Observasi 2
Dari hasil wawancara yang kami lakukan bersama Ibu Lili harga kue bervariasi mulai dari harga Rp 1.000 per kue sampai Rp 2.000 per kue. Kue yang dijualpun bervariasi tapi disini Ibu Lili tidak membuat kue itu sendiri tapi orang yang menitipkan kuenya untuk dijual, Ibu Lili hanya menjaga kuenya. Dari pembuat kue memberikan harga Rp 900 per kue jadi dan Ibu Lili menjual kuenya dengan harga Rp 1.000. Ibu Lili hanya mengambil keuntungan Rp 100. Dan Ibu Lili berjualan tetap di pasar tersebut sejak dulu hingga sekarang. Tips agar jualan laris yang dilakukan Ibu Lili adalah dengan cara ramah dengan para pembeli dan kue yang dijualpun juga bervariasi agar pembeli lebih tertarik untuk membeli kue di Ibu Lili. Jika kue tidak laku pada hari itu maka yang dilakukan Ibu Lili adalah mengembalikan kuenya kepada pembuat kue. Apabila sedang ada permintaan dari knsumen Ibu Lili akan memesannya ke pembuuat kue demi memenuhi permintaan konsumen.
Kita ketahui bahwa prinsip ekonomi adalah usaha untuk mendapatkan hasil tertentu dengan pengorbanan yang sekecil mungkin. Seorang pedagang pasti akan selalu berusaha agar bisa meminimkan biaya operasionalnya dengan mendapatkan hasil atau untung yang maksimal. Dalam survey yang kami lakukan di satu usaha mikro yang menjual berbagai macam kue tradisional, penjual berupaya agar hasil yang didapat lebih banyak dari biaya yang dikeluarkan yang hanya sedikit.
Penjual memperoleh barang dagangannya (kue tradisional) untuk dijual tersebut. Tidak dari satu distributor saja, tetapi penjual langsung di datangi oleh distributor (pembuat kue) yang menitipkan jualanya. Jadi jika kue tersebut sudah tidak bagus, penjual akan mengembalikan kue tersebut ke distributornya.Untuk harga yang dipasarkan penjual menetapkan harga barang tersebut dengan mengikuti harga pasar karena bukan hanya satu penjual saja yang menjual kue tradisional. Jika penjual ini menetapkan harga sendiri maka penjual akan mengalami kerugian.
Penjual tidak melakukan promosi barang dagangan mereka tetapi secara tidak langsung para konsumen lah yang mempromosi dagangannya dari satu konsumen ke konsumen yang lain, contohnya yaitu misal satu konsumen tersebut membeli kue kepada penjual ini, kemudian ada yang bertanya kepada konsumen ini apakah kuenya enak dan harganya murah konsumen tersebut menjawab iya, dari hal ini bahwa konsumen yang lain akan membeli kue kepada penjual tersebut. Dengan penjelasan konsummen tersebut maka penjual akan mendapatkan konsumen lainnya dan seterusnya.
Biodata Narasumber
Nama: Lili
Umur: 34 Tahun
Asal: Jember
Berjualan: Kue Tradisional
Lama Jualan: 20 Tahun
Dokumentasi
BAB Â IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Dari beberapa hasil pengamatan dapat kita gambarkan bahwa kegiatan penjualan mereka didasari pada kebutuhan ekonomi. Bukan karena keinginan mereka untuk memenuhi kebutuhan konsumen, akan tetapi untuk kepentingan ekonomi bagi mereka para produsen.
Dalam penjualan, para produsen tidak mengambil keuntungan yang banyak, akan tetapi mereka menjual dengan harga yang murah dengan tujuan agar bisa bersaing dengan produsen lain atau penjual lainnya dalam urusan harga. Dengan harga yang miring, maka akan menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Menurut kami dengan menggunakan penetapan harga seperti ini adalah hal yang tepat jika dilakukan dipasar seperti ini.
Selain itu, Ibu Septa dan Ibu Lili mengatakan ketika idul fitri dan idul adha, permintaan naik atau meningkat akan tetapi, harga beli atau kulaan mereka juga meningkat. Hal ini disebabkan karena para penjual ingin mendapatkan keuntungan yang lebih. Oleh sebab itu, si penjual juga menaikkan harga. Hal ini sesuai dengan teori permintaan.
Sesuai yang dikatakan teori permintaan, bahwa "perbandingan lurus antara permintaan terhadap harganya yaitu apabila permintaan naik, maka harga relatif akan naik, sebaliknya bila permintaan turun maka harga akan turun"
Maka para penjual juga menaikkan harganya dikarenakan untuk mencari keuntungan yang lebih. Karena sudah dapat dipastikan, ketika itu para konsumen tidak akan pergi atau tidak jadi membeli barang dagangan mereka karena pada waktu itu para pedagang sudah yakin bahwasanya barang yang sedang mereka jual merupakan barang dagangan yang sedang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen.
Selanjutnya, dalam kasus penjualan cabai diatas, harga jual yang ada pada bulan lalu hanya Rp 10.000 per kg sedangkan sekarang mengalami kenaikan Rp 20.000 per kg.
Hal ini dikarenakan mendekati hari raya idul fitri jadi para pedagang menaikkan harga cabai. Oleh sebab itu, para pengepul menawarkan cabai dengan jumlah yang banyak karena mereka beranggapan barang dagangannya akan terjual habis. Hal ini sesuai dengan hukum penawaran "semakin tinggi harga, maka semakin banyak jumlah barang yang bersedia ditawarkan. Sebaliknya, semakin rendah tingkah harga, semakin sedikit jumlah barang yang ditawarkan.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Mekanisme pasar yang sesuai dengan syariah memang tidak mengedepankan intervensi pemerintah pada kondisi pasar berjalan normal. Namun ketika pasar mengalami distori yang disebabkan oleh ulah para pelakunya, maka pemerintah tentu perlu turun tangan membenahi harga yang dipasar, sesuai dengan misi yang diemban untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Intervensi pasar dan regulasi harga dalam Islam dimaksudkan agar tercipta keseimbangan harga dan terjaganya hak dari semua pihak, baik pembeli maupun penjual. Untuk itu perlu ditekankan aspek moralitas yang berdampingan dengan motif mencari lab dan perniagaan. Tak kalah penting dari persoalan regulasi adalah komitmen Islam dalam menegakkn aturan-aturan dengan memberlakukan institusi hisbah, yang memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam pengawasan pasar.
Harga yang ditetapkan oleh pedagang dipasar akan sangan berpengaruh terhadap jumlah permintaan. Akan tetapi, penetapan harga para pedagang tergantung juga dari penjual utama dan jumlah barang yang beredar dimasyarakat. Disinilah para pedagang harus pandai-pandai dalam menetapkan harga. Satu sama lain harus berkaitan. Apabila dalam penetapan harga terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka pedagang hanya akan mendapat kerugian. Entah itu karena konsumen yang lari ke pedagang sebelah, atau karena harga jual yang ditetapkan pedagang yang sangat rendah.
Dengan adanya pasar mereka para pedagang jadi merasa mudah untuk berjualan dan dengan lancarnya proses jual beli, mereka para pedagang merasa senang karena hal itu dapat membantu proses perekonomian mereka.
Begitu pula dengan para pembeli atau konsumen, mereka juga merasa terbantu dengan adanya pasar karena denggan adanya pasar, mereka para konsumen jadi lebih mudah untuk mencari barang yang mereka butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sukino, Sadono.1991. Teori Ekonomi Mikro, Jakarta:Bina Grafika
Slamet, SW. 1997. Pengantar Belajar Ekonomi,Jakarta: Pradnya Paramita
Susanti, Hera.1996. Pemandu Belajar Ekonomi, Jakarta: Erlangga.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Boediono.1996. Ekonomi Mikro, Yoyakarta: BPFE Yogyakarta
Suhartati Joesron, Tati. 2012. Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta:Graha Ilmu
Putong, Iskandar. 2002. Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta: Ghalia Indonesia
Rahadja, Pratama Mandala Manurung. 2016. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Pratama IGR. 2018. Elastisitas Harga Cabai dan Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Kota Denpasar, Vol.7 No.9
Perwanta, Wiji. Keseimbangan Pasar, Harga Pasar adalah Tinggi Rendahnya Tingkat Harga yang Terjadi atas Kesepakatan antara Produsen/Penawaran dengan Konsumen dan Permintaan.
Dewi, RT.2009. Analisis Permintaan Cabai Merah di Kota Surakarta. Jurnal Agrobisnis.Vol 7
Saleh, Marhamah. Pasar Syariah dan Keseimbangan Harga. Jakarta: UIN Syarih Hidayatullah.
Kasdi, Abdurrohman. Permintaan dan Penawaran dalam Mempengaruhi Pasar. STAIN Kudus. Vol 4.No 2.
Putri, JS. 2017. Analisis Permintaan dan Penawaran Makanan Khas Sala Bulek di Pantai Gandoriah. Universitas Negeri Padang.
Rosmawati, EY.2015. Pengaruh Keberadaan Pasar Tradisional Terhadap Kesejahteraan Pedagang Dampaknya pada Retribusi Pasar. IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/ceress/article/view/8077&ved=2ahUKEwiOgPjMjZbiAhUSaq0KHfvLC3cQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVaw1-YA8SmqK1WQtp-LGdHNpZ
https://ejournal.unair.ac.id/JEBIS/article/download/1437/1128&ved=2ahUKEwiiq_f6jZbiAhVFWqwKHaFKBwcQFjAAegQIBxAC&usg=AOvVaw1FcxSgx9lZOK7VlONPWLdw
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jhet/article/view/10635&ved=2ahUKEwjz0NSYjpbiAhUNVK0KHeejBUsQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw1FNqaSaXP9yZ0Zqh61CXas
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Bisnis/article/download/2688/2030&ved=2ahUKEwif0qyAj5biAhVOcq0KHR5NDYgQFjAAegQIBRAB&usg=AOvVaw3yk82183AkvKFzSp9YZxko
https://ejournal.unair.ac.id/JEBIS/article/download/1437/1128&ved=2ahUKEwif0qyAj5biAhVOcq0KHR5NDYgQFjABegQIBBAB&usg=AOvVaw1FcxSgx9lZOK7VlONPWLdw
http://journal.unisla.ac.id/pdf/113232017/2.%2520anim.pdf&ved=2ahUKEwif0qyAj5biAhVOcq0KHR5NDYgQFjADegQIBhAB&usg=AOvVaw1Pk5N4OdD6ASIWlB42U6EL
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/tawassuth/article/download/1695/1358&ved=2ahUKEwif0qyAj5biAhVOcq0KHR5NDYgQFjAHegQICRAB&usg=AOvVaw0Op-m82DvrSc_3LEXuS0ZE
http://journal.uin.alauddin.ac.id/index.php/lamaisyir/article/download/4982/4428&ved=2ahUKEwif0qyAj5biAhVOcq0KHR5NDYgQFjAIegQICBAB&usg=AOvVaw2jxDSn-mz6CTWTEAE22vcT
http://journal.unismuh.ac.id/index.php/pilar/article/download/463/405&ved=2ahUKEwiOrIv9j5biAhUJRK0KHd4eBPs4ChAWMAB6BAgEEAE&usg=AOvVaw0W5MkF-FTyihn1Tp0lWKCm
http://e.jurnal.unisda.ac.id/index.php/adilla/article/download/734/410/&ved=2ahUKEwiOrIv9j5biAhUJRK0KHd4eBPs4ChAWMAF6BAgIEAE&usg=AOvVaw1GUq5mnGdMf2FO07yHl0F4
Karim, Adiwarman. 2015. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Putong, Iskandar. 2002. Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H