Artikel ini kami tulis sebagai bentuk apresiasi terhadap seseorang  yang mungkin dalam hal duniawi beliau kurang beruntung, namun semangatnya sangatlah luarbiasa.Â
Beliau bernama Pak Unyil. Begitulah banyak orang memanggilnya. Hidupnya serba sederhana namun penuh kebahagiaan. Pekerjaan sehari-hari beliau adalah mencari sampah. Mencari sampah dari pagi buta hingga terbenamnya surya demi sesuap nasi dan kebutuhan lainnya.
Cerita dari seseorang yang walaupun hidup sebatang kara beliau mempunyai semangat kerja keras dan tidak pernah lupa dengan Tuhannya.Â
Dulu, beliau memiliki sebuah sepeda tua yang juga beliau gunakan untuk mengambil sampah. Namun beliau mengatakan bahwa tahun 2020 sepeda itu dijual, karena saat puncak pandemic beliau jatuh sakit dan dengan terpaksa menjual sepedanya karena hanya itu salah satu cara agar beliau bisa membeli obatnya. Sejak saat itu beliau hanya membawa karung besar dengan alat besi panjang untuk mengambil sampahya.
Tak jarang saat aku pulang sekolah bertemu dengan beliau yang beristirahat dibawah pohon, berlindung dari teriknya sinar matahari. Panas, lelah, lapar dan haus tidak mematahkan semangat beliau untuk terus mencari sampah disetiap sudut tempat.Â
Beberapa tetangga terkadang memanggilnya, meminta tolong untuk membantu beberapa pekerjaan. Seperti memotong ranting pohon, membenarkan genteng yang bocor, memasang kran air, memotong rumput, dan lain sebagainya. Beliau mengerjakannya semua itu dengan senang hati dan juga semangat.Â
Hasilnya pun bisa dibilang rapi dan tidak mengecewakan. Tentu saja para tetangga memberikan upah yang setimpal dengan apa yang dia lakukan untuk mereka. Biasanya beliau mendapatkan beberapa lembar uang, ataupun kantung beras yang cukup untuk 3 hingga 4 kali makan.Â
Atau jika ada tetangga yang menyurunya mengambil buah-buahan seperti mangga, rambutan ataupun pisang beliau akan mendapatkan sejumlah buah dari hasil memetiknya. Ada juga tetangga yang dengan senang hati memberikan baju, topi, atau bahkan sepatu untuk beliau.
Saat beliau sedang lewat didepan rumah kami, ibuku selalu memanggilnya untuk masuk dan istirahat sejenak serta membuatkannya kopi untuk sekedar berbincang-bincang.
Hidup beliau hanya sendirian, sebatang kara tanpa keluarga. Dulu beliau pernah menikah dan mempunyai seorang putra. Namun karena penghasilan beliau yang pas-pasan, pernikahan beliau harus berakhir dengan sang istri yang pulang ke kembali ke rumah orangtuanya di Lombok membawa putra semata wayangnya. Sejak itu semangat beliau untuk bekerja selalu menggebu dengan harapan agar kelak ia bisa mengunjungi putranya di Lombok.
Beliau menceritakan kegiatan dan kehidupan seperti apa yang sehari-harinya beliau jalani. Sebelum shubuh beliau telah bangun untuk kemudian mandi dan memberi makan ayam milik tetangganya yang dititipkan kepada beliau. Lalu setelah sholat shubuh beliau berangkat bekerja mencari sampah. Berkeliling di perumahan-perumahan, membuka setiap tempat sampah demi tempat sampah.Â
Jika saat siang hari karung yang digunakan untuk membawa semua sampah itu belum penuh, beliau akan beristirahat sejenak dan sholat dhuhur. Kemudian beliau melanjutkan lagi mencari sampah-sampah hingga karung tersebut penuh dengan muatan berbagai macam sampah.Â
Saat sore beliau mulai kembali pulang, membersihkan badan untuk beribadah kemudian memasak untuk makan malam sederhana. Dari sini bisa kita lihat, ditengah kesulitan beliau akan pekerjaannya, beliau tidak akan pernah lupa dengan Sang Pencipta, Sang penentu takdir kehidupannya.
Selepas sholat maghrib dan makan malam dengan lauk seadanya, mulailah beliau membongkar karung sampah tadi dan memisahkannya menurut jenisnya. Beliau menggepengkan kaleng-kaleng minuman, memisahkan sampah plastic, melebarkan kardus dan sampah lainnya untuk kemudian diikat jadi satu. Begitu seterusnya kegiatan beliau setiap hari.
Segala hal yang terjadi dalam kehidupan, beliau hadapi dengan ikhlas dan semangat. Terkadang beliau juga merasa bahwa takdir yang Tuhan berikan kepadanya tidaklah adil, namun segera beliau tepis prasangka itu jauh-jauh. Karena menurut beliau, sebelum manusia itu dilahirkan ke bumi, pada saat kita sedang di alam arwah Tuhan dan para malaikat telh menunjukkan gambaran-gambaran kehidupan sebanyak lebih dari satu kali.Â
Malaikat juga bertanya kepada calon bayi, apakah mereka siap untuk lahir ke dunia. Tak hanya satu kali ttapi berulang-ulang kali malaikat menanyakan hal itu. Dan jika calon bayi ini mengatakan siap lahir, maka Tuhan telah menyiapkan satu hal yang membuat calon bayi ini siap menghadapi kerasnya dunia.Â
Maka dari itu beliau sangat yakin, suatu hari akan datang masa di mana semua jerih payah, kerja keras dan semangat hidupnya terbayar. Beliau juga mengatakan bahwa syukur itu sangat penting, bersukur atas hal-hal sederhana yang Tuhan berikan melalui apapun itu akan mendatangkan kebahagiaan bagi siapapun.
Jika kita lihat dari sisi manusia, mungkin penghasilan yang beliau dapat dari hasil kerja kerasnya satu hari tidak akan cukup untuk mencukupi kebutuhannya terutama makan.Â
Terlebih harga-harga panganan pokok mulai naik di pasaran. Hal ini sangat membuatku penasaran, apa yang membuat pak Unyil sendiri merasa yakin dengan kehidupan kedepannya. Beliau menjawab dengan tersenyum, "Gusti Allah itu Maha Oke". Sejenak saya merasa bingung dengan apa yang pak Unyil katakan.Â
Beliau menjelaskan "simpel e ngene nduk, lek samean dikasih uang sangu 20.000 gawe seminggu, cukup opo ndak. Lek wong percoyo Gusti Allah pasti njawab e cukup. Samean munio ngene nang Gusti Allah 'Gusti, kulo mung dikasih ibuk uang 20.000 damel jajan sekolah seminggu, Insya Allah cukup nggeh gusti' lek samean yakin iku cukup. Oke. Gusti Allah nakdirno uang 20.000 iku cukup gawe sangu sekolah sampean seminggu. Kabeh rejeki seng diwehi Gusti Allah ki kudu di syukuri, prosongko ne awak dewe ten Gusti Allah ki yo kudu apik nduk, ojo gawe prosongko sing ala-ala nang Gusti Allah"
Penjelasan beliau membuatku berpikir panjang. Bisa dibilang beliau merupakan orang yang serba kekurangan dan pastinya kesepian tanpa adanya keluarga yang berdiri disampingnya menyemangati beliau.Â
Namun beliau tetap berdoa, bersyukur dan kerja keras serta semangat untuk menjalani kehidupannya. Beliau sangat percaya dengan takdir yang telah Tuhan gariskan dikehidupannya. Sedangkan tak sedikit orang yang kehidupannya telah lebih baik namun justru selalu merasa kurang.
Pelajaran yang bisa kuambil dari kisah pak Unyil ini adalah kita harus selalu berprasangka baik terhadap siapapun terutama terhadap Tuhan, tetap semangat menjalani kehidupan dengan berkerja keras dan selalu percaya kepada takdir bahwa hal-hal baik pasti akan selalu terjadi walu kita tidak menyadarinya. Satu pesan yang kuingat dari beliau "wong sugih iku wong sing ngeroso urip e cukup"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H