Aku terdiam. Nenek ini berbeda dari manusia-manusia lain yang telah ku cabut nyawanya. Nenek ini, seperti halnya manusia, menyukai indahnya hidup di dunia. Tetapi nenek ini membatasi rasa sukanya terhadap dunia, mempersiapkan dirinya untuk kehidupan selanjutnya, dan bersiap diri untuk hari dimana ia akan dipanggil. Tidak semua orang bisa merelakan semua nikmat dunia seperti ini. Tidak semua orang bisa sabar dengan lika-liku kehidupan seperti nenek ini. Dan apa yang ia dapatkan sebagai ganti? Seorang anak yang melupakannya setelah ia keluar dari sarang.
"Apakah anda akan senang jika anak anda datang di pemakaman anda?"
"Tentu aku akan sangat berbahagia. Aku ingin melihatnya sekali lagi."
"Baiklah. Sekarang izinkan saya mengantarkan anda ke kehidupan berikutnya."Â
"Silahkan." Nenek itu menutup matanya dan menghembuskan nafas terakhirnya.
*
"Grim,"Â Panggilnya lirih sembari menarik lengan jubahku. "Apakah itu...itu..-"
"Iya, itu adalah anakmu. Dia pulang secepatnya untuk mengunjungi makammu. Apakah kau tidak bahagia?"
"Aku...aku sangat berterima kasih. Oh, lihat lah dia, tinggi dan dewasa. Tidak lagi kurus dan kecil seperti dulu."
Nenek itu melepaskan pegangannya di jubahku dan berlari ke arah anaknya. Arwah tidak bisa menyentuh makhluk hidup. Makhluk tersebut hanya akan menggigil dan membiarkannya. Tetapi nenek ini membiarkan fakta itu dan tetap memeluk anaknya. Meski ia tau pelukan itu tidak sehangat semasa ia masih hidup, pelukan itu masih terasa sama untuknya. Pelukan spesial penuh cinta murni dari sang ibu untuk sang anak yang dirindukannya.
"Ibu rindu kamu, nak. Ibu tunggu kau datang berkunjung ke Miami, tetapi kenapa kau tak kunjung datang? Kenapa kau baru datang sekarang disaat ibu tidak bisa memelukmu lagi seperti dulu? Kenapa kau baru datang sekarang, nak?"