3.Kekerasan Berbasis Gender
Kekerasan berbasis gender (GBV) adalah tantangan kritis dalam mewujudkan kesetaraan gender. Berdasarkan laporan Komnas Perempuan (2020), jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Kekerasan ini meliputi kekerasan fisik, seksual, hingga psikologis yang terjadi di berbagai lingkungan, mulai dari rumah tangga hingga tempat kerja.
Dampak kekerasan ini tidak hanya menimpa individu korban tetapi juga membatasi peran perempuan dalam masyarakat. Selain itu, kurangnya akses terhadap perlindungan hukum yang efektif membuat perempuan semakin rentan terhadap diskriminasi dan marginalisasi. Hal ini menghambat keterlibatan mereka dalam upaya pembangunan sosial dan ekonomi.
Dampak Ketidaksetaraan Gender terhadap Pencapaian SDGs
1.Menghambat Pembangunan Ekonomi
Ketidaksetaraan gender memiliki dampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. McKinsey Global Institute (2015) menyebutkan bahwa jika kesenjangan gender dalam pasar tenaga kerja dapat diatasi, Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 2-3% setiap tahun. Namun, potensi ini tidak dapat dimanfaatkan jika perempuan terus menghadapi hambatan dalam mengakses pekerjaan layak dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.Meningkatkan Kemiskinan
Keterbatasan perempuan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak memperbesar risiko kemiskinan. Data BPS (2020) menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan perempuan di Indonesia lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Tanpa kesetaraan dalam akses pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan, banyak perempuan yang tetap terjebak dalam siklus kemiskinan yang sulit diputus.
3.Menurunkan Kesejahteraan Sosial
Ketidaksetaraan gender juga berdampak pada kualitas hidup perempuan. Perempuan yang tidak mendapatkan pendidikan yang memadai atau menjadi korban kekerasan berbasis gender cenderung mengalami gangguan kesehatan mental, seperti stres dan depresi. Selain itu, kesenjangan dalam akses layanan kesehatan memperburuk angka kematian ibu, terutama di daerah terpencil.
Solusi untuk Meningkatkan Kesetaraan Gender