Hal ini kadang diperparah dengan adanya lebeling ( attribusi ) yang diberikan orang tua maupun keluarga pada salah satu anak yang supperior atau anak yang aktif dianggap sebagai anak yang nakal.
Padahal kalau kita mau sejenak mengamati dan merenung hampir semua anak yang dianggap anak nakal tadinya adalah anak yang imut, lucu, ceria dan energik hanya karena minat dan rasa penasarannya yang lebih dominan ia akan lebih banyak terkesan pemberani tanpa kontrol (karena belum tahu) dan berita tidak baiknya orang tua kadang dibuat kesal dan memberikan lebel " Dasar kamu anak nakal !!! "
"Bisa nggak kamu nggak nakal sehari saja?"
"Si fulan memang nakalnya luar biasa"
Dan lain sebagainya, itu yang kadang menjadi program bawah sadar anak bahwa dia mefmang dilahirkan nakal dan kata ayah ibunya sebagai anak nakal.
Bagaimana cara menangani anak nakal ?
- Amati dulu apapun respon anak, jangan libatkan emosi.
- Berfikir positif, ia sedang cari model atau eksplor pengalaman baru.
- Jaga dan awasi setiap respon yang sekiranya membahayakan.
- Kasih arahan atau fasilotasi resiko yang terjadi dari aktifitas / respon yang ia lakukan.
- Edukasi dan beri contoh bagaimana baiknya dan bagaimana cara melakukan aktifitas yang aman.
- Lakukan berulang dan terus ajarkan kebaikan pada anak sampao ia memahaminya
- Jangan pernah beri lebel / attribusi sebagai anak nakal, justru sanjung ia sebagai anak pintar hanya dibeRTikan edukasi bahwa yang ia lakukan butuh penyempurnaan biar aman.
Semoga manfaat
Aziz Amin | Kompasianer Brebes KBC-10
WA 0858.6767.9796
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H