Dengan saling memahami basis argumentasi masing-masing, kita belajar mengasah metode penalaran. Bapak Dialektika Kritis, Sokrates, menegaskan bahwa orang bijak berupaya mengakui keterbatasannya pada bidang yang memang tidak ia kuasai dengan mumpuni. Dengan begitu, ia menutup celah bagi ego untuk berkuasa atas nalar kritis.
Rujukan dan Bahan Bacaan Lanjut:
Sinnott-Armstrong, Walter. (2018). Think Again: How to Reason and Argue. Oxford University Press.
Tuzet, Giovanni. (2015). On the Absence of Evidence. 10.1007/978-3-319-16148-8_3. Dapat diakses secara terbuka di laman researchgate
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H