Mohon tunggu...
Azka NaaziraWardhana
Azka NaaziraWardhana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah

Hobi: menulis dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Klise!

13 Agustus 2023   22:42 Diperbarui: 14 Agustus 2023   00:49 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seumur hidupku baru pertama ini aku mengalami runtutan peristiwa yang amat klise seperti ini. Semuanya bermula dengan kunjunganku ke Irlandia. Jika saat itu aku tidak mendapat beasiswa, maka tentu aku tidak akan pernah menapakkan kaki di tanah Irlandia. Sebagai pendatang yang mengetahui sedikit bahasa Inggris, bisa dikatakan bahwa situasiku amat merepotkan. Tapi tidak perlu khawatir, aku sudah berencana untuk ikut les bahasa selama di sini. 

Dan itulah asal muasal kehidupanku yang klise.

Karena jetlag aku tidak bisa tidur dengan nyenyak untuk beberapa malam. Tapi mau tidak mau, aku sudah bayar les dan boros uang rasanya untuk bolos les hanya untuk hal sepele. Dengan kaki lemas dan mulut yang tak berhenti menguap aku memasuki ruangan les. Tanpa sengaja aku menabrak seseorang di depanku. Ucapan maaf terucap dari dua pihak di saat yang sama. Hanya saja...berbeda bahasa. Dari fisiknya saja, bisa di tebak bahwa aku telah menabrak perempuan lokal. Rambut merahnya, bintik-bintik coklat di hidungnya dan mata hijaunya yang mengkilap.

Sial. Batinku

Di luar ekspektasi, perempuan itu malah tersenyum ramah dan membantuku berdiri.

" Are you a student here?"

Aku hanya membisu di tempat. Aku kira dengan kemampuan bahasa Inggrisku yang terbatas ini - dan ditambah dengan les disini - aku akan survive kehidupan di negeri asing. Realita menabrak dari belakang. Aku tidak bisa memahami accent orang Irlandia!

Wanita itu pun tertawa kecil melihat ku yang mencoba menjawab dengan terbata-bata. "I'll take that as a yes. Just turn to left and straight. First room on the right!" 

Aku menghargai effortnya untuk berbicara lebih lambat dan menggunakan gestur tangannya untuk menunjukkan arah kelas yang kutuju. Sayang sekali di waktu itu aku hanya bisa membalas dengan "thank you" yang lirih sebelum berjalan cepat dari adegan memalukan itu. Sayangnya itu hanya permulaan di kisah klise ku ini.

*

Setelah beberapa tahun les di tempat itu aku mengenal wanita itu dengan baik sekarang. Saoirse Sullivan, teman pertamaku di negeri asing ini. Dan selama kita berdua berteman adegan klise itu terus datang seperti hujan deras di musim hujan. Mulai dari les di tempat yang berdekatan - Saoirse les musik di kelas sebelah - hingga berbagi payung saat hujan. Dari aku tidak sengaja menangkapnya disaat dia terpeleset hingga dia membantuku mengambil buku di rak yang terlalu tinggi. Semuanya menurutku masuk di list "hal-hal klise yang terjadi di cerita romansa".

Apakah itu menggangguku? Oh, tentu! Tujuanku disini hanya satu, untuk belajar dan menuntut ilmu. Bukan untuk terlibat di kisah romansa yang klise ini! Ada masa dimana aku ingin undur diri dari pertemanan ini, tapi cahaya di mata Saoirse setiap kali kita bertemu menghalangiku untuk yang ke ratusan kalinya. Suatu hari aku akan mengakhiri pertemanan klise ini dan fokus belajar.

*


Sekali lagi hal klise menimpaku kembali. Hanya saja...ini adalah hal klise terakhir yang akan menimpaku.

Kenapa?


Saoirse telah meninggal dunia pekan kemarin. 

Bagaimana bisa hal ini dianggap klise?

Berapa banyak buku romansa yang pernah kau baca yang menceritakan tentang dua insan yang tidak bisa bersatu? Baik itu terpisah oleh kasta, jarak, tuntutan orangtua, atau kematian. Diriku yang dulu akan merasa biasa saja terhadap hal ini. Diriku yang dulu menganggap Saoirse hanyalah kenalan yang tidak begitu signifikan di hidupku. Aku kira pendapatku tentang Saoirse masih tetap sama seperti dulu. Tapi sepertinya aku salah.

Mengapa?

Jika aku tidak salah, maka mengapa aku menangis tiada henti setiap kali berkunjung ke makam Saoirse? Mengapa aku menggila  hanya karena namanya disebut? Mengapa aku kerap memimpikannya setiap malam? Mengapa kepergiannya meninggalkan bekas yang amat pedih?

Klise.

Menurut buku-buku romansa, aku adalah seseorang yang mengalami fase penyangkalan terlalu lama hingga orang yang menungguku akhirnya pergi juga. Dan disaat itu barulah aku menyadari betapa signifikan Saoirse di kehidupanku. 

Sial. 

Dulu aku kira dengan kepergian Saoirse kehidupanku akan kembali normal tanpa klise-klise yang menghantuiku siang dan malam.  Tapi aku tidak menyangka kepergian Saoirse akan membawa duka. Duka Irlandia. Duka yang akan menghantuiku selama kakiku masih menapak di tanah Irlandia. Sampai aku melupakan Saoirse dan Irlandia, harapan untuk bebas dari duka ini adalah nihil. 

Ah, sungguh klise fase kehidupan yang satu ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun