Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Seberapa Penting Lingkaran Persahabatan Peserta Didik?

29 Januari 2020   20:57 Diperbarui: 2 Februari 2020   08:28 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi peakpx ---edited by Adobe Spark Template

Untuk menopang sebuah peradaban, pendidik punya tugas memoles tabiat dan perilaku peserta didik sedemikian rupa agar tak hanya secara sadar berkontribusi lewat kreasi dan ketekunan namun juga tidak lupa menjaga relasi antar sesama.

Pendidik perlu memperingatkan peserta didik akan perilaku apatis apalagi kompetisi yang tidak memungkinkan kolaborasi dibangun dengan melibatkan banyak pihak.

Komunitas Intelektual yang Peduli Sesama

Lingkungan belajar berlandaskan filosofi jalinan persahabatan yang memupuk saling peduli, percaya, dan dukung antar peserta didik sebenarnya cukup populer. Bahkan, tak satupun rancangan program semester yang tidak menuliskan kompetensi ini dalam daftar.

Tapi mindset profit yang menyasar porsi di pasar kerja membuat kita selalu was-was akan ketidaksiapan peserta didik terhadap tuntutan kerja sehingga kelas dan tatap muka hanya fokus pada wilayah teknis instruktif.

Melaksanakan program pendidikan dengan memberikan penguatan pada relasi persahabatan antar peserta didik merupakan langkah awal menyiapkan budaya intelektual yang memerhatikan pengembangan diri, integritas, komitmen menjaga dan merangkul sesama.

Bukan hanya pengembangan aspek kognitif dan spiritual, wilayah emosional pun perlu diarahkan. Seluruh aspek pengetahuan hendaknya terlebih dahulu mencukupi kebutuhan kemanusiaan peserta didik.

ilustrasi shutterstock ---edited byAdobe Spark Template)
ilustrasi shutterstock ---edited byAdobe Spark Template)
Saat ini, kesadaran meningkatkan kualitas institusi dan lembaga pendidikan semakin tinggi. Sayangnya, ruang dan lingkungan belajar semakin kurang menarik bagi peserta didik. Sekolah dan kampus terkesan membiarkan atau tidak mengacuhkan tindakan bullying hingga rasisme berdampak pada tingkat depresi tinggi pada peserta didik. Tak heran, narkoba, seks bebas, hingga intoleransi semakin menyingkirkan budaya kritis dan peduli sesama khas masyarakat akademis.

Malah, dampaknya juga membebani para pendidik dan staf akademik. Mereka jadi kurang puas terhadap kinerja dan performa sehingga tidak lagi antusias dan bersemangat dalam melaksanakan tugas. Peran dan beban kerja yang dinamis, ditambah tanggungjawab yang juga semakin meluas, menjadikan tenaga pendidik dan staf akademik tak ubahnya buruh yang terbelenggu citra prestise.

Sekolah dan kampus semestinya tidak boleh tunduk pada ekonomi pasar sama seperti jarak yang dijaganya dari wilayah politik praktis. Sebab itu akan menyusutkan wibawa pendidikan di mata masyarakat.

Jika selama ini institusi pendidikan hanya berperan sebagai laboratorium profesional, sudah mestinya peran itu mencakup laboratorium sosial di mana kesadaran, mental, dan jalinan persahabatan masyarakat akademis direkayasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun