Mohon tunggu...
azmi sabita
azmi sabita Mohon Tunggu... Mahasiswa - stay connected to God

be confident :0

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Percaya Takdir

30 Mei 2022   14:14 Diperbarui: 30 Mei 2022   14:24 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artikel ini kami tulis sebagai bentuk apresiasi terhadap seseorang  yang mungkin dalam hal duniawi beliau kurang beruntung, namun semangatnya sangatlah luarbiasa. 

Beliau bernama Pak Unyil. Begitulah banyak orang memanggilnya. Hidupnya serba sederhana namun penuh kebahagiaan. Pekerjaan sehari-hari beliau adalah mencari sampah. Mencari sampah dari pagi buta hingga terbenamnya surya demi sesuap nasi dan kebutuhan lainnya.

Cerita dari seseorang yang walaupun hidup sebatang kara beliau mempunyai semangat kerja keras dan tidak pernah lupa dengan Tuhannya. 

Dulu, beliau memiliki sebuah sepeda tua yang juga beliau gunakan untuk mengambil sampah. Namun beliau mengatakan bahwa tahun 2020 sepeda itu dijual, karena saat puncak pandemic beliau jatuh sakit dan dengan terpaksa menjual sepedanya karena hanya itu salah satu cara agar beliau bisa membeli obatnya. Sejak saat itu beliau hanya membawa karung besar dengan alat besi panjang untuk mengambil sampahya.

Tak jarang saat aku pulang sekolah bertemu dengan beliau yang beristirahat dibawah pohon, berlindung dari teriknya sinar matahari. Panas, lelah, lapar dan haus tidak mematahkan semangat beliau untuk terus mencari sampah disetiap sudut tempat. 

Beberapa tetangga terkadang memanggilnya, meminta tolong untuk membantu beberapa pekerjaan. Seperti memotong ranting pohon, membenarkan genteng yang bocor, memasang kran air, memotong rumput, dan lain sebagainya. Beliau mengerjakannya semua itu dengan senang hati dan juga semangat. 

Hasilnya pun bisa dibilang rapi dan tidak mengecewakan. Tentu saja para tetangga memberikan upah yang setimpal dengan apa yang dia lakukan untuk mereka. Biasanya beliau mendapatkan beberapa lembar uang, ataupun kantung beras yang cukup untuk 3 hingga 4 kali makan. 

Atau jika ada tetangga yang menyurunya mengambil buah-buahan seperti mangga, rambutan ataupun pisang beliau akan mendapatkan sejumlah buah dari hasil memetiknya. Ada juga tetangga yang dengan senang hati memberikan baju, topi, atau bahkan sepatu untuk beliau.

Saat beliau sedang lewat didepan rumah kami, ibuku selalu memanggilnya untuk masuk dan istirahat sejenak serta membuatkannya kopi untuk sekedar berbincang-bincang.

Hidup beliau hanya sendirian, sebatang kara tanpa keluarga. Dulu beliau pernah menikah dan mempunyai seorang putra. Namun karena penghasilan beliau yang pas-pasan, pernikahan beliau harus berakhir dengan sang istri yang pulang ke kembali ke rumah orangtuanya di Lombok membawa putra semata wayangnya. Sejak itu semangat beliau untuk bekerja selalu menggebu dengan harapan agar kelak ia bisa mengunjungi putranya di Lombok.

Beliau menceritakan kegiatan dan kehidupan seperti apa yang sehari-harinya beliau jalani. Sebelum shubuh beliau telah bangun untuk kemudian mandi dan memberi makan ayam milik tetangganya yang dititipkan kepada beliau. Lalu setelah sholat shubuh beliau berangkat bekerja mencari sampah. Berkeliling di perumahan-perumahan, membuka setiap tempat sampah demi tempat sampah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun