Mohon tunggu...
Azwar Anas
Azwar Anas Mohon Tunggu... Karyawan Bank Syariah -

kumpulan puisi jalanan http://penyairindo.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kuajarkan Tentang Emak

16 Desember 2015   13:46 Diperbarui: 16 Desember 2015   13:52 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah lama berkisah pada anakku, aku ajak anakku ke suatu tempat sebelum senja datang.

"Ayo nak, ayah mau ajak kamu ke suatu tempat, tempat yang akan mengajarimu sekali lagi," kataku.

"Tapi ayah, maukah ayah jawab satu pertanyaan lagi?"

"Tentu saja, apa itu," jawabku dengan mengkerutkan dahi.

"Kenapa ia sendirian di rumah ini, dimana suaminya?" Tanya Syair dengan agak kebingungan.

Aku hanya tersenyum dan melanjutkan ajakanku. "Mari nak ikut ayah, semua itu akan kutunjukan jawabannya."

Kami pun sampai di tempat tujuan kami, tak jauh dari rumah, sekitar seratus meter, jalannya sudah berubah, semen beton telah menyelimuti jalan tanah yang dulu sangat licin sampai aku berulang kali terpeleset, apa lagi di musim hujan aku harus ekstra waspada jika tak ingin tubuhku bercumbu lumur.

"Tunggulah di sini, sebentar lagi setelah bara di dapur tuanya padam dia akan datang kesini." Kataku pada Syair.

Aku menunggu di sebuah gardu kecil bersama Syair. Tak lama berselang, Emak datang, membawa sekeranjang bunga mawar dan sapu lidi. Ia mulai menyapu dan merapikan sebuah papan dari kayu yang sudah tidak begitu jelas tulisan yang melekat, tapi masih bisa dibaca dari jarak agak dekat. Dilanjutkan menabur bunga, lalu ia menengadahkan tangan, dengan khusyuk ia berdoa, tidak terlalu lama, tapi raut wajahnya mengisyaratkan kuatnya azzam. Persis seperti setiap hari dimana Emak selalu mengajakku saat aku kecil, Emak masih belum berubah.

Anakku, Syair, hanya diam melihatku yang perlahan menitikkan air mata, sesaat ia menatapku sesaat ia menatap Emak, ia mencoba mencerna.

"Ayah, apakah makam itu makam suaminya?” tanya Syair sambil menunjuk kearah gundukan tanah di depan Emak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun