" Siap Ayah heheheh " intan mengangkat tangannya hormat seperti polisi.
Ibu intan hanya tersenyum memberikan kode bahwa ia setuju untuk menjempur intan pulang sekolah, setelah berpamitan intan dan ayah berangkat ke kantor dan sekolah bersama, ibu intan hanya memandangi keduanya sampai keduanya tak terlihat lagi dipersimpangan jalan depan desa.
****
Sesampainya disekolah intan, nampak canggung melihat suasana sekolah yang napak sangat asri, indah banyak bunga -- bunga sebagai pagar, tidak ada kesan seram atau bangunan megah, bangunan sekolah sangat sederhana tapi nyaman, tertulis SMA Negeri 1 Desa Kemuning diatas gapura pintu masuk, dan terlihat beberapa siswa sudah mulai berdatangan dan sesekali mereka tersenyum ramah.
" mereka ramah -- ramah sekali yah, beda sama dikota " katanya dalam hati.
" Ayah, intan masuk sendiri aja nggak papa, intan berani ko " kata intan sebelum ayahnya sempat bilang apapun, dijabatnya tangan ayahnya dan dicium, intan lari kecil masuk ke lingkungan sekolah.
Intan ingat pesan ibunya kalau ia akan masuk di kelas sepuluh a, yang katanya ruangannya disebelah barat bangunan no 2 samping ruang guru.
" Maaf, bangku ini kosong ya mba ? " tanya intan menunjuk sebuah bangu di urutan ke 3 yang kebetulan ada cewek yang duduk sendirian.
" duduk aja kali heheheh, ngapain tanya bangku kosong sih, eh ya kamu kemarin jadi beli buku matamatika in ? " tanya cewek tadi ramah seolah -- olah sangat akrab dengan intan.
" Kemarin ? " intan bertanya dan bengong kebingungan karena ia merasa tidak mengenal cewek ini dan tidak tahu soal buku matematika, apalagi cewek ini menyebut nama, artinya ia kenal intan.
" ko bisa yah ia kenal aku, kan aku anak baru " kata intan dalam hati, sambil bingung, tiba -- tiba cewek tadi langsung tarik tangan kanan intan "mana penghapusku yang kemarin in ?, kemarin kamu pinjam belum dikembaliin oh. !!!" pintanya