Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Rahasia Pujangga Kuno - Kini, Melewati Mental Block Saat Menulis

22 Desember 2020   00:07 Diperbarui: 22 Desember 2020   08:56 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulai dari menjaga piranti. Menulisnya,  entah ketajamam pena bulu angsa,  kelarutan tinta,  ketajaman pisau ukir,  sampai pada kelenturan kulit kayu,  atau lontar terpilih yang akan menjadi media. Menulis.

2. Menjaga nuansa bersih hati, bersoh pikiran.

Rutin melakukan meditasi,  sambil. Melakukan upacara minum teh,  ritual mnum kopi. Lengkap dengan penganan rebusan palawija yang menentramkan perut dan nyaman di gigi.

3. menjadikan menulis menjadi tujuan mulia dalam hidup.

Posisi kerani,  juru tulis istana,  buianlah posisi yang main main.  Selalu bisa berdekatan dengan puasa. Bisa mendengar segala aib dan kelurusan kebijakan. 

Lalu saat menulis berupaya menyampaikan dengan bijak kepada pembaca yang akan membaca tulisannya,  satu generasi berikut atau bergenerasi generasi kemudian.  Pujangga kuno amat sadar, bahwa kejayaan kerajaan kerajaam besar akan berujung pada catatan babad lontarnya..

4. Pada situasi paling sulit, mereka memilih menyepi, menjauhi. Pusat kekuasaan untuk mempertahankan daya murni tulisnya

Bukan rahasia lagi,  bahwa. Pujangga kuno juga ada di pasang surut kekuasaan yang diikutinya. Yang pintar berkilah dengan karyanya saat mengikuti dinasti yang berbeda, biasanya selamat.  Bila keras hati,  maka nasib sial,  diasingkan adalah pilihan. Hanya penulis yang teruji, terpuji memilih menyepi di gunung atau di pantai,  menjauh,  menyepi dari kekuasaan.

5. Pujangga kuno menerima nasibnya menulis sebagai takdir terpuji.

Banyak yang menjadikan menulis sebagai panggilan jiwa dan keharusan sikap sebagai pengabdian kepada semesta besar.

Nah,  5 prinsip diatas bila bisa. Diselaraskan dengan jaman akan memudahkan penulis kekinian melewati bendungan mental block yang menyakitkan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun