Jika saat siang hari karung yang digunakan untuk membawa semua sampah itu belum penuh, beliau akan beristirahat sejenak dan sholat dhuhur. Kemudian beliau melanjutkan lagi mencari sampah-sampah hingga karung tersebut penuh dengan muatan berbagai macam sampah.Â
Saat sore beliau mulai kembali pulang, membersihkan badan untuk beribadah kemudian memasak untuk makan malam sederhana. Dari sini bisa kita lihat, ditengah kesulitan beliau akan pekerjaannya, beliau tidak akan pernah lupa dengan Sang Pencipta, Sang penentu takdir kehidupannya.
Selepas sholat maghrib dan makan malam dengan lauk seadanya, mulailah beliau membongkar karung sampah tadi dan memisahkannya menurut jenisnya. Beliau menggepengkan kaleng-kaleng minuman, memisahkan sampah plastic, melebarkan kardus dan sampah lainnya untuk kemudian diikat jadi satu. Begitu seterusnya kegiatan beliau setiap hari.
Segala hal yang terjadi dalam kehidupan, beliau hadapi dengan ikhlas dan semangat. Terkadang beliau juga merasa bahwa takdir yang Tuhan berikan kepadanya tidaklah adil, namun segera beliau tepis prasangka itu jauh-jauh. Karena menurut beliau, sebelum manusia itu dilahirkan ke bumi, pada saat kita sedang di alam arwah Tuhan dan para malaikat telh menunjukkan gambaran-gambaran kehidupan sebanyak lebih dari satu kali.Â
Malaikat juga bertanya kepada calon bayi, apakah mereka siap untuk lahir ke dunia. Tak hanya satu kali ttapi berulang-ulang kali malaikat menanyakan hal itu. Dan jika calon bayi ini mengatakan siap lahir, maka Tuhan telah menyiapkan satu hal yang membuat calon bayi ini siap menghadapi kerasnya dunia.Â
Maka dari itu beliau sangat yakin, suatu hari akan datang masa di mana semua jerih payah, kerja keras dan semangat hidupnya terbayar. Beliau juga mengatakan bahwa syukur itu sangat penting, bersukur atas hal-hal sederhana yang Tuhan berikan melalui apapun itu akan mendatangkan kebahagiaan bagi siapapun.
Jika kita lihat dari sisi manusia, mungkin penghasilan yang beliau dapat dari hasil kerja kerasnya satu hari tidak akan cukup untuk mencukupi kebutuhannya terutama makan.Â
Terlebih harga-harga panganan pokok mulai naik di pasaran. Hal ini sangat membuatku penasaran, apa yang membuat pak Unyil sendiri merasa yakin dengan kehidupan kedepannya. Beliau menjawab dengan tersenyum, "Gusti Allah itu Maha Oke". Sejenak saya merasa bingung dengan apa yang pak Unyil katakan.Â
Beliau menjelaskan "simpel e ngene nduk, lek samean dikasih uang sangu 20.000 gawe seminggu, cukup opo ndak. Lek wong percoyo Gusti Allah pasti njawab e cukup. Samean munio ngene nang Gusti Allah 'Gusti, kulo mung dikasih ibuk uang 20.000 damel jajan sekolah seminggu, Insya Allah cukup nggeh gusti' lek samean yakin iku cukup. Oke. Gusti Allah nakdirno uang 20.000 iku cukup gawe sangu sekolah sampean seminggu. Kabeh rejeki seng diwehi Gusti Allah ki kudu di syukuri, prosongko ne awak dewe ten Gusti Allah ki yo kudu apik nduk, ojo gawe prosongko sing ala-ala nang Gusti Allah"
Penjelasan beliau membuatku berpikir panjang. Bisa dibilang beliau merupakan orang yang serba kekurangan dan pastinya kesepian tanpa adanya keluarga yang berdiri disampingnya menyemangati beliau.Â
Namun beliau tetap berdoa, bersyukur dan kerja keras serta semangat untuk menjalani kehidupannya. Beliau sangat percaya dengan takdir yang telah Tuhan gariskan dikehidupannya. Sedangkan tak sedikit orang yang kehidupannya telah lebih baik namun justru selalu merasa kurang.