Alat ukur berdasarkan sifat perubahan datanya juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
Alat ukur Analog
- Alat ukur analog dengan output analog memiliki range pembacaan yang tidak terbatas artinya pembacaan tidak dapat dilakukan dengan pasti. Alat ukur analog membaca datanya perlu kecermatann dan menyetingnya cukup lama. Dan luaran outputnya kontinu. Alat ukur analog cocok digunakan untuk praktikum atau penelitian pada siswa/mahasiswa agar mereka bisa lebih cermat dan teliti. Namun jika menjadi pranata laboratorium dan alatnya antrii Panjang, disarankan menggunakan yang digital.
      Contoh alat ukur analogy yaitu : Multimeter analog, timbangan analog, penggaris, jangka sorong, thermometer.
Alat ukur Digital
- Alat ukur digital merupakan alat ukur yang memperagakan suatu pengukuran dalam bentuk angka diskrit sebagai pengganti defleksi jarum penunjuk pada skala kontinu dalam alat ukur analog. Dan luaran outputnya diskrit. Perbedaan utama pada alat ukur analog dan digital adalah pada tampilan layarnya. Sebagai contoh, multimeter analog menggunakan jarum untuk menunjukan nilai atau hasil pengukurannya sedangkan multimeter digital akan menunjukkan nilai atau hasilnya sebagai angka pada layarnya. Alat ukur digital cirinya ada kolom dan barisnya.
      Contoh alat ukur digital yaitu : Jangka sorong digital, multimeter digital, waterpass digital, termogram, dll.
Alat Ukur Berdasarkan Sifat Outputnya
Alat ukur berdasarkan sifat outputnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
Alat ukur Tidak Cerdas
- Alat ukur tidak cerdas merupakan alat ukur yang outputnya kuantitatif, outputnya hanya angka. Kalau masih angka berarti tidak cerdas/ no smart.
      Contoh alat ukur tidak cerdas : alat ukur analog dan alat ukur digital
Alat ukur cerdas
- Alat ukur cerdas merupakan alat ukur yang outputnya kuantitatif dan kualitatif
      Contoh alat ukur cerdas : Genose C19 ( alat pendeteksi covid 19 )