Mohon tunggu...
Azwara Nasution
Azwara Nasution Mohon Tunggu... -

laki - laki, 24 tahun, Bogor, Jawa Barat.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pupuk : Petani dan Pemerintah Sama Bingungnya

10 Juni 2010   05:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:37 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu, 9 Juni 2010
Karawang, Kompas - Sebagian besar petani, pengurus kelompok tani, dan kepala desa di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, gamang dengan kebijakan subsidi pupuk langsung kepada petani. Karawang menjadi proyek percontohan bagi uji coba program subsidi langsung tersebut.
=============================

Membaca lengkap isi berita tersebut betapa kegamangan bukan hanya dirasakan oleh petani akan tetapi pemerintah juga. Petani gamang dengan sistem penukaran kupon subsidi pupuk dan pemerintah bingung menghabiskan Rp 100 Miliar anggran untuk proyek percontohan subsidi pupuk dengan mekanisme tukar kupon ini.

Melihat duduk persoalan yang ada sebenarnya hanya berkutat pada satu permalahan yakni adanya ketergantungan petani terhadp pupuk semenjak adanya politik green revolusi. Sekarang berdampak pada kegamangan mengatur subsidi langsung pupuk dan Harga Eceran tertinggi (HET).

Rencana pemerintah mengurangi subsidi pertanian bisa dipastikan akan mengakibatkan kenaikan harga pupuk. Harga Eceran Tertinggi pupuk diperkirakan naik. Menurut penelitian salah satu NGO Pertanian yang dilaksanakan di Cirebon tahun 2007 terhadap petani padi menunjukkan total biaya untuk input eksternal (bibit, pupuk dan pestisida kimiawi) mencapai 45,6 persen dari total biaya produksi yang harus dikeluarkan petani dalam satu musim tanam. Sehingga jika input eksternal dikurangi akan meningkatkan pendapatan petani. Sangat bertolak belakang dengan rencana pemerintah untuk menambah beban input eksternal yang harus ditanggung petani.
Dipastikan akibat kebijakan ini, ongkos produksi akan meningkat dan beban dipikul oleh kaum tani. Karena permintaan yang meningkat, sesuai hukum ekonomi yang dianut oleh pengusaha pupuk maka harga akan dinaikkan. Produsen pupuk akan meningkatkan biaya jual dan tentu saja mau tidak mau petani akan membelinya. Diperparah lagi dengan doktrin bertani bangsa ini masih sangat tergantung akan kebutuhan pupuk. Dengan lahan yang terbatas dan pengeluaran tetap untuk input eksternal yang kian bertambah maka kebutuhan input eksternal seperti benih, pupuk akan terus meningkat. Menyebabkan keuntungan petani kian menurun.Artinya beban bukan di perusahaan tetapi di keluarga tani.

Bila keluarga tani harus mengeluarkan ongkos produksi tani yang semakin tinggi sudah dapat dipastikan akan timbulnya ”sikap emoh” bertani sehingga pendapatan petani akan hilang maka angka kemiskinan dan kelaparan akan meningkat juga. Ingat 70 persen pendapatan keluarga tani dibelanjakan untuk pangan. Jika pendapatan berkurang, maka rawan pangan bakal terjadi. Tidak tertutup kemungkinan stabilitas nasional akan goyang.

Problem pupuk adalah masalah laten tanpa solusi. selama ini kita di dera oleh persoalan pupuk, baik yang sifatnya soal suply tetapi juga aspek lingkungan. Pertama, harga yang tinggi, karena banyak yang dipakai untuk perkebunan.

Kedua, tingkat ketergantungan pada pasokan gas. Sebab terpenting dari rasa puas diri-sekarang berangsur – angsur sudah berkurang dalam soal persediaan gas untuk pasokan pupuk. Persediaan gas selalu menjadi ”dalih” utama untuk menaikkan harga pupuk dan menekan produksi pupuk. Sehingga sudah terbentuk anggapan umum bahwa persediaan gas adalah faktor utama dari kesuburan tanah petani.

Ketiga, tidak bisa diproduksi pada tingkat petani. Pupuk yang beredar di pasaran merupakan pupuk yang dihasilkan melalui tekhnologi tinggi dan modal yang besar dan tidak bisa diproduksi dalam skala rumah tangga tani. Artinya, ketergantungan petani terhadap produksi pabrik pupuk adalah nyata dan jika petani tidak dapat menjangkau harga pupuk maka dengan sendirinya petani tidak dapat melakukan aktivitas taninya.

Keempat, dampak pada lingkungan telah tinggi, karena pemakaian melebihi dosis sehingga mengakibatkan tanah menjadi teracuni. Peristiwa masuknya air ke dalam tanah, yang umumnya melalui permukaan dan secara vertikal atau yang disebut dengan infiltrasi air merupakan dalil nyata bahwa residu pupuk yang berlebih terserap oleh tanah. Sehingga akan terikatnya bahan kimia dalam ruang pori. Akibatnya akan terjadi pengkayaan unsur dalam air atau yang lazim disebut eutrofikasi. Dan keseimbangan konsentari – konsentrasi unsur esensial dalam tanah akan terganggu.

Agroekologi solusi
Mengakhiri persoalan pupuk harus dipahami dengan melihat tentang ekologi politik. persoalan pupuk diakibatkan karena salah satu mata rantai dari agroekosistem dikeluarkan dari ekosistem pertanian. Dan pengeluaran ini karena kepentingan industri.

berdasarkan ilmu tanah, kecukupan hara bisa dipenuhi sendiri oleh alam manakala jasad renik ada, hijauan2 ada atau yang biasa disebut bahan organik. Terutama di daerah lembab, dekomposisi (penguraian) bahan organic dalam tanah melepaskan unsur hara yang diikatnya dan terjadi senyawa sederhana yang mendekati kebutuhan tanaman. sehingga proses pemupukan menjadi tercukupi dan dilakukan sendiri. Inilah yang dinamakan sebagai silus tertutup eksosistem. Perlu diingat bahwa tanah adalah suatu tubuh yang komplek yang saling berkait antara sifat kimai, biologi dan fisika. Sehingga perlu mempertahankan kondisi sehat tanah dengan tidak menambah bahan kimia dari luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun