Dalam akhir esainya bertajuk On Friendship, ia berkelakar tentang orang yang sudah dalam fase hidup di mana ia tak lagi mampu menjalankan aktivitas seperti biasanya. "Jika ia tak punya sahabat di saat seperti itu", kata Bacon, "ia sebaiknya tidak lanjut ke fase hidup berikutnya.
Dalam konteks belajar, sahabat bisa menjadi tandem diskusi berkelanjutan. Artinya, diskusi topik bahasan bisa berlanjut di mana saja. Menurut Bacon, tipe jalinan persahabat yang diisi dengan diskusi instens akan membiasakan seseorang mempertimbangkan banyak sisi sebelum sampai pada simpulan.
Kebiasaan ini penting dalam mengasah kemampuan berpikir kritis. Selain itu, Bacon juga percaya bahwa mereka yang setiap waktunya berada di lingkungan persahabatan itu mentalnya lebih sehat.
C.S. Lewis merumuskan konsep jalinan persahabatan dalam kerangka pemaknaan "cinta" dalam Bahasa Yunani. Cinta terbagi dalam tiga kategori; eros yang berarti cinta didasari oleh hasrat, agape yang berarti cinta yang didasari oleh ketulusan, dan storge yang berarti cinta universal seperti cinta orang tua ke anak-anaknya. Bagi Lewis, jalinan persahabatan yang baik mesti didasari oleh kategori kedua yaitu agape.
Sahabat hadir sebagai penopang di mana yang satu menyediakan sandaran bagi kelemahan yang lain. Tipe jalinan ini lebih terfokus pada tujuan bersama sehingga kebenaran yang lahir darinya lebih murni dari bias kepentingan. Eros atau cinta yang didasari oleh hasrat rentan disusupi iri hati dan kedengkian. Sifatnya juga berlebihan dan bergantung pada kebutuhan.
Selama ini, narasi yang berasal dari pengalaman hidup peserta didik tidak pernah mendapat perhatian di ruang belajar. Sehingga muncul kesan bahwa sekolah/ kampus menjaga jarak dari kehidupan pribadi peserta didik.
Tentu hal ini keliru. Pendidikan mencakup klausul rekayasa perilaku yang dimulai dari kesadaran diri peserta didik. Sederhananya, jika sekolah/ kampus tidak mampu menyediakan solusi bagi berbagai persoalan yang dihadapi peserta didik di masa sekarang, bagaimana keduanya percaya diri mampu menyediakan kehidupan lebih baik di masa yang akan datang?
Pendidik dapat membangun jalinan berlandaskan agape atau cinta yang tulus ini bersama peserta didik. Bukan dalam artian mencampuri urusan mereka atau bersikap sok peduli namun terkadang peserta didik berada dalam titik jemu dan membutuhkan seseorang untuk setidaknya bisa mencurahkan keluh kesah.Â
Bagaimanapun, pendidik merupakan orang tua peserta didik di lingkungan belajar sehingga cintanya bisa saja dalam konsepsi storge yang lebih universal.
Dari penjelasan tadi, beberapa dimensi jalinan persahabatan dapat menjadi pokok pertimbangan bagi relasi sosial yang dibangun di lingkungan belajar.