Mohon tunggu...
Aziz Aminudin
Aziz Aminudin Mohon Tunggu... Freelancer - Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan

Trainer, Professional Hipnoterapis, Penulis, Pembicara, Aktivis Sosial Kemanusiaan Founder MPC INDONESIA WA : 0858.6767.9796 Email : azizaminudinkhanafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bang Jho Berhenti Merokok dengan "Public Commitment"

2 Mei 2019   07:27 Diperbarui: 2 Mei 2019   07:37 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.wikihow.com

PUBLIC COMMITMENT secara sederhana penulis memaknai berjanji didepan masyarakat luas. Sebenarnya public commitment sadar atau tidak kita telah terbiasa melakukannya seperti janji akan melakukan sesuatu, menandatangi kesepakatan bersama, janji akan bertemu sampai dengan sumpah -- sumpah yang diucapkan ; sumpah jabatan, sumpah profesi termasuk didalamnya adalah ikrar yang diucapkan saat melangsungkan pernikahan.

Ada banyak public commitment yang sering dilakukan akan tetapi menjadi tidak memiliki ruh ( tidak terkoneksia dengan jiwa ) saat dilakukan secara sepihak, artinya dalam pemahama penulis bahwa manusia terdiri dari pikiran ( mind ), tubuh ( body ) dan Jiwa ( soul ), semua terkoniksi dan satu sistem, sehingga saat public commitment ini dilakukan tidak secara holistik antara ketiganya melakukan komitmen maka seringkali terabaikan.

Hal ini yang dalam pemahaman masyarakat luas dianggap sebagai " ingkar janji " atau melanggar dari komitmen yang telah dibuatnya didepan masyarakat luas.

Bang Johan Maulana dan Public Commitment nya

" Bang Jho " itu sebutan saya pada mas johan maulana adalah mantan perokok selama 20 tahun, dan berhasil berhenti merokok seketika dengan teknik public commitment pada 10 November 2018.

Mungin anda bertanya bagaimana bisa berhent merokok dengan public commitment ?

Saya akan bagi obrolan dan diskusi saya dengan Bang Jho di depan RS Kardinah Tegal malam beberapa hari yang lalu terkait keberasilannya berhenti merokok setelah tiga kali percobaannya berhenti merokok yang dianggap belum berhasil.

Public Commitment baginya sangat efektif dan berhasil membuatnya sampai hari kemarin bertemu saya ( 1/5/2019 ) ia masih menyatakan diri tidak lagi sebagai perokok.

Bang Jho mentakan, saya melakukan sebuah komitmen dalam sekala besar mas terkait dengan rencana berhenti merokok saya, yaitu janji berenti merokok melalui tulisan di media sosial ( facebook dan group WA ), dengan diketahui banyak atasan kantor, teman kerja dan semua facebooker.

" dan setiap hari berturut -- turut saya menguatkan tekad untuk berhenti merokok dengan menuliskan proses ini disampaikan juga di media yang sama. Dan sampai sekarang saya berhasil tidak merokok lagi " katanya.

Merokok adalah Prilaku

Sebaga seorang hipoterapist penulis memang sangat sering menjumpai kasus yang serupa terkait keinginan basar seorang bisa berhasil berhenti merokok, baik yang dikarenakan faktor kesehatannya yang nggak memungkinkan ia tetap merokok, sampai yang karena pasangannya merasa terganggu dengan prilaku nya yang menjadi perokok aktif.

Bicara prilaku maka tidak bisa lepas bicara tentang bagaimana mekanisme pikiran dan tindakan manusia, dan bagaimana informasi masuk dalam pikiran bawah sadar dan menjadi prilaku / kebiasaan.

Secara gampang pikiran manusia dalam bekerja dibagi dua pikiran sadar dan bawah sadar, bahwa apapun informasi yang diterima dari luar baik yang didengar, lihat dan rasakan akan diterima pertama kali oleh pikiran sadar.

Dalam pikiran sadara ini informasi akan dianalisa, apakah baik atau tidak, aman atau tidak yang menyesuaikan kondisi atau data yang ia miliki sebelumnya, dan kalau informasi baru ini baik baginya serta aman menurut bawah sadarnya, data itu akan masuk ke dalam pikiran bawah sadar sebagai nilai yang baru.

Sehingga saat data baru tersebut masuk dalam pikiran bawah sadar, semua menjadi kuat dalam pikiran sebagai nilai baru, prilaku baru dan akan semakin susah atau tidak mudah untuk diubah apabila tidak benar -- benar memiliki dasar yang lebih kuat yang akan membuat pikiran mengizinkan untuk perubahan baru tersebut.

Mempertanyakan iklan " Merokok Membunuhmu " ?

Bagi perokok merokok adalah sesuatu banget yang tak akan mudah untuk diubah, kalau ia belum memiliki tekad dan alasan yang kuat untuk berhenti merokok. Bahkan bagi mereka yang ingin berhenti merokok sekalipun buka hal yang mudah untuk mewujudkannya kalau secara keseluruhan (holistic) tubuh (body), pikiran (mind) dan jiwa (soul) nya tidak benar benar menyepakati tekad dan komitmen yang sama untuk berhenti merokok.

Menurut WHO, 70-80 % perokok ingin berhenti merokok, namun hanya 3% yang berhasil berhenti tanpa bantuan orang lain dalam waktu 6 bulan. Menurut WHO pula (2008), Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar didunia setelah Cina dan India.

Meariknya dengan menambahkan tulisan " MEROKOK MEMBUNUHMU " sama sekali tak membuat para penikmatnya takut, dengan menampilkan gambar -- gambar yang mengerikan tentang penikmat rokok, mereka asik dan nyaman saja.

Saya pernah ditanya seorang disatu acara, " Kenapa ko orang dirokok sudah dikasih peringatan gitu, udah banyak artikel tentang bahaya merokok pokoknya banyak lah pak, ko masyarakat masih merokok saja ? "

Ini menaarinya bicara prilaku atau saya biasa sebut sebagai program bawah sadar, jadi sifat ikiran bawah sadar itu netral mas, jadi apapun data / informasi yang telah berhasil masuk dalam pikiran bawah sadar maka ia akan " dianggap " , saya kasih tanda petik ya biar jelas, dianggap sama pikiran bawah sadar sebagai hal yang benar.

Dianggap benar itu walaupun sebenarnya prilaku atau keadaan itu tdak benar. Sebagai contoh saja, saat orang anak yang tidak tahu tentang kecoa, ia melihat ibunya menjadak menjerit -- jerit loncat karena kecoa, maka anak akan merekam apa yang dilihatnya ;  ibunya loncat -- loncat ketakutan pada kecoa, didengarnya ; ibunya teriak teriak ketakutan sama kecoa, dan dirasakan ; rasa muncul yang diakumulasi dari yang dilihat dan dengar, itu semua akan masuk dalam pikiran bawah sadar anak menjadi program pikiran wabah sadar.

Maka, saat lain hari anak lihat kecoa ia akan melakukan hal yang sama seperti dengan yang dilakukan ibunya, walaupun orang lain berusaha menjelaskan bahwa kecoa lucu, dan tidak menggigit, ia akan mengabaikannya tetap fokus pada data bawah sadar yang terlanjur dimiki sianak.

Sehingga sangat wajar kalau para penikmat rokok sama sekalai mengabaikan apapun bahkan termasuk pengetahuannya tentang bahaya merokok, tentang hukum rokok, sampai hal yang bersifat ancaman kematian bagi peikmat itu sama sekali tidak penting, sebaliknya data yang ada makin dikuatkan dengan adanya iklan -- iklan rokok yang menyajukan gaya halus dimana kalau anda perhatikan ;

  • Tidak ada iklan rokok satu pun yang mengajak merokok " Ayoooo merokok !!!!"
  • Tidak ada iklan rokok sekalipun yang bercerita manfaat rokok
  • TAPI.... SEMUA IKLAN ROKOK MENHADIRKAN SIMBOL -- SIMBOL KEJANTANAN, KEKUATAN, KEBAHAGIAAN, SENSUALITAS DAN MODERNITAS

Selamat buat Bang Jho !!!, lanjutkan terus dan saya ( penulis ) juga mantan perokok berat hampir 18 tahun yang pada akhirnya dipertemukan dengan tehnik hypnotherapy untuk memilih berdamai dan mengibah program bawah sadar menjadi seperti sekarang bukan penikmat rokok.

Buat anda yang masih menjadi penikmat rokok, jangan berhenti merokok sekiranya anda masih menikmatinya tapi nikmatilah kebahagiaan keluarga anda dan sadari penuh apa yang anda cari soal nikmat karena anda sendiri yang tahu kebutuhan anda untuk sehat dan bagaimana komitmen kuat anda dan tekad kuat anda yang akan membuat anda memilih berhenti, serta hidup lebih sehat versi diri anda sendiri.

{{{ positif, sehat dan bahagia }}}

Brebes, 2 Mei 2019
Aziz Amin    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun