Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memahami Peran Perangkat Teknologis, Ulasan "Dunia Pasca-Manusia" oleh Budi Hartanto (Bagian Satu)

25 Agustus 2019   21:51 Diperbarui: 25 Agustus 2019   22:15 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baik probe maupun telepon adalah perpanjangan dari tubuh namun sangat berpengaruh dalam membentuk pandangan kultural masyarakat modern. Perlu dicatat bahwa realitas yang dihadirkan itu nyata dan bukanlah artifisial meski dimediasi oleh instrumen teknologis. Pengalaman yang dihadirkan oleh instrumen (perangkat) itu benar-benar dapat dirasakan keberadaannya.

Sains (Yang Menghamba) Publik

Sains menggiring pandangan publik lewat penjelasannya terhadap suatu fenomena alam. Penjelasan ini merupakan hasil dari penalaran yang pembuktiannya hanya melibatkan dunia fisik. Tradisi menjelaskan fenomena alam ini mulai menarik perhatian para pemikir sejak Francis Bacon mengkritik metode induksi dalam silogisme khas Aristoteles dengan mengemukakan prinsip verifikasi dan observasi.

Tendensi materialis dari pola pikir ini dianggap mereduksi segala sesuatu secara abstrak dan ideal. Artinya, perhitungan matematis (abstrak) dianggap cukup merepresentasi kondisi alam yang sebenarnya (ideal). Edmund Husserl lalu menegaskan bahwa tendensi itu sebenarnya tidak sepenuhnya materialis. Ada hal yang sifatnya psikologis dalam proses penjelasan itu.

Hal itu adalah persepsi yang diperoleh setelah kontak fisik dengan realitas inderawi. Sebab akal mesti menerjemahkan sinyal yang diteruskan oleh indera manusia. Namun, penerjemahan sinyal (mikropersepsi) itu, selanjutnya, juga dipengaruhi oleh idealitas dunia ilmiah. Idealitas dunia ilmiah yang dimaksud adalah kepercayaan yang diberikan publik berdasarkan pencapaian empirik sains melalui instrumen yang digunakan.

Menurut Don Ihde, ketika mengkritik Husserl, kondisi ideal itu disebut makropersepsi dan sepenuhnya terjadi di luar konteks praktek sains itu sendiri. Patut diperhatikan bahwa persepsi, seperti yang dipopulerkan oleh Maurice Merleau-Ponty, tidak menuntun kita pada kebenaran seperti yang selama ini penjelasan Sains coba untuk meyakinkan kita. Persepsi hanya sebatas mengenalkan kita pada kondisi sementara dari realitas yang tidak tercerap oleh indera.

Diskusi persepsi manusia tentang sains semakin menarik saat Roy Bhaskar menunjukkan bahwa temuan dan simpulan Sainslah yang sebenarnya mengubah pandangan kita terhadap dunia. Sains memberikan penjelasan mengenai suatu fenomena dan simpulan yang diberikannya mesti diterima selama tidak ada penjelasan lain yang mampu membuktikan kesalahannya.

Teori Big Bang, misalnya, yang memberikan penjelasan tentang asal mula kehidupan dapat dipercaya oleh publik yang menganggapnya lebih dapat diterima ketimbang penjelasan teks dari kitab suci. Namun hal itu dibantah oleh Don Ihde yang menegaskan bahwa justru Sains tidak dapat mengklaim kebenarannya secara terpisah dari persepsi publik.

Sains dipercaya hanya karena instrumen yang dihasilkannya mampu memberi jawaban sementara atas problematika sehari-hari. Sementara itu, publik memanfaatkan instrumen teknologis secara berbeda tergantung tujuan mereka masing-masing. Dalam kasus Teori Big Bang, orang bebas meyakini entah itu terjadi begitu saja atau itu terjadi karena campur tangan Tuhan.

Sains, dalam pandangan Don Ihde, bersifat hermeneutis: selalu terbuka terhadap penafsiran. Yang ditafsirkan bukanlah teks namun materi yang menjadi objek Sains. Usia fosil yang ditentukan melalui pembacaan zat carbon (carbon dating), misalnya, itu ditentukan oleh instrumen teknologis yang digunakan pada proses tersebut.

Demikian pula dengan teleskop membantu Galileo Galilei menemukan benda-benda langit dan bagaimana mereka bergerak. Hal itu berarti bahwa dikotomi antara realitas ilmiah versus non-ilmiah itu sesungguhnya tidak ada. Sebab baik ilmuwan maupun masyarakat umum pada dasarnya merasakan pengalaman yang sama yang diperoleh dari pembacaan instrumen teknologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun