2. Putusnya Akses Pendidikan
Anak yang menikah dini cenderung putus sekolah, menghilangkan peluang untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Hal ini berdampak pada kemampuan mereka untuk mendapatkan pekerjaan layak di masa depan.
3. Siklus Kemiskinan
Pernikahan anak sering kali memperkuat siklus kemiskinan antar generasi. Anak yang tidak menyelesaikan pendidikan cenderung bekerja di sektor informal dengan penghasilan rendah, yang berdampak pada kesejahteraan keluarga mereka.
4. Ketidaksiapan Emosional dan Psikososial
Ketidaksiapan untuk menjalani hubungan dewasa dapat menyebabkan konflik rumah tangga, ketidakstabilan hubungan, atau bahkan perceraian.
Untuk mengatasi maraknya pernikahan anak, diperlukan upaya terpadu dari pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:
•Peningkatan akese pendidikan merupakan kunci untuk memberdayakan anak-anak dan mencegah pernikahan dini. Di mana Program pendidikan gratis atau subsidi untuk keluarga miskin dapat membantu menjaga anak-anak tetap di sekolah.
• Edukasi Tentang Hak Anak dan Kesehatan Reproduksi yaitu mengadakan Kampanye kesadaran menargetkan anak-anak, keluarga, dan masyarakat untuk memahami dampak negatif pernikahan dini dan pentingnya hak anak.
•Penegakan Hukum, Undang-undang yang melarang pernikahan di bawah usia 18 tahun harus ditegakkan secara ketat. Pemerintah juga perlu menyediakan perlindungan bagi anak-anak yang menjadi korban pernikahan dini.
•Pemberdayaan Ekonomi, Program pemberdayaan ekonomi, terutama bagi perempuan, dapat membantu keluarga keluar dari kemiskinan dan mengurangi tekanan untuk menikahkan anak-anak mereka.