Aku tersenyum pada anakku, memberikan pelukan sebentar dan meolehkan wajahnya kearah Emak dan menjawab “ia dulu selalu bilang pada ayah kalau ia akan menyusul jasad di makam itu, jasad suaminya, kapanpun yang ia tidak mengetahuinya, dan kematian yang sempurna adalah ketika hidupmu dekat dengan Yang Sempurna.”
"Aku mengerti ayah, semua ini aku mulai paham maksud ceritamu. Ayah, aku mengerti bahwa ibumu telah mengajariku sesuatu hal yang sangat berharga, dia mengorbankan banyak hal, dia menjadikanmu menjadi ayah yang hebat bagiku, dia tegar hidup sebatangkara hanya dengan bekal pesan kematian lewat kuburan suaminya yang sudah mati, dan satu lagi yang terpenting ia membuatmu merasa sangat bahagia bertemu dengannya hari ini.”
Aku segera pulang lebih dulu sebelum senja menghilang, meninggalkan Emak di kuburan sebelum Emak juga pulang ke rumah, menanti pelukan hangat emak yang lama kurindu.
______________________________________________________________
Terima kasih sudah membaca tulisan pertama saya di Kompasiana, cerpen di atas saya tulis di tahun 2012, terinpirasi oleh sosok Ibu yang mengajarkan banyak hal tentang kehidupan dan berlatar belakang di kota kelahiran saya, Magelang.