Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan

Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan Founder MPC INDONESIA WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Catatan Ramadhan 11 | Cita rasa Kopi Berkualitas, Bukan Kopi Manis!

3 April 2023   05:20 Diperbarui: 3 April 2023   06:37 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Aziz Amin | Wong Embuh, Coffeshop Sentana Mulya Hotel Pemalang

Ramadhan sudah masuk hari ke 12, catatan saya hari ke 11 ini bagaimana ?

Bagaimana kabar puasa anda hari ini sahabat Kompasianer ?

Selamat pagi dan salam Kompasianer, salam {{{ positif, sehat dan bahagia }}},

Tidak terasa 10 hari ramadhan telah terlewati, pastinya ada banyak catatan dan cerita yang terjadi, baik yang menarik dan unik sampai tantangan yang terjadi bagi anda.

Semoga semua yang telah berproses selama 10 hari awal Ramadhan anda benar benar mendapatkan esensi isi dan hikmah ramadan bukan hanya kulit yang kosong.

Kenapa ?

Karena konon dikabarkan banyak yang puasa, akan tetapi pada akhirnya ia hanya dapat kulitnya ramadhan dan ternyata tanpa isi atau " Zonk ! " Apa yang dilakukan selama proses paluasa ramadhan hanya mendapatkan lapar dan dahaga.

***

Kopi semalam tidak habis, masih ada sisa yang tidak kuasa saya habiskan, 

Yah kadang yang dianggap ampas tidak bisa dinikmati walau pada kenyataannya ada golongan orang yang menikmati sampai ampas -ampasnya. Pastinya bukan saya.

Filosofi Ngopi itu ya ngobrolin pikiran dan ngolah pikir, dalam pemahaman saya, ngopi itu bukan hanya soal mencampur kopi dangan seduhan air panas. 

Ngopi bukan hanya duduk diruang temaram dan pojokan kota atau hanya sebatas lesehan pinggir jalan.

Ngopi lebih dari itu, ada sebuah takaran dan harmoni yang pas dengan selera yang tentu berbeda menyesuaikan bagaimana cita rasa kopi pilihan penikmatnya, apa rebusta atau arabika.

Bicara kopi dan perkopian kadang muncul bahasan yang sejatinya tidak masuk didalamnya, kalau kita mau jujur dan pahami bahwa inti dari kopi itu sendiri, cinta rasa asli dan khas kopi.

Kalau madu jelas cita rasa atas simbol rasa manis, dan jeruk adalah citavrasa kecut tapi kopi itu ya pahit atau asam.

Hanya saja atas nama pemenuhan kebutuhan dan nafsu mereka yang mengaku para penikmat kopi, mereka tidak mampu menerima bahwa koonitu pahit dan asam.

Kalau zaman sekarang "Netizen Maha Benar", maka akan ada upaya yang dipaksakan biar rasa kopi menjadi sesuai selera lidahnya para pembohong yang selalu bilang " racikan kopinya pas dan mantap, manisnya pas di lidah ' katanya 

Darimana dasarnya kalau kopi manis coba ?!, Mereka dibilang pembohon tidak akan pernah terima, selalu melakukan pembenaran atas nama inovasi dan perkembangan sampai kopi rasa strawberry

Kopi - kopi diperdaya dan diperkosa untuk berubah dan mengubah citra diri dan cita rasanya, mulailah ia dicampurkan dan dikenalkan kombinasi dan aneka macam toping termasuk gula, susu, dan banyak lagi hal yang mewakili rasa manis untuk memaksa pahit dan asam kopi berganti manis. Wkwkwk.

Yah, manusia kebanyakan tidak akan suka rasa pahit dan asam kehidupan, jadi wajar kalau ia ingin menikmati apapun selain hidupnya dengan cita rasa yang berbeda dan berharap selalu manis, termasuk kopinya, walau itu semua semu.

Rasa manis atas apapun yang ia lihat, dengar dan rasakan akan diakumulasi dan dikoneksikan pada manisnya kehidupan. Harapannya sih.

Maka wajar kalau manusia selalu mencoba keberuntungan dengan meracik dan meramu kopi dengan tambahan aneka rasa dan gula atau pemanis yang menghasilkan kenikmatan kopi dalam pikirannya sesuai seleranua.

"Rasa kopinya pas dan mantap " bangganya.

Sementara yang lain dengan raut wajah yang kecut bilang 

" kopinya pahit!, kopinya  asam !" komentar atas seduhan kopi alami tanpa gula, yang sejatinya ini cita rasa hakiki kopi

Kadang aneh mengamati mahluk yang bernama manusia,  bahwa sudah tahu bahwa sejatinya rasa dasar kopi ya kalau nggak pahit itu asam, tergantung bagaimana proses pengelolaan kopinya, apa itu jenis robusta atau arabika.

Anehnya selalu saja kopi yang sejatinya alamiah dan benar akan dianggap salah dan bukan kopi yang baik atau berkualitas.

Tapi atas niat dan keinginan memenuhi hasrat nafsu dunia pikirannya, maka ia memaksakan merubah cita rasa asli kopi pahit dan asam menjadi kopi yang sesuai seleranya.

***

Demikianlah hidup, dan kehidupan kadang tampil apa adanya dan menjadi diri sendiri itu belum tentu dapat diterima dan pahami oleh orang lain.

Apapun keadaan diri anda, baik atau tidak baik, akan memunculkan respon yang berbeda, ada yang menerima dan pasti ada pula yang tidak akan menerima dan menganggap anda aneh.

Menjadi baik dan apa adanya itu tidak selamanya diterima dan dipahami baik, bisa jadi kau dianggap tidak baik atas ambisi dan nafsu seorang, maka ia akan berusaha untuk mengubah tampilan dan gaya mu sesuai seleranya dengan menambahkan hal yang sejatinya bukan dirimu.

Anda akan dianggap baik kalau sesuai dengan apa yang ia inginkan, bagaimanapun caranya, termasuk dengan dicampurkan atau di paksakan menjadi seorang yang memenuhi keinginan dan harapan mereka ( walau itu bukan dirimu ).

****

Belajar dari kopi, kopi tidak pernah mau bersuara atau bahkan berkampanye kalau ia adalah manis, karena kopi sadar ia pahit dan asam. Ia tidak pernah berusaha meyakinkan orang lain kalau dirinya manis.

Percayalah, ada penikmat khusus untuk kualitas dan keaslian dirimu.

Jangan memaksa jadi manis atau jadi apapun yang bukan seperti dirimu.

Dan semoga di ramadhan ini, bulan yang suci dan mensucikan saatnya kembali pada fitrahnya dan menyadari siapa diri anda dan seperti apa.

Tidak perlu memaksa jadi manis dengan mengubah diri, tanpa gula dan pemanis buatan.

Anda akan berjodoh dengapenikmat anda yang sejati yang tak akan mau merubahmu jadi orang lain, dan saat yang tepat anda bertemu jodoh anda, penikmat kopi sejati yang ekslusive 

Aziz Amin | Wong Embuh 

Kompasianer Brebes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun