Dapartemen Ilmu Sejarah
Fakultas Ilmu BudayaÂ
Universitas AirlnggaÂ
2024/2025Â
-Haris Jaya Prasetya 122111433017 -Akmal Faiz Rizqullah 124221009 -Azra Abid Hevian 124221044
                                                       pendahuluan
Awal abad ke-20 merupakan babak penting dalam pembentukan negara republik Indonesia. Ada keinginan dari seluruh wilayah nusantara untuk menyatukan dari dari suatu negara merdeka lepas dari kekuasaan kolonial Belanda. Pergerakan nasional di pengaruhi oleh politik Kolonial Belanda yaitu politik Etis, Pergerakan nasional Indonesia yang terjadi pada abad ke-20 dapat diartikan sebagai pergerakan diseluruh wilayah Indonesia yang berasal dari sebagian kelompok eknis, agama dan budaya yang terhimpun dalam organisasi- organisasi pergerakan, dan bertujuan untuk memajukan bangsa Indonesia di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan politik serta untuk memperoleh kemerdekaan dari penjajah Belanda. Dengan adanya perkembangan pendidikan akibat dari politik etis tersebut, maka munculah golongan-golongan terpelajar atau elit intelektual di Indonesia. Golongan terpelajar inilah yang akhirnya menjadi pelopor dari pergerakan nasional Indonesia. Mereka mulai sadar bahwa nasib bangsa Indonesia dan berusaha untuk melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Pada masa inilah mulai tumbuh rasa nasionalisme pada diri bangsa Indonesia. Pada saat pembentukan Sarekat Dagang Islam (SDI) yang merupakan cikal bakal SI tidak ada kepastian. Organisasi ini didirikan pada akhir tahun 1911 atau awal tahun 1912 di Surakarta. Secara umum diterima bahwa gerakan ini dibentuk oleh H. Samanhudi, seorang penguasa batik yang mampu di Kampung Lawean, Solo. Sarekat Dagang Islam memakai dasar Islam. Islam diupayakan mampu mengganti tatanan pemerintahan Hindia Belanda yang deskriminatif. Selain itu, Islam dijadikan sebagai bandingan dari sistem pemerintahan Hindia Belanda. Dengan dasar Islam, SDI mampu tersebar luas tanpa terhalang oleh batas teritorial, suku, dan ras yang ada di Indonesia. Pada 10 September 1912, organisasi ini mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia Belanda dan kata "dagang" dihapuskan sehingga nama Sarekat Dagang Islam (SDI) menjadi Sarekat Islam (SI). Organisasi ini akhirnya dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto dari Surabaya menggantikan Haji Samanhudi dari Surakarta, setelah mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia Belanda. Kongres SI pertama pada tanggal 26 Januari 1913 di Surabaya, yang dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto. Dalam kongres Nasional di Madiun pada 17-20 Februari 1923, pada mulanya diambil keputusan bahwa Central Sarekat Islam diganti menjadi Partai Sarekat Islam (PSI), anggota-anggota ini disebut wargorumekso.Â
Haji Agus Salim dikenal sebagai ulama, diplomat dan penulis hebat di Indonesia. Pengetahuannya yang luas mengenai agama Islam dipadu dengan intelektual, kesederhanaan, serta kematangan dalam berpolitik menjadikannya sebagai salah satu tokoh terkenal pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Agus salim terjun dalam politik pergerakan sejak tahun 1915, berbagai himpunan atau organisasi pernah di masuki oleh Agus Salim, namun yang paling lama bertahan hanya di Sarekat Islam. Pada di tahun 1921, H.O.S. Cokroaminoto dan Abdul Muis mengundurkan diri dari keanggotaan Volksraad ( Dewan Perwakilan Rakyat ) sebagai wakil SI akibat kekecewaan mereka terhadap Pemerintah Hindia Belanda, Haji Agus Salim menggantikan mereka selama tiga tahun (1921-1924) menjadi anggota Volksraad mewakili SI. Akan tetapi sebagaimana pendahulunya, dia merasa perjuangan di dalam Volksraad tidak membawa hasil, sehingga Haji Agus Salim mengundurkan diri sebagai anggota Volksraad dan berkonsentrasi di SI sampai tahun 1940.
Melalui organisasi SI, Haji Agus Salim mengemukakan gagasan dan pendapatnya. Semenjak Kongres SI pertama pada 26 Januari 1913 di Surabaya, organisasi ini bersikap kooperatif dengan pihak Belanda, namun semakin lama tidak membuahkan hasil, akhirnya organisasi ini mengubah sikapnya menjadi non kooperatif dengan Pemerintah Hindia Belanda, setelah diadakan kongres Nasional di Madiun pada 17-20 Februari 1923 dan pada waktu itu Haji Agus Salim menjadi anggota Volksraad mewakili SI. Perubahan sikap politik tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengkajinya. Peneliti tertarik untuk mengkaji tentang sikap politik Haji Agus Salim beserta dampak-dampak yang ditimbulkan dari sikap politik tersebut.
                                                              Pembahasan
A. Biografi Haji Agus Salim
Haji Agus Salim lahir dengan nama Mashudul Haq lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 8 Oktober 1884 -- meninggal di Jakarta,Indonesia, 4 November 1954 pada umur 70 tahun adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Haji Agus Salim ditetapkan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keppres nomor 657 tahun 1961.
Pendidikan dasar ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ketika lulus, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda. Setelah lulus, Salim bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris pada sebuah kongsi pertambangan di Indragiri. Pada tahun 1906, Salim berangkat ke Jeddah, Arab Saudi untuk bekerja di Konsulat Belanda di sana. Pada periode inilah Salim berguru pada Syeh Ahmad Khatib, yang masih merupakan pamannya.
Salim kemudian terjun ke dunia jurnalistik sejak tahun 1915 di Harian Neratja sebagai Redaktur II. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi.Menikah dengan Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak. Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta. Kemudian mendirikan Suratkabar Fadjar Asia. Dan selanjutnya sebagai Redaktur Harian Moestika di Yogyakarta dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu Agus Salim terjun dalam dunia politik sebagai pemimpin Sarekat Islam.
                                    B. Pergerakan Nasional Haji Agus Salim tentang Sarekat Islam ( SI )
Awal berdirinya SI didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905 Sarekat Islam dahulu bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Sarekat Dagang Islam merupakan organisasi yang pertama kali lahir di Indonesia. Secara umum diterimah bahwa gerakan ini dibentuk H. Samanhoedi, seorang pengusaha batik yang mampu di Kampung Lawean di Solo.
Adapun tujuan Sarekat Islam (SI) itu adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat berdasarkan persaudaraan muslin.Untuk mencapai tujuan ini, H Samanhudi, pendiri dan memimpin Sarekat Islam berusaha mencari orang-orang potensial untuk bergabung dan mengembangkan organisasi yang mulai dikenal dalam masyarakat. Salah seorang yang turut memperkuat dan akhirnya menjadi pemimpin utama Sarekat Islam (SI) hingga wafatnya adalah H.O. S Tjokroaminoto. Kepemimpinan Sarekat Islam (SI) makin kokoh. Selain sebagai anggota dan kemudian menjadi tokoh penting Sarekat Islam, Agus Salim perna pula bergabung dengan beberapa perhimpunan atau Organisasi diantaranya thesofische vereninging (perkumpulan Teosofie), Nederlands Indische Virijzinningen Bond (NIVB) dan Indische Sociaal Demockratische Partij (ISDP). Semua perhimpunan itu kemudian ditingalkan oleh Agus Salim, karena perhimpunan lama kelamaan tidak memuaskan kepemahamannya.
Peranan Agus Salim dalam Sarekat Islam (SI) memberikan warna Islam dalam tubuh Sarekat Islam (SI).Usaha yang dilakukan Agus Salim dilakukan sejak bergabung dalam sarekat Islam. Tahun 1919, Agus Salim merumuskan asas dan tujuan sarekat Islam (SI) dengan menyusun rancangan keterangan asas (Beginsal Verklaring) dan disahkan pada kongres luar biasa CSI tahun 1921.
Pada tahun 1906 Karier diplomatik Agus Salim di mulai saat ia bekerja pada konsulat Belanda. Konsulat ialah kantor yang mengurus soal perdagangan. Tiap pekerjaan dikerjakan dengan oleh Agus Salim dengan sungguh-sunguh,Pimpinan senang kepadanya karena kesunguhannya dan kecerdasan otaknya. Agus salim bekerja di Saudi Arabiyah bukalah mencari uang semata- mata,melainkan juga memperdalam pengetahuan agama Islam.
                                         C. Pemikiran Haji Agus Salim Tentang Islam dan Negara
Haji Agus Salim memang memiliki tempat tersendiri di hati rakyat dan intelektual muslim. pribadi yang sederhana, memiliki wawasan Islam yang luas, menguasai sembilan bahasa asing dan juga pemikir modernisme Islam. AgusSalim adalah ulama sekaligus politisi, pendidik yang visioner, pejuang pers yang gigih, sastrawan profetik, tokoh pergerakan nasional dan internasional.Pengetahuannya yang luas mengenai agama Islam, dipadu dengan intelektualitas, kesederhaaan, serta kematangan dalam berpolitik menjadikannya salah satu tokoh terkenal pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sejak dari Jeddah Agus Salim mengalami banyak perubahan, terutama kehidupan dan beragama yang dihayatinya secara sungguh-sungguh, kemudian dilanjutkan dengan berbagai usaha yang dilakukan dikalangan masyarakat Islam. Salah satunya adalah mengadakan usaha pembaharuan pemikiran di bidang agama. Menurut Agus Salim, bahwa kemunduran umat Islam Indonesia salah satunya ialah kekeliruan didalam menafsirkan ajaran-ajaran Islam itu sendiri.
Menurut pandangan Agus Salim, bahwa manusia hidup harus dilandasi tauhid yang teguh, kemudian bertawakal kepada Allah dan yang demikianlah yang akan memeliharakan hidup manusia. Jika dikaitkan dengan perkembangan yangterjadi dari akibat-akibat pendidikan Belanda, bagi mereka yang memandang agama dari segi realitas yang ada pada waktu itu, maka sangatlah berbahaya dan mengkaburkan pengertian agama yang sebenarnya. Oleh karena itu umat Islam Indonesia mulai melakukan perubahan-perubahan penting dan pembenahan guna mendapatkan sistem dan metode perjuangan yang lebih baik dan lebih teratur. Peristiwa di awal abad 20 adalah sebagai tolak ukur adanya gerakan modern bagi kaum muslimin di Indonesia. Antara lain ditandai dengan berdirinya organisasi- organisasi Islam, yang sekaligus merupakan sistem dan metode baru perjuangan umat Islam Indonesia.Â
 Untuk melihat bagaimana peranan agama Islam dalam bernegara menurut pemikiran Haji Agus Salim, terdapat pendapat-pendapat dari beberapa tokoh yang mengenal Haji Agus Salim. Ahmad Syafii Maarif mengutarakan pertanyaan dan pendapat yang disampaikan pada Muhammad Roem tentang bagaimana jawaban Haji Agus Salim bila ditanya tentang persoalan Islam dan negara.
1. Haji Agus Salim telah mampu melihat bahwa penciptaan suatu negara Islam di tengah-tengah rakyat yang lebih 90% masih buta huruf tidak akan berjalan baik. Fondasi yang kukuh (religio-intellectual) mutlak diperlukan untuk bangunan sebuah negara Islam modern.
2. Barangkali Haji Agus Salim juga dalam suatu segi dapat mengikuti jalan pikiran pihak nasionalis bahwa sebuah deklarasi negara Islam pada saat-saat kritis masa itu dapat memperlambat pencapaian kemerdekaan, dan sebagian kelompok minoritas yang dominan dibagian-bagian yang cukup strategis di tanah air kita akan menarik diri dari negara yang bakal lahir.
3. Â Kenyataan imbangan kekuatan dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang hanya berjumlah sekitar 20 % saja dari 68anggota yang mendukung ide Negara Islam, yang kalau dipadukan tidak memungkinkan pihak Islam untuk menang secara demokratis, tetapi demi menjaga persatuan umat, Haji Agus Salim memilih lebih banyak diam tanpa menghalangi para kiyai ntuk tampil kedepan. Pernyataan dari Ahmad Syafii Maarif atas pendapat Haji Agus Salim tentang peran agama Islam dalam bernegara tersebut ditanggapi Muhammad Roem.
                                                              KesimpulanÂ
Haji Agus Salim lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, Hindia Belanda, 8 Oktober 1884 -- meninggal di Jakarta, Indonesia, 4 November 1954. Pendidikan dasar ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah khusus anak-anak Eropa, kemudian dilanjutkan ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ketika lulus, ia berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia Belanda. Haji Agus Salim mulai terjun ke dunia politik pada tahun 1915, awal dunia politik Haji Agus Salim sudah banyak memasuki beberapa himpunan dan organisasi Sarekat Islam berdiri pada 16 Oktober 1905 yang awal Namanya adalah SDI ( Sarekat Dagang Islam ) .setelah itu pada 12 September 1912 organisasi ini mendapatkan pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda kemudian kata " dagang " dihapus dan menjadi Sarekat Islam ( SI ) Kemudian Haji Agus Salim sempat menggantikan H.O.S Cokroaminoto dan Abdul Muis di tahun 1921. Sejak dari Jeddah Agus Salim mengalami banyak perubahan, terutama kehidupan dan beragama yang dihayatinya secara sungguh-sungguh, kemudian dilanjutkan dengan berbagai usaha yang dilakukan dikalangan masyarakat Islam. Salah satunya adalah mengadakan usaha pembaharuan pemikiran di bidang agama. Menurut Agus Salim, bahwa kemunduran umat Islam Indonesia salah satunya ialah kekeliruan didalam menafsirkan ajaran-ajaran Islam itu sendiri. Menurut pandangan Agus Salim, bahwa manusia hidup harus dilandasi tauhid yang teguh, kemudian bertawakal kepada Allah dan yang demikianlah yang akanmemeliharakan hidup manusia.
                                                           Daftar Pustaka
- Rahman, A. (2018). Peran Diplomasi Hadji Agus Salim dalam Kemerdekaan Indonesia 1942-1945.Jurnal Ilmu Humaniora. Jambi: Universitas Jambi.Jurnal Ilmu Humaniora.
- Abdurrahman, Drs. "Jong Islamieten Bond 1925-1942 ( Sejarah, Pemikiran, dan Gerakan)." Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1999.
- Iman, Nur. "Pemikiran Haji Agus Salim Tentang Islam" skripsi FakultasIlmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, 2006
- Abdullah, Taufik. 1984. "Haji Agus Salim dan Pembentukan Tradisi Kecendekiaan Islam di Inddonesia". Dalam Haji Tanzil dkk (Ed.), Seratus Tahun Haji Agus Salim. Jakarta: Sinar Harapan
- Sartono,K. (1993). Sejarah Pergerakan Nasional dan Kolonialisme sampai Nasionalisme Jilid 2. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
- Hamka, Buya. 1984. 'Haji Agus Salim Sebagai Sastrawan dan Ulama '. Dalam Haji Tanzil dkk (Ed), Seratus Tahun Haji Agus Salim. Jakarta: Sinar Harapan.
- Hartiningsih, Maria. 2004. 'Kartini dan Agus Salim: Semangat Kemanusiaan yang Sejalan'. Dalam Kompas 21 Agustus. Hal. 53.
- Nazirwan, R. (2019) H. Agus Salim Volksraat: Radicale Concentratie Political Arrena and National Fraction 1918-1942. Jurnal Humaniora. 31 (12).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H