutang (Accaunt Receivable)
  • Piutang (receivables) merupakan jumlah yang harus dibayarkan perusahaan yang timbul akibat penjualan produk atau jasa, atau dari uang muka (peminjaman uang) kepada perusahaan lain (Subramanyam, 2017: 250). Banyaknya dana perusahaan yang terkait dalam piutang sangat ditentukan oleh volume penjualan kredit, syarat pembayaran kredit, ketentuan pembatasan kredit, kebijaksanaan pengumpulan piutang, dan kebiasaan membayar dari para langganan (Riyanto, 2011).
  • Peningkatan penjualan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Piutang adalah hak atau tuntutan terhadap debitur yang timbul karena penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit. Pemberian kredit pada konsumen umumnya dilakukan untuk memperbeasar penjualan. Peningkatan piutang juga membutuhkan tambahan biaya untuk analisis kredit dan penagihan piutang serta kemungkinan piutang yang macet tak tertagih.
  • Piutang harus dikelola dengan baik, oleh karena itu diperlukan analisis ekonomi yang bertujuan untuk menilai apakah manfaat memiliki piutang lebih besar atau lebih kecil dari biayanya. Apabila manfaat lebih besar dari biaya, maka memiliki piutang dapat dibenarkan secara ekonomi. Mengendalikan piutang, perusahaan perlu menetapkan kebijakasanaan kreditnya. Kebijaksanaan tersebut berfungsi sebagai standar pengendalian kredit. Semakin longgar persyaratan pembayarannya maka jumlah piutang yang tertanan dalam operasionalnya akan semakin besar.
  • 3) Persediaan (inventory)
  • Persediaan (Inventory) merupakan barang yang dimiliki untuk dijual sebagai bagian dari operasi bisnis normal perusahaan. Dengan mengecualikan organisasi jasa tertentu, persediaan merupakan aset yang dibutuhkan dan penting bagi perusahaan. Pemerikasaan dengan cermat atas persediaan perlu dilakukan karena persediaan merupakan komponen penting dalam aset operasi dan secara langsung memengaruhi penentuan laba (Subramanyam, 2017: 255).
  • Adanya modal kerja sangatlah penting di dalam perusahaan, manajer perusahaan harus bias merencanakan dengan baik besarnya jumlah modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena jika terjadi kelebihan atau kekurangan dana hal ini akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan (Supriadi dan Fazriani, 2011). Persediaan dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu : perlengkapan (supplies), bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi (Brigham, 2010). Besarnya nilai persediaan ditentukan oleh kebijakan pengelolaan persediaan dan proses produksi perusahaan.
  • Investasi yang paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian besar perusahaan industri yaitu persediaan dikatakan investasi karena terikatnya modal dalam persediaan sehingga tidak dapat dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan lain.
  • Jenis-Jenis Modal Kerja
  • Masing-masing dari perusahaan memiliki jenis modal kerja yang berbeda-beda, termasuk akan kebutuhan modal kerja dari waktu ke waktu dalam satu periode belum tentu sama. Hal tersebut disebabkan karena perubahanperubahan proyeksi volume produksi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Perubahan ini kemungkinan disebabkan adanya permintaan yang tidak sama dari waktu ke waktu, seperti halnya adanya permintaan yang disebabkan oleh musiman. Menurut Jumingan (2009: 71) modal kerja menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai berikut :
  • a. Modal kerja permanen Modal kerja permanen merupakan jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja permanen ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
  • 1) Modal kerja primer adalah modal kerja minimum yang harus aada pada perusahaan untuk menjamin kuantitas usahanya.
  • 2) Modal kerja normal yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
  • b. Modal kerja variabel Modal kerja variabel yakni modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan. Modal kerja variabel ini terdiri atas tiga bagian:
  • 1) Modal kerja musiman adalah sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan.
  • 2) Modal kerja siklis merupakan modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fliktuasi konjungtor.
  • 3) Modal kerja darurat adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan.
  •  Manajer keuangan tidak lagi kesulitan sulit dalam mencari sumber pembelanjaan yang sesui untuk membiayai modal kerjanya kerena Adanya penggolongan modal tersebut. Misal modal kerja permanen sumber dananya berasal dari kredit jangka panjang atau modal sendiri, sedangkan modal kerja variabel berasal dari kredit bank, hutang jangka pendek, obligasi dan kredit perdagangan.
  • Pentingnya Modal Kerja
  • Penyediaan modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup besar agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis 14 dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya mampu menutupi kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau bahkan keadaan darurat tanpa membahayakan keuangan perusahaan.
  • Pentingnnya modal kerja bagi perusahaan memegang peranan yang tinggi. Apabila perusahaan tidak memiliki kecukupan modal kerja maka akan menghambat kegiatan operasi perusahaan, dan kesempatan untuk meningkatkan penjualan serta memperoleh tambahan pendapatan dapat tertunda. Dilain pihak kekurangan modal kerja akan mengurangi tingkat likuitias badan usaha apabila kewajiban membayar utang jangka pendeknya terhambat. Modal kerja diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan opersional perusahaan (Sartono, 2010: 133).
  • Manfaat dari modal kerja menurut Jumingan (2009: 66), adalah berikut ini:
  • a. Melindungi perusahaan dari akibat buruk seperti turunnya aktiva lancar, berupa adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harga merosot.
  • b. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiaban jangka pendek tepat waktu.
  • c. Memungkinkan perusahaan agar dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga ata diskon.
  • d. Menjamin perusahaan memiliki kredit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti halnya kebakaran, pencurian dan kecelakaan-kecelakaan lainnya yang tak terduga.
  • e. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan pelanggannya.
  • f. Memungkinkan perusahaan agar dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan atau konsumennya.
  • g. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih baik dan efisien karena tidak adanya kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan suplai yang dibutuhkan. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
  • Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
  • Sumber-sumber modal kerja
  • Kebutuhan akan modal kerja mutlak disediakan perusahaan dalam berbagai bentuk. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan modal kerja yang dapat dicari sebagai sumber yang ada. Sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan kenaikan passive. Berikut ini beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan menurut (Kasmir, 2012: 221) yaitu :
  • 1) Hasil Operasi Perusahaan Pendapatan atau laba yang diperoleh pada periode tertentu. Pendapatan atau laba yang diperoleh perusahaan ditambah dengan penyusutan. Seperti cadangan laba, atau laba yang belum dibagi. Selama laba yang belum dibagi perusahaan dan belum atau tidak diambil pemegang saham, maka akan menambah modal kerja perusahaan. Namun modal kerja inisifatnya hanya sementara waktu saja dalam waktu yang relative tidak terlalu lama.
  • 2) Keuntungan penjualan surat berharga Keuntungan penjualan surat berharga juga dapat digunakan untuk keperluan modal kerja. Besarnya selisih antara harga beli dan harga 16 jual surat berharga tersebut. Namun sebaliknya jika terpaksa harus menjual surat berharga dalam kondisi rugi, maka otomatis akan mengurangi modal kerja.
  • 3) Penjualan saham dan obligasi Perusahaan melepas sejumlah saham dan obligasi yang masih dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak. Hasil penjualan ini dapat digunakan sebagai modal kerja, sekalipun kebiasaan (prioritas) dalam manajemen keuangan hasil penjualan saham lebih ditekankan untuk kebutuhan investasi jangka panjang
  • 4) Penjualan aktiva tetap Aktiva tetap yang dijual adalah yang kurang produktif atau masih menganggur. Hasil penjualan ini dapat dijadikan uang kas atau piutang sebesar harga jual.
  • 5) Memperoleh pinjaman dari kriditor (bank/lembaga lainnya) Memperoleh pinjaman dari kriditor (bank/lembaga lainnya), terutama pinjaman jangka pendek, khusus untuk pinjaman jangka panjang juga dapat digunakan, hanya saja peruntukan pinjaman jangka panjang biasanya digunakan untuk kepentingan investasi. Dalam praktiknya, terutama didunia perbankan ada yang dikhususkan untuk digunakan sebagai modal kerja, walaupun tidak menambah aktiva lancar.
  • Penggunaan Modal Kerja
  • Penggunaan modal kerja dapat menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan perubahan atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
  • Munawir, (2010: 125-127) penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja, adalah sebagai berikut :
  • 1) Pembayaran biaya-biaya perusahaan. Hal ini dapat ditentukan dengan menganalisa laporan perhitungan laba rugi dari perusahaan.
  • 2) Kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat-surat berharga atau efek maupun kerugian-kerugian insidentil lainnya.
  • 3) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuantujuan tertentu dalam waktu jangka panjang.
  • 4) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang, atau aktiva tidak lancar yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar lainnya sehingga mengurangi modal kerja perusahaan.
  • 5) Pembayaran hutuang-hutang jangka panjang.
  • 6) Pengambilan uang tunai atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi.

2.5. Kebijakan Modal Kerja

  • Setiap perusahaan tentu memiliki kebijakan yang berbeda dalam mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan perusahaan kebijakan dalam pengelolaan modal kerja juga berbeda-beda. Menurut Sudana (2011: 79) ada tiga tipe kebijakan modal kerja yang kemungkinan digunakan oleh perusahaan seperti halnya berikut ini:
  • a. Kebijakan konservatif Kebijakan modal kerja konservatif adalah modal kerja yang dilakukan dengan hati-hati. Kebijakan konservatif ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.
  • b. Kebijakan agresif Pada kebijakan agresif ini sebagian modal kerja permanen dibelnajai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja permanen dan modal kerja variabel dibelanjai oleh sumber dana jangka pendek.
  • c. Kebijakan moderat Kebijakan moderat ini aktiva yang bersifat tetap yaitu aktiva tetap dan modal kerja permanen dibelanjai oleh sumber dana jangka panjang, sedangkan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek. Kebijakan moderat mencerminkan kebijakan manajemen yang konservatif sekaligus agresif. Kebijakan ini memisahkan secara tegas bahwa kebutuhan modal kerja yang sifatnya tetap dibelanjai dengan sumber modal yang permanen atau sumber dana yang berjangka panjang. Sumber modal permanen seperti halnya saham, sedangkan sumber modal berjangka panjang yang lain seperti obligasi atau hutang jangka panjang.
  • 2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja menurut Jumingan (2009:69) adalah sebagai berikut :
  • a. Sifat umum atau tipe perusahaan. Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa relatif lebih rendah sebab investasi dalam setiap persediaan dan piutang dalam pencairannya yang relative lebih cepat, hal ini berbeda dengan perusahaan indistri yang memerlukan modal kerja yang cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan dan piutang yang relative rendah.
  • b. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang maka semakin besar modal kerja yang dibutuhkan.
  • c. Syarat pembelian dan penjualan. Dalam syarat kredit yang menguntungkan dalam pembelian akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan. Sedangkan syarat kredit penjualan, semakin lunak (jangka kredit yang lebih panjang) diberikan kepada pelanggan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan dalam piutang.
  • d. Tingkat perputaran persediaan. Semakin sering persediaan diganti dan terjual (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan atau barang akan semakin rendah untuk mencapai tingkat persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien.
  • e. Tingkat perputaran piutang. Kebutuhan modal kerja biasanya tergantung pada periode waktu yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja akan semakin rendah atau kecil.
  • f. Pengaruh konjungtur. Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan pada dasarnya cenderung membeli barang lebih banyak dan memanfaatkan harga yang masih rendah sebaliknya pada periode depresi volume perdagangan menurun, perusahaan akan cepat-cepat berusaha menjual barangnya dan menarik piutang.
  • g. Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek. Menurunnya nilai riil dibanding dengan harga buku dan surat-surat berharga, persediaan barang dan piutang akan menurunkan modal kerja. Untuk melindungi perusahaan dari hal yang tidak terduga dibutuhkan modal kerja yang relative besar dalam bentuk kas atau surat-surat berharga lainnya.
  • h. Pengaruh musim perubahan yang dipengaruhhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relative pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam beberapa bulan menjelang puncak penjualan.
  • i. Credit rating dari perusahaan. Jumlah modal kerja, dalam bentuk termasuk surat-surat berharga, dan yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tengantung kepada kebijakan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas ini tergantung pada : credit rating dari perusahaan (kemampuan meminjam uang dalam waktu jangka pendek), perputaran persediaan dan perputaran piutang, dan kesempatan mendapatkan diskon dalam pembelian.

2.7. Kinerja Keuangan 

Kinerja keuangan mempunyai arti yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami perkembangan atau tidak mengalami perkembangan dan mengetahui keluar masuknya dana yang tertanam dalam perusahaan kemudian memperoleh hasil usaha di masa yang akan datang. Menurut Sartono (2009,h.8), kinerja keuangan adalah manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.

Sedangkan menurut Irham (2011,h.2), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan keuangan dengan baik dan benar. Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan adalah suatu analisis untuk melihat sejauh mana perusahaan melaksanakan keuangan yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk invetasi secara efektif dan efisien.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rasio profitabilitas untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam meraih laba pada tahun berjalan maupun tahun-tahun sebelumnya (Wibisono, 1997, h.36). Hal ini penting karena untuk menilai suatu keberhasilan perusahaan. Para investor biasanya sangat memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas penggunaan modalnya.

Sedangkan menurut Anoraga (2004,h.300), profitabilitas adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, baik dihubungkan dengan penjualan, maupun dihubungkan dengan aktiva yang menghasilkan keuntungan tersebut, atau dihubungkan dengan modal sendiri. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. nlisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.

Secara umum ada 5 tahap yang dilakukan untuk menganilis kinerja keuangan suatu perusahaan yaitu :

a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan. Tujuan melakuka review adalah agar laporan keuangan yang sudah dibuat sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi.

b. Melakukan perhitungan. Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.

c. Melakukan perbandingan terrhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. Maksudnya disini adalah membandingkan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Dalam melakukan perbandingan ada dua metode umum yang sering digunakan yang pertama yaitu time series analysis adalah untuk membandingkan secara antar waktu atau antar periode. Kedua yaitu cross sectional approach addalah mellakukan perbandingan terhadap hasil hitunngan rasio-rasio yang telah dilakukan antara suatu perusahaandan perusahaan lainnya yang dilakukan secara bersamaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun