"Gue ga pernah ngasih tau nama gue" aku bingung bagaimana dia tahu namaku
  "Leora. Nama lo Leora Candace. Gue udah tau dari lama"Â
  Setelah mengucapkan itu dia langsung berlari menuju kelasnya meninggalkan aku yang masih termenung, aku tidak mencolok dan cenderung mengisolasi diri, bagaimana dia tahu namaku.
  Aku menatap papan tulis yang dipenuhi dengan rumus rumus menyebalkan itu dan sesekali menyalinnya ke dalam buku. Ini masih pagi tapi sudah disuguhkan dengan hitungan yang membuat kepalaku ingin pecah sekarang juga. Walaupun aku terbilang cukup pintar tapi tetap saja hitungan adalah kelemahan terbesarku.
  "Siapa yang bisa jawab? Coba maju ke depan" kata kata horor itu akhirnya keluar. Semua nya menunduk, ada yang pura pura menulis ada yang pura pura paham padahal tidak sama sekali, aku menatap keluar, melihat anak anak kelas lain berolahraga.
  "Kalo ga ada yang maju ibu panggil" hening
  "Ya sudah ibu akan panggil. Arkan, lista, kai, leora. Maju kedepan, soalnya bebas kalian mau pilih yang mana"Â
Aku kaget saat namaku dipanggil, meskipun tidak mengerti aku harus tetap menjawab. Aku berjalan menuju papan tulis dan mulai mengerjakan soal nomor 3. Aku mengerjakan walaupun tak paham, setelah selesai aku langsung duduk tak peduli itu salah atau tidak aku hanya ingin kembali ke kursi ku.
  "Yang jawab nomor 3 siapa?" Guru itu bertanya setelah melihat papan tulis. Aku mengangkat tangan. "Jawaban kamu sudah benar, tapi di bagian sini, rumusnya agak terlalu berbelit,tapi kalo kamu mengerti tidak apa apa. Bagus Leora" aku hanya mengangguk dan kembali fokus pada pikiranku.
  Bel istirahat pertama sudah berbunyi, semuanya meregangkan tubuh termasuk aku, hari yang diawali dengan hitungan dan hafalan sungguh membuat aku ingin muntah. Aku pergi menuju kantin, meskipun benci keramaian, urusan perut tidak bisa diabaikan. Aku membeli sosis dan air putih.
  "Harusnya lo mesen yang lebih bikin lo kenyang" aku langsung menoleh pada suara di belakangku, dan menghela nafas.