Mohon tunggu...
Azra Abid hevian
Azra Abid hevian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya mahasiswa mas mas biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Haji Agus Salim Pada Masa Pergerakan Nasional (1915 - 1945 )

15 Desember 2024   13:18 Diperbarui: 15 Desember 2024   13:18 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dapartemen Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya 

Universitas Airlngga 

2024/2025 

-Haris Jaya Prasetya 122111433017 -Akmal Faiz Rizqullah 124221009 -Azra Abid Hevian 124221044

                                                                                                              pendahuluan

Awal abad ke-20 merupakan babak penting dalam pembentukan negara republik Indonesia. Ada keinginan dari seluruh wilayah nusantara untuk menyatukan dari dari suatu negara merdeka lepas dari kekuasaan kolonial Belanda. Pergerakan nasional di pengaruhi oleh politik Kolonial Belanda yaitu politik Etis, Pergerakan nasional Indonesia yang terjadi pada abad ke-20 dapat diartikan sebagai pergerakan diseluruh wilayah Indonesia yang berasal dari sebagian kelompok eknis, agama dan budaya yang terhimpun dalam organisasi- organisasi pergerakan, dan bertujuan untuk memajukan bangsa Indonesia di bidang pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan politik serta untuk memperoleh kemerdekaan dari penjajah Belanda. Dengan adanya perkembangan pendidikan akibat dari politik etis tersebut, maka munculah golongan-golongan terpelajar atau elit intelektual di Indonesia. Golongan terpelajar inilah yang akhirnya menjadi pelopor dari pergerakan nasional Indonesia. Mereka mulai sadar bahwa nasib bangsa Indonesia dan berusaha untuk melepaskan diri dari penjajahan Belanda. Pada masa inilah mulai tumbuh rasa nasionalisme pada diri bangsa Indonesia. Pada saat pembentukan Sarekat Dagang Islam (SDI) yang merupakan cikal bakal SI tidak ada kepastian. Organisasi ini didirikan pada akhir tahun 1911 atau awal tahun 1912 di Surakarta. Secara umum diterima bahwa gerakan ini dibentuk oleh H. Samanhudi, seorang penguasa batik yang mampu di Kampung Lawean, Solo. Sarekat Dagang Islam memakai dasar Islam. Islam diupayakan mampu mengganti tatanan pemerintahan Hindia Belanda yang deskriminatif. Selain itu, Islam dijadikan sebagai bandingan dari sistem pemerintahan Hindia Belanda. Dengan dasar Islam, SDI mampu tersebar luas tanpa terhalang oleh batas teritorial, suku, dan ras yang ada di Indonesia. Pada 10 September 1912, organisasi ini mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia Belanda dan kata "dagang" dihapuskan sehingga nama Sarekat Dagang Islam (SDI) menjadi Sarekat Islam (SI). Organisasi ini akhirnya dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto dari Surabaya menggantikan Haji Samanhudi dari Surakarta, setelah mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia Belanda. Kongres SI pertama pada tanggal 26 Januari 1913 di Surabaya, yang dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto. Dalam kongres Nasional di Madiun pada 17-20 Februari 1923, pada mulanya diambil keputusan bahwa Central Sarekat Islam diganti menjadi Partai Sarekat Islam (PSI), anggota-anggota ini disebut wargorumekso. 

Haji Agus Salim dikenal sebagai ulama, diplomat dan penulis hebat di Indonesia. Pengetahuannya yang luas mengenai agama Islam dipadu dengan intelektual, kesederhanaan, serta kematangan dalam berpolitik menjadikannya sebagai salah satu tokoh terkenal pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Agus salim terjun dalam politik pergerakan sejak tahun 1915, berbagai himpunan atau organisasi pernah di masuki oleh Agus Salim, namun yang paling lama bertahan hanya di Sarekat Islam. Pada di tahun 1921, H.O.S. Cokroaminoto dan Abdul Muis mengundurkan diri dari keanggotaan Volksraad ( Dewan Perwakilan Rakyat ) sebagai wakil SI akibat kekecewaan mereka terhadap Pemerintah Hindia Belanda, Haji Agus Salim menggantikan mereka selama tiga tahun (1921-1924) menjadi anggota Volksraad mewakili SI. Akan tetapi sebagaimana pendahulunya, dia merasa perjuangan di dalam Volksraad tidak membawa hasil, sehingga Haji Agus Salim mengundurkan diri sebagai anggota Volksraad dan berkonsentrasi di SI sampai tahun 1940.

Melalui organisasi SI, Haji Agus Salim mengemukakan gagasan dan pendapatnya. Semenjak Kongres SI pertama pada 26 Januari 1913 di Surabaya, organisasi ini bersikap kooperatif dengan pihak Belanda, namun semakin lama tidak membuahkan hasil, akhirnya organisasi ini mengubah sikapnya menjadi non kooperatif dengan Pemerintah Hindia Belanda, setelah diadakan kongres Nasional di Madiun pada 17-20 Februari 1923 dan pada waktu itu Haji Agus Salim menjadi anggota Volksraad mewakili SI. Perubahan sikap politik tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengkajinya. Peneliti tertarik untuk mengkaji tentang sikap politik Haji Agus Salim beserta dampak-dampak yang ditimbulkan dari sikap politik tersebut.

                                                                                                                            Pembahasan

A. Biografi Haji Agus Salim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun