Bercakap-cakaplah tentang puisi yang pernah kulukis wajahmu padanya
Seperti potongan masa lalu antara kekasih dan dirinya yang sendu
Sebanyak  yang pernah ku urai
Jangan lepas menjadi anai
Menyisakan masygul, remah, hingga lunglai
Memburai mengimla hati
Hingga menekuk seribu nostalgia
Akan tetapi, tak kan henti kulukis puisi wajahmu padanya
Tolonglah, bercakap-cakap tentangnya
Hingga ku kuas lagi puisi menjadi cemeti
Jangan berhenti mengimla rindu
Pada buana
Jangan membenci doa
Pada baka
Tolonglah, cakap-cakapkan lagi puisi itu
Sebagaimana sabana menulis kisah
Berhias mega nirmala
Ia menetap di dalam dadamu
Sibaklah penuh rindu
dan biarkan kewajibanku
; melukis wajahmu padanya dengan puisi
Tolonglah, cakap-cakapkan lagi puisi itu!
Hingga pejam detak di dadaku
Rumah Azka, 24-10-2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H