"Nah itu, Â Negara barat sekalipun saya katakan masakan primitif," balas saya ketawa.
"Bagi saya negara nemiliki peradaban maju itu apabila mampu meracik bumbu-bumbu yang ada di dunia ini menjadi makanan lezat. Yang memiliki teknologi itu cuma orang Minang," kelakar saya sambil ketawa lepas.
Sambil menyantap makanan yang masih kental rasa daging mentahnya dan miskin dengan racikan bumbu lalu melanjutkan ujaran saya,
"Saya naklum, kenapa negara lain itu primitif masakannya? Karena negara mereka tidak tumbuh pohon-pohon penghasil bumbu lezat tersebut. Maka mereka cuma tahu garam doang sebagai pelezat cita rasa !" Lanjut saya sambil mengunyah sepotong daging hidangan makan malam tersebut.
"Nah, begitu juga tentang pekerja migrant. Mereka berperilaku primitif kepada PMI , karena mereka tidak tahu meramu hidup bercita rasa indah," Â sindir saya. Suara ketawa pun meledak di meja kami.
Alunan musik gambus khas Timur Tengah menemani Gala Dinner malam itu.
Selamat MigrantDay internasional
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI