"Apa kamu tidak...?",tanya Jejen  lagi, belum menyelesaikan pertanyaannya. Perempuan itu mengerdipkan mata indahnya, bahasa tubuhnya, ia sudah paham semuanya, siap menempuh resiko apapun.
"Asal Abang siap bertemu keluarga besarku di kampung Citius, Aku siap menyerahkan diri sah buat Abang..",ungkap Encun tandas. jejen kelepek kelepek, tiba - tiba sesak nafasnya.. Hilang logika warasnya, maklum mabuk asmara...
***
Beberapa malam, ia pun sholat istiqaroh, saat malam tinggal sepertiga bagian. Terus dipanjatkan doa mohon petunjuk.Â
Makin hari makin mantap, seperti ada isyarat baik dari langit, Jejen memutuskan mengambil resiko sendiri.
Diam diam, akhirnya dia mantap, akan menikah secara siri, dibawah tangan, mengingat statusnya yang ASN. Pegawai negeri, tentu ada ganjalan soal PP 10 waktu itu, Peraturan Pemerintah yang mempersulit abdi negara memiliki dua istri.
Jejen memutuskan tidak minta restu bapak ibunya, apapun ini adalah resiko seorang Lelaki pemberani
***
Pada hari yang baik, tibalah pasangan yang dimabuk asmara ini berkenalan dengan keluarga besar Encun di Kampung Citius.
Kedatangan calon mempelai lelaki, tentu mengundang kerabat Encun berkumpul, sekedar basa basi kenalan, juga sekaligus melakukan "fit and proper test" bahasa keren untuk calon menantu.
Jejen tak kehabisan akal, diserbu calon saudara baru, ia telah menyiapkan senjata pamungkas, yaitu satu slop rokok kretek termahal, sebagai buah tangan dan teman berbincang.Â
Semakin malam semakin seru. Obrolan ngalor ngidul itu makin mengkristal, semua menerima Jejen yang cacat tangan tetapi luas pandangan hidupnya. Apa adanya.