Mohon tunggu...
Azzahra Salsa Nabila
Azzahra Salsa Nabila Mohon Tunggu... Siswa

Suka membaca, menulis dan menggambar. Walaupun saya masih pemula

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Parahnya CyberBullying di Indonesia! Pentingnya Edukasi dalam Sosial Media

18 Februari 2024   17:05 Diperbarui: 22 Februari 2024   07:19 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

"Pada zaman sekarang, kita bukan hanya harus menjaga lidah. Namun juga menjaga jari kita. "

Di zaman modern sekarang, kita sudah tidak asing lagi dengan sosial media. Berdasarkan hasil survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 215,63 juta orang pada periode 2022-2023. Tingginya pengguna internet di Indonesia terkadang masih kurangnya edukasi mereka akan dunia maya. Apalagi Indonesia pernah mendapat julukan sebagai "Salah satu negara paling tidak sopan se-Asia Tenggara" dalam media massa. Hal itu juga dapat dikarenakan para netizen Indonesia kurangnya literasi dan bijaknya dalam berkomentar. Membuat cyberbullying di Indonesia pun ikut meningkat.

Seperti yang kita tahu. Beberapa aplikasi sosial media yang sering digunakan oleh para pengguna di indonesia yaitu Instagram, Facebook, X, Youtube, dan lain sebagainya. Dan tidak sedikit didalam sosial media yang sudah saya sebutkan terjadi tindakan cyberbullying yang telah dilakukan para netizen di konten-konten didalamnya. Cyberbullying bisa juga terjadi di game online dan berbagai media platform yang media chatting untuk para penggunanya.

Cyberbullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh suatu kelompok atau individu menggunakan media elektronik yang secara terus menerus menyerang terhadap seseorang dalam media massa. Akibat hal tersebut, orang-orang yang mengalami cyberbullying akan merasa rendah diri, depresi, pemarah, gelisah, bahkan bunuh diri jika hujatan yang mereka terima terus-menerus dan psikologi sang korban akan terganggu.

Sang korban juga akan mengalami penurunan prestasi, sering untuk menyendiri bahkan menarik diri dari lingkungan sosial. Dan masih banyak lagi hal-hal negatif yang dialami oleh sang korban. Hal itu juga tidak luput dari bagaimana cara penanganan dari para pengguna sosial dalam menerima sebuah informasi dan konten-konten di media massa.

Kita sebagai pengguna sosial yang baik, bijaklah dalam memilah sebuah informasi dan berkomentar terhadap seseorang. Pada zaman sekarang, kita bukan hanya menjaga lidah, namun kita juga harus menjaga jari kita dalam berkomentar di media sosial. Edukasi yang baik akan menghindari kita dari sebuah informasi palsu yang disebarkan oleh seseorang dan cara kita menyikapi sikap tidak sopan seseorang di dunia maya.

Faktor umur juga dapat dijadikan sebagai faktor cyberbullying. Dimana anak-anak dibawah umur sudah dapat bermain sosial media tanpa pengawasan oleh orang dewasa, membuat mereka melakukan hal-hal diluar kendali mereka. Seperti mengikuti sebuah berita hoax dan langsung menghujat seseorang tanpa tahu itu sebuah berita palsu atau benar. Menyebabkan cyberbullying di Indonesia semakin meningkat. Namun hal itu juga dapat membuat anak dibawah umur mendapatkan cyberbullying dan mendapat gangguan psikis pada usia muda.

Itulah juga pentingnya dari pengawasan dan didikan dari orang dewasa dalam media massa. Tapi itu juga bukan berarti bahwa orang dewasa tidak perlu edukasi dan memilah sebuah informasi. Namun, kitalah yang seharusnya mencari kebenaran dari sebuah informasi dari dunia maya agar tidak semua orang terpengaruh terhadap sebuah berita keburukan terhadap seseorang.

Apalagi pada masa pemilu saat ini, banyak sekali dari berbagai golongan menyuarakan pendapat mereka di sosial media dan tidak sedikit dari mereka mengkritik satu sama lain. Pada masa panas-panasnya saat ini, berbagai oknum saling menjatuhkan satu sama lain untuk mendapat perhatian publik. Tentu ini tidak dapat dibenarkan dari berbagai pihak mana pun. 

Sebagai penggunaan media maya yang baik, pada masa-masa inilah kita harus lebih teliti lagi dalam menerima  berbagai informasi yang disampaikan di publik maupun media sosial. Hanya karena kita salah menerima sebuah informasi, kita salah memilih seorang pemimpin nantinya. 

Kita harus lebih bijak lagi dalam memilah informasi dalam media maya. Apalagi banyak oknum-oknum yang berusaha saling menjatuhkan serta beberapa pengikut yang ikut serta menjelekkan anggota lainnya. Berusahalah untuk bersikap netral dan tidak mengikuti arus media maya. Cari informasi yang faktual untuk membuat dirimu lebih yakin. 

Apalagi jika kita saling menjatuhkan, kita sama saja melakukan . Kita akan mengikuti arus dan saling menghina dan merasa lebih baik dibandingkan pengguna lainnya, membuat keributan di media massa. 

Sebab itu, mari kita menggunakan pikiran yang lebih tenang lagi untuk menghadapinya, tanpa perlu menghina atau menjatuhkan. Gunakan edukasi yang kita punya sebaik mungkin untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. 

Menjalajah secara online dapat memberi kita akses ke banyak informasi,tetapi itu juga berarti membuat kita terbuka terhadap berbagai kemungkinan penyalahgunaan atau berperilaku salah dalam sosial media. Dalam melakukan interaksi dalam sosial media kita harus berhati-hati dan bijak, karena cyberbullying dapat meninggalkan jejak digital, dalam sebuah rekaman atau catatan yang berguna dan memberikan bukti ketika membantu menghentikan perilaku salah ini.

Adapun cara kita untuk menghindari sifat cyberbullying yaitu, 'Resurrection'. 'Remember they are human', ingat bahwa mereka adalah manusia. Kita tidak berhak untuk menghujat atau menhina mereka hanya karena konten mereka tidak sesuai dengan selera kita. Jika pun mereka membuat konten menyimpang, cukup memberi tahu sebuah faktanya dan unfollow saluran mereka. 

'Surround yourself with positive things', ikutilah saluran maupun konten-konten yang dapat berdampak positif pada kehidupan kita. Hal ini dapat membuat kita merasa positif dalam melakukan kegiatan dan berbagai situasi. 

'Read before taking action', saat membaca sebuah berita atau konten, kita harus membaca lebih teliti dan tidak mudah diprovokasi oleh informasi yang bersifat bombastis atau provokasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah tidak asing dengan sosial media. Dalam sosial media, kita dapat mendapatkan berbagai macam hiburan, edukasi yang mendidik, serta berbagai aktifitas lainnya.
Namun tidak semua pengguna media sosial dapat menggunakannya dengan baik dan bijak. Sebab itulah kita harus menambah wawasan yang kita punya. 

Salah satu korban dari cyberbullying adalah seorang murid SMK hingga ia menjadi hilang percaya diri dan sempat berniat berhenti dari praktik kerja lapangan (PKL) yang sedang ia lakukan. Disebabkan oleh Luluk Sofiatul Jannah (Luluk Nuril), yang telah melakukan tindak kekerasan verbal di media sosial melalui akun TikTok. 

Menurut informasi yang telah didapatkan, korban yang seorang murid SMK tersebut sempat menyatakan ingin berhenti mengikuti kegiatan PKL. Dikarenakan sangat korban malu kepada teman-temannya setelah kasus viral tersebut. 

Melihat efek buruk dari cyberbullying, KPAI berharap melaksanakan proses hukum akan selalu berjalan sesuai kesalahannya. Dan juga menuntut bahwa Luluk Nuril, yang ternyata seorang istri polisi, juga harus bertanggungjawabkan kesalahannya terhadap sang murid. 

Walaupun banyak manfaat yang kita dapatkan melalui penggunaan teknologi informasi ini juga sering digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk melakukan hal-hal negatif, seperti menggunakan kata-kata yang tidak sopan serta merendahkan, menyebarkan berita palsu, dan ujaran kebencian yang merugikan pihak yang bersangkutan. Kritis etika inilah yang membuat Indonesia mengalami pengurangan etika dalam bersosial media. 

Menurut dari hasil penelitian Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), terdapat 49% dari 5.900 responden yang menjadi korban dari cyberbullying. Angka yang cukup tinggi ini dapat dipicu karena banyaknya anak dibawah umur yang bermain sosial media tanpa pengawasan orang dewasa serta kurangnya edukasi serta etika dalam bermedia sosial

Saya berharap semoga kita bisa membuat netizen harmonis tanpa harus menghina maupun merendahkan pengguna sosial media lainnya. Membuat konten-konten yang kreatif serta inovatif agar para pembaca ataupun penonton dapat pengetahuan yang lebih luas lagi. Jangan lupa untuk menambah wawasan yang lebih luas dalam penggunaan media massa agar kita tidak menerima berita palsu mentah-mentah dan terhindar dari sifat cyberbullying.

Mari kita semua untuk bijak dalam penggunaan sosial media dan pengenalan dalam cyberbullying agar kita tidak melakukan ataupun mengalami  hal tersebut pada diri kita sendiri. Ingatlah untuk selalu peduli pada orang lain seperti kita peduli pada diri kita sendiri. Salam sehat untuk para netizen Indonesia untuk menciptakan media maya yang sehat untuk semua kalangan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun