Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Rahasia Pujangga Kuno - Kini, Melewati Mental Block Saat Menulis

22 Desember 2020   00:07 Diperbarui: 22 Desember 2020   08:56 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa jadi untuk sebagian kecil pujangga alias penulis Kekinian,  menulis mirip anak kecil naik. Sepeda. Langsung melompat ke sadel,  meluncur, begitu ahlinya,  sampai. Lepas stang. Tangan lepas ke udara.

Teks tulisan mengalir seperti butir butir air,  jatuh dari hujan deras di langit. Menimpa bumi kertas dijital. Lahirlah karya karya besar.

Tapi banyak kasus,  ada banyak ide tulisan brilian,  tapi mati prematur. Justru saat baru sampai pada alinea awal.  Bahkan bayi bayi ide besar itu,  banyak yang di kubur pagi pagi.  Saat kalimat pertama baru dilahirkan.

Seperti ada sesuatu yang gaib

 Misterius.  Mem-blok aliran sungaii ide,  yang mestinya mengalir lancar dari air terjun di gunung tinggi,  mengalir jadi sungai kecil,  membesar di muara. Lalu lepas,  selepas lepasnya ke laut.

Kenapa macet?

Kenapa ketikan huruf,  tulisan sketsa tangan berhenti disini.  Inilah yang disebut mental block.  Penyakit serius penulis pemula atau penulis yang sudah matang sekalipun. Mereka suka macet di tahap awal proses.

Jangankan orang lain. Penulis sempat mengalaminya. Tidak berkutik menulis nyaris selama 3 atau 5 tahun terakhir bahkan,  padahal ide ide mengalir seperti banjir.  Dan penulis simpan dengan apik. Tetapi saat mulai di.eksekusi jadi tulisan.  Jadi dingin, mentah dan tidak menantang lagi.

Mari kita belajar pada pujangga masa kuno,  bagaimana merawat kemampuan menulis,  sehingga selalu bisa mengalir. Melahirkan karya karya emas.  Biarpun dalam hujan petir. Tidak ada kata tidak ketika melahirlan karya tulis.  Entah untuk sang maharaja. Pejabat istana, tokoh tokoh utama,  atau sekadar menjadi catatan saksi jaman.

Ini yang biasanya dilakukan pujangga kuno,  merawat kemampuan batin agar selalu digdaya dalam menulis :

1. Menjaga kebersihan batin,  nurani dan nalar dengan laku batin yang bersih.

Mulai dari menjaga piranti. Menulisnya,  entah ketajamam pena bulu angsa,  kelarutan tinta,  ketajaman pisau ukir,  sampai pada kelenturan kulit kayu,  atau lontar terpilih yang akan menjadi media. Menulis.

2. Menjaga nuansa bersih hati, bersoh pikiran.

Rutin melakukan meditasi,  sambil. Melakukan upacara minum teh,  ritual mnum kopi. Lengkap dengan penganan rebusan palawija yang menentramkan perut dan nyaman di gigi.

3. menjadikan menulis menjadi tujuan mulia dalam hidup.

Posisi kerani,  juru tulis istana,  buianlah posisi yang main main.  Selalu bisa berdekatan dengan puasa. Bisa mendengar segala aib dan kelurusan kebijakan. 

Lalu saat menulis berupaya menyampaikan dengan bijak kepada pembaca yang akan membaca tulisannya,  satu generasi berikut atau bergenerasi generasi kemudian.  Pujangga kuno amat sadar, bahwa kejayaan kerajaan kerajaam besar akan berujung pada catatan babad lontarnya..

4. Pada situasi paling sulit, mereka memilih menyepi, menjauhi. Pusat kekuasaan untuk mempertahankan daya murni tulisnya

Bukan rahasia lagi,  bahwa. Pujangga kuno juga ada di pasang surut kekuasaan yang diikutinya. Yang pintar berkilah dengan karyanya saat mengikuti dinasti yang berbeda, biasanya selamat.  Bila keras hati,  maka nasib sial,  diasingkan adalah pilihan. Hanya penulis yang teruji, terpuji memilih menyepi di gunung atau di pantai,  menjauh,  menyepi dari kekuasaan.

5. Pujangga kuno menerima nasibnya menulis sebagai takdir terpuji.

Banyak yang menjadikan menulis sebagai panggilan jiwa dan keharusan sikap sebagai pengabdian kepada semesta besar.

Nah,  5 prinsip diatas bila bisa. Diselaraskan dengan jaman akan memudahkan penulis kekinian melewati bendungan mental block yang menyakitkan.  

Bagimana tidak, umpama menulis adalah menu. Kesukaan anda,  tapi karena diet dan mitologi anda tak berani menyentuh ujung tuts huruf gajet anda. Takut lelah.  Takut tidak bahagia. Inilaj mental block menulis di jaman kekinian.

Adakah cara mengatasinya?

Tentu ada,  mari kita menyelam bersama.  Jadi berang  berang. Gesit yang mematahkan semua batang pohon di sungai ide,  agar bisa mengalir deras ke laut.

Selain itu, ada prinsip pronsip. Pujangga kini atau penulis modern mengatasi situasi mental block menulis, memgikuti keluhuran lelaku pujangga kuno,  yaitu :

1. Mitos bahwa menulis harus di tempat sepi hapuskan.

Ini kendala penulis yang. Hampir mati kutu,  bila harus menulis di keramaian, padahal di jaman yang serba ramai dan sibuk. Menulis di dalam studio sepi,  di villa gunung atau oantai adalah sebuah kemewahan..

Berupayalah menulis dalam. Keramaian.  Di dalam ruang kantor. Di dalam kendaraan umum.  Darat, laut, udata,  di mal.  Di mobil.  Sekarang banyak aplikasi,  alat bantu menulis.  

Maksimalkan.  Untuk mengusir keramaian,  cukup. Kenakan headphone,  earphone. Putar musik yang anda suka. Hirup kopi teh panas dalam termos kekinian yang mungil dan bisa dibawa kemana mana.  Mulailah menulis dimanapun anda ingin.. Ciptakan suasana kebelet menulis yang tidak bisa ditahan dimana mana.  Lepaskan hasrat menulis anda sesegera mungkin !

2. menulis harus memakai alat mahal dan khusus hilangkan.

3. Ritual menulis penting,  tapi lebih penting lagi mengabdi pada kehidupan ini dengan ritual terus berkarya dalam situasi tersulit sekalipun.

4. Jangam berhitung dengan materi dan penghargaan semu ketika menulis.

Teramat banyak godaan profesi yang penghasilannya lebih memggiurkan daripada menulis. Tapi penulis perlu ingatkan, hanya menulislah yang bisa membulatkan kebahagiaan kita di dunia dan akhirat nanti. 

Materi secukupnya,  pahala jauh lebih banyak karena tulisan kita sering memberi cahaya terang bagi pembaca yang tersesat perlu panduan pikiran yang cemerlang dari tulisan kita yang sepertinya seadanya. Jelek di mata kita, teryata berlian di mata pembaca kita.

5. Pelihara cita rasa menulis dengan hanya mendengar, membaca,  melihat kabar kaabr baik.  Semakin banyak kabar buruk diserap.  Hanya akan membuat jiwa kering miskin nuansa. sehingga akan melahirkan karya karya semanis madu.

5. Menulislah seperti orang gila

6.menulislah seperti orang paling sibuk di dunia.

7. Anda harus kagum,  bahwa satu satunya penulis yang kagum pada karya anda,  adslah diri anda sendiri.

Tenang saja,  karena penulis yang lain juga berlaku demikian.  Hanya penulis yang rendah hati yang bisa melewati pagar kesombongan umum,  penulis yang tidak kunjung bisa menulis lagi,  karena sombong dan angkuh,  seperti saya di lima tahun terakhir,  tak bisa menulis satu alinea pun

Ketika sedikit merendah,  banjir ide menulis akhirnya bisa penulis kelola jadi karya.  Belum terlalu bagus.  Tapi bisa mengalir seperti bah.

Penulis bersyukur bisa kembali dslam posisi bebas penciptaan. Bahagia dalam proses menulis.  Mengawali dan mengakhiri setiap tulisan terbaru,  sebagai tugas pujangga kini yang sederhana.mencatat percikan keelokan jaman yang berlari tanpa ampun. Meninggalkan kita,  Penulis yang alpa mencatat, lupa menulis.  Khilaf selingkuh dengan kecakapan profesional lain yang menggoda imanakan dilupakannsekarah waktu. 

Maka nikmati, puaskan, maksimalkan daya linuwij anda dengan terus menulis karya karya, yang diperlukan jaman now dan saksi yang terua akan berbicara dari generasi generasi.  Tulisan kita lah yang akan jadi pemandu arah anak cucu menyintas setiap masalaj hidupnya nanti. Berkat peta jalan yang kita urai dari sekarang2, seperti kita juga pijangga kini  belajar kebijakan lokal dalam memasuki globalisasi melalui jejak panduan arah yang ditinggalkan pujangga kuno.

 Jadi kenapa anda berhenti menulis ?!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun