Tepat hari ke 60
Aneh, aku sudah tak merasa lapar lagi. Mantera pun sudah tak terdengat lagi, semua sudah menyatu dengan gerak lidah batinku. Menjelang tengah malam saat sel sepi. Mendadak aku terjerambab pulas tertidur tanpa kusadari.
Saat itu kusadari.kematian begitu dekat, tapi kelahiran kembaliku juga begitu dekat. Ruhku mendadak berubah rupa bukan jadi manusia lain tetapi menjelma macan kumbang hitam, lalu aku meraung begitu keras, geramanku teramat keras,menggetarkan tujuh penjuru angin. Lalu  Aku melesat dan melompat lepas ke atap tertinggi penjara dengam begitu mudahnya.
Lalu aku berlari.dengan kuat dan nekat melompati alun alun ke.pepohonan. tinggi meloncat ke gunung gunung yang ada.
Sekali lompat aku sampai di Gunung Slamet ketemu Eyang Ulun, tampangnya sangar, suaranya menggelegar, marah besar padaki.
'Siapa Kau kucing hitam kurang ajar, Â berani menggangu tidurku, merusak pekaranganku. Kau pikir engkau siapa. Kepingin mati ditanganku ?", ancam penjaga Gua wingit Gunung Selamet.
Aku Titis Aji yang sedang menjadi siluman macan kumbang, bergidik, empat kakiku gemetar dan aku jatuh keras, bersimpuh memberi sembah. Karena.sikap hormatku yang baik, Eyang Ulun pun berangsur berubah ramah. Cerita duka laraku dizalimi sesama manusia pun kuceritakan panjang lebar.Â
"Jadi kumbang Titis Aji yang malang, asal engkau tahu, orang yang memfitnahmu akan mengalami kesialan selama 31 bulan, dia akan merasakan deritamu di penjara.  Begitu engkau keluar dia masuk ditempatmu, Eyang jamin. lega  pikirmu ngger ?",tanya sesepuh gaib penjaga alas angker di ketinggian berkabut ini.
Setelah berbicang panjang tenyang ilmu hakekat dan tujuan hidup mulia. Aku disarankan untuk silaturahmi ke penjaga gaib gunung di pulau Jawa, Sindoro,Sumbing, Slamet, Galunggung,Merapi sampai Halimun.
Aku ikuti saran beliau, waktu manusia hanya semalam, tapi waktu di dunia peri perahyangan jauh lebih lambat, apalagi dengan kekuatan ilmu macan kumbangku. Sekali lompat aku bisa pindah dari gunung satu ke gunung lain. Setelah bertemu dengan sesepah gaib, dan mendapat tuturan nasehat rahasia kehidupan.
Aku mohon pamit dan meminta restu untuk hidup lebih jujur, baik, bermartabat. Saat aku mulai lelah bertualang di dunia.samar. Aku teringat pesan Eyang Ulun agar mengakhiri penjelajahanku di Rejenu, di Gunung Muria.