Satu pagi di sebuah desa kemuning, pagi yang cerah setelah semalaman diguyur hujan lebat, rasanya bumi begitu adem, tampak indah berseri terlihat nuansa tumbuhan yang nampak seger dengan sisa embun pagi, binatang pagi mulai beraktifitas dan mentari nampak ceria memancarkan sinarya menerani alam raya.
Sementara disalah satu rumah napak terdengar seorang ibu yang nampak bersuara keras membangunkan gadis kecilnya, ya ..., nadanya terlihat kesal dan marah
" Intan !!!, bangun !!!!, udah pagi loh !!! " katanya dengan nada tinggi
" Intan !!!, Bangun !!! " ulangnya sambil mengoyang -- goyangkan tubuh gadis yang masih asik dengan tidurnya, gadis itu hanya sesekali mengganti posisi dan kemudian lanjut tertidur lagi.
" Intan !!! ayoooo bangun nak..., ini hari pertama kamu sekolah tan !!!' katanya mengingatkan gadis itu.
" Iya ibu..., sebentar lagi ini masih ngantuk bu " jawab nya sambil mengucek mata dan mulai terbangun.
Perlahan tapi pasti intan mulai bangun dari tidurnya, dilihatnya jam dinding di sisi kamarnya menunjukkan pukul 05:47, ia mulai bergegas menuju kamar mandi. Ini adalah hari pertama intan pindah ke desa kemuning mengikuti ayahnya yang pindah tugas di kota.
Desa kemuning menjadi pilihan ayah intan mengingat desa kemuning adalah desa yang banyak memiliki kenangan ayah sejak kecil dimana ayah intan dulu pernah tinggal di desa ini saat kuliah di kota, sayangnya sejak lulus kuliah ayah intan mendapatkan penugasan kerja di Jakarta sampai dengan 20 tahun, hingga satu kebahagiaan bagi ayah saat dipindahkan tugas di kota dan memilih tinggal di desa kemuning.
Saat intan sedang asik sarapan dengan ibu di ruang tengah, ayah keluar dari kamar sambil menghampiri intan dan bilang " intan ..., ayo ayah antar sayang " katanya dengan senyum lebar.
" Hore !!!!, Asiiik !!!, beneran yah mau dianterin nih ? " sorak intan nampak sangat senang mendengar tawaran ayahnya.
" Ya iyalah sekalian ayah berangkat ke kantor tan, tapi nanti pulangnya dijemput ibu aja yah "Â
" Siap Ayah heheheh " intan mengangkat tangannya hormat seperti polisi.
Ibu intan hanya tersenyum memberikan kode bahwa ia setuju untuk menjempur intan pulang sekolah, setelah berpamitan intan dan ayah berangkat ke kantor dan sekolah bersama, ibu intan hanya memandangi keduanya sampai keduanya tak terlihat lagi dipersimpangan jalan depan desa.
****
Sesampainya disekolah intan, nampak canggung melihat suasana sekolah yang napak sangat asri, indah banyak bunga -- bunga sebagai pagar, tidak ada kesan seram atau bangunan megah, bangunan sekolah sangat sederhana tapi nyaman, tertulis SMA Negeri 1 Desa Kemuning diatas gapura pintu masuk, dan terlihat beberapa siswa sudah mulai berdatangan dan sesekali mereka tersenyum ramah.
" mereka ramah -- ramah sekali yah, beda sama dikota " katanya dalam hati.
" Ayah, intan masuk sendiri aja nggak papa, intan berani ko " kata intan sebelum ayahnya sempat bilang apapun, dijabatnya tangan ayahnya dan dicium, intan lari kecil masuk ke lingkungan sekolah.
Intan ingat pesan ibunya kalau ia akan masuk di kelas sepuluh a, yang katanya ruangannya disebelah barat bangunan no 2 samping ruang guru.
" Maaf, bangku ini kosong ya mba ? " tanya intan menunjuk sebuah bangu di urutan ke 3 yang kebetulan ada cewek yang duduk sendirian.
" duduk aja kali heheheh, ngapain tanya bangku kosong sih, eh ya kamu kemarin jadi beli buku matamatika in ? " tanya cewek tadi ramah seolah -- olah sangat akrab dengan intan.
" Kemarin ? " intan bertanya dan bengong kebingungan karena ia merasa tidak mengenal cewek ini dan tidak tahu soal buku matematika, apalagi cewek ini menyebut nama, artinya ia kenal intan.
" ko bisa yah ia kenal aku, kan aku anak baru " kata intan dalam hati, sambil bingung, tiba -- tiba cewek tadi langsung tarik tangan kanan intan "mana penghapusku yang kemarin in ?, kemarin kamu pinjam belum dikembaliin oh. !!!" pintanya
Intan semakin bingung dengan kejadian tersebut " kemarin aku... " belum sempat melanjutkan kalimatnya tiba -- tiba, " TENG !!!, TENG !!!, TENG !!! " tiba tipa bel masuk berbunyi dan semua menjadi riuh menuju tempat duduk masing masing, dan intan masih hanya bingung terdiam.
Melihat prilaku intan yang demikian rani nama gadis yang satu meja juga nampak bingung, " In... Inten, kamu ko aneh sih hari ini ? kaya orang asing aja aku melihat kamu ?, masih ingat kan siapa aku ? ini kelas apa ? " tanya rani.
" em.... maaf mba, saya bukan inten mba, saya intan mba dan saya anak baru, mba namanya siapa ? " kata intan bingung.
" Ach bencanda kamu ten !!!, kamu inten kan ?, jangan bercanda ach, aku rani teman kamu " kata rani tidak percaya kalau yang bicara didepannya adalah bukan inten.
" Anak -- anak..., bu guru akan mengenalkan ada murid baru yah, katanya hari ini akan masuk, mana yah murid barunya ? " kata bu guru setelah membuka kelas dengan salam dan berdoa bersama.
Intan berdiri dan mengajungkan tangannya " saya bu ! ".
Sepontan semua teman temannya bilang " wuuuuuhhhh !!!! " menyoraki intan yang bilang sebagai murid baru.
" kamu inten kan ? " tanya bu guru.
" Bukan bu, saya Intan bu, saya murid baru yang dari Jakarta bu " kata intan meyakinkan bu guru.
Tiba -- tiba pintu kelas diketuk dan terbuka, dan berata kagetnya semua murid dan bu guru melihat wanita yang persis dan mirip bahkan sama berdiri dipintu seperti intan.
Semua bengong, melihat dua wanita sama yang berdiri dimeja nomor 3 yang mengaku intan dan wanita yang sama ada di pintu baru masuk ruang kelas, hanya berbeda adalah kuncir tambutnya yang satu dikuncung satu dan yang dipintu dikuncir dua.
" Maaf bu guru, Inten terlambat tadi ban sepeda inten bocor bu di jalan " kata gadis yang baru masuk.
" hehehehe... ko bisa sama yah kalian, silahkan masuk mba Inten, dan ini berarti murid baru yang dari jakarta yah ? " tanya bu guru pada intan.
" Iya bu guru, saya intan bukan inten " jelas intan.
Intan akhirnya pindah tempat duduk yang dibelakang yang kosong sementara meja nomor tiga adalah tempat duduk inten bersama rani. Intan memperkenalkan diri dan asal sekolahnya termasuk kenapa intan pindah sekolah di desa kemuning, ini semata -- mata karena ayahnya yang pindah tugas dikota.
Selesai jam pelajaran mendadak kelas jadi ramai, bahkan waktu jam istirahat tidak banyak yang keluar seperti biasanya, mereka merapat dan mengumpul melihat keanehan dikelas melihat intan dan inten yang mirip dan sangat sangat mirip hanya beda gaya rambut.
Beberapa teman -- teman inten mengatakan kalau bisa jadi mereka kembar, karena memiliki wajah, tinggi badan gaya dan wajah semuanya sama dan mirip banget.
" Kalian pasti kembar " kata seorang temannya
" Iya inten kayaknya kembaran intan deh " tambah rani meyakini
" ach masa, nggak mungkin " kata intan.
" Iya ya nggak mungkinlah orang tua kita beda, aku kan di desa dan intan katanya tinggal dan dari jakarta, masa kita kembar, gimana kembarnya ? " sanggah inten.
" bisa jadi ini kebetulan saja teman -- teman " kata intan menenangkan teman temannya
Tetap saja semua tidak bisa menerima alasan intan dan inten, teman teman masih meyakini bahwa mereka adalah anak kembar.
****
Setelah kelas selesai, tibalah semua semua murid pulang satu persatu, sementara intan masih terduduk dimejanya sambil bersiap pulang, inten datang mendekati intan " Tan, kamu pulang sama siapa ?, mau pulang bareng aku nggak ? " inten menawarkan diri mengantar pulang dengan sepeda.
" Nggak usah ten, aku pulang sama ibuku nanti dijemput ko " kata intan.
" Oh ya udah, aku temani kamu nunggu ibu mu aja didepan yuk " ajak inten.
Inten menceritakan kebingungannya dengan kemiripan dirinya dan intan, dan intan juga sama tidak menemukan awaban pasti bagaimana bisa semirip ini, dan benar benar kembar kalau orang yang melihat sekilas pasti terkecoh.
Hingga inten cerita kalau bapaknya telah meninggal setahun yang lalu, ia hanya tinggal sama mamah dirumah dan ada adik yang sekolah di SMP.
Ibu intan yang menjemput nampak bingung, melihat anaknya menjadi dua, ia terdiam dan memandangi inten dan intan yang duduk bersama menunggu dihalaman depan sekolah, " Intan ? " sebut ibu bingung memastikan mana yang intan
" Ya mah aku intan " jawab intan
" Itu siapa ko sama sama kamu ?, kamu siapa nak ? " tanya ibu intan
" Saya Inten tante " jawab inten.
" Inten ... " Ibu intan nampak berfikir sangat dalam dan mencoba mengingat ingat sesuatu, entah apa yang lagi dipikirkan ibu, ia nampak seperti kosong dan menuju satu pengalaman yang jauh.
" Kamu Inten, anaknya yu darsini yah, ayah mu kang parnoto ? " tanya ibu intan.
" Iya tante, aku anak mak darsini, tapi bapak noto sudah meninggal satu tahun yang lalu tante " inten akhirnya menceritakan keluarganya dari sebelumnya bapaknya kerja di perkebunan, dan sakit sampai kecelakaan meninggal.
Inten sekarang tinggal sama mak dan adik bagus yang masih sekolah di SMP.
Ibu intan menangis dan memeluk inten dengan sangat erat, " anakkku.... anaaakku...., inten... kamu itu anakku ya anakku nak..., tante ini ibu kamu " kata ibu intan sembari menangis
" Maafkan ibu nak, maafkan ibu... kalau ibu selama ini kehilangan kontak yu darsini dan kang parnoto, ibu dan ayah mencarimu nak..., tapi ibu dan ayah kehilangan kontak " jelasnya
Inten nampak bingung, wajahnya sayu dan merasa tidak percaya dan matanya berkaca -- kaca hanya terdiam bisu.
Akhirnya ibunya intan mengajak intan dan inten untuk ke rumah inten, dan bersamaan itu ditelponnya ayah intan dikantor untuk ke rumah inten di ujung desa kemuning. Susana sangat haru sangat kental disebuah rumah kecil di tengah sawah, sementara dua wanita paruh baya seling berpelukan nampak menangis, intan dan inten hanya terdiam dan terpaku sendu melihat ibu dan mamak mereka saling meratapi kesedihan yang dalam.
Intan dan Inten adalah anak kembar, dimana saat dilahirkan kondisi ekonomi keluarga intan dalam kondisi yang sangat memprihatinkana, sementara saat ituayah intan masih kuliah dan menikah dengan ibunya dan memiliki anak kembar adaalah sebuah beban hidup yang berat, hingga akhirnya inten kakak intan diberikan kepada yu darsini dan kang parnoto karena menikah sudah lama tapi belum dikaruniai keturunan ( anak ).
Dan sejak keluarga intan pindah ke jakarta, orang tua intan kehilangan kontak dengan keluarga inten mengingat saat itu keluarga inten bapaknya ditugaskan di luar pulau jawa, dan pencarian kedesa kemuning tidak membuahkan hasil hingga akhirnya pasrah dan tidak pernah menceritakan pada intan kalau memiliki saudara kembar.
Saat ini keluarga intan telah hidup sangat berkecukupan dan pada akhirnya yu darsini, inten dan adiknya semuanya dipindah tinggal bersama dengan intan menjadi sebuah keluarga yang bahagia.
Cerpen karya putri kecil kami " Nabilah " yang telah dilakukan editing untuk menjadikan cerita lebih mengalir tanpa merubah inti cerita dan plot yang ia buat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H