Cikal bakal yang sederhana bibit korupsi yang anak rekam seejak kecil mengamati prilaku sekitar, pentingnya menanamkan edukasi yang cukup pada anak usia dini adalah membedakan mana sodakoh, mana hadiah, mana bayar atas jasa, dan mana hal yang sejenis tapi tidak dibenarkan seperti gratifikasi ( dengan bahasa anak ) dan suap.
LEVEL SELANJUTNYA -- level selanjutnya mencetak bibit koruptor adalah saat ia menginjak remaja dan dewasa, bagaimana ia berfikir boleh berbohong untuk kebaikan bersama, menitipkan absensi atau plagiator ( tanda tangan kehadiran sekolah ) ini juga merupakan cikal bakal pikiran bawah sadar memaklumi kondisi apapun yang dianggap untuk kebaikan seperti menolong teman.
Jadi sangat wajar jika persoalannya ada dalam pikiran bawah sadar, artinya dengan menangkap dan memberikan efek hukuman yang diharapkan menimbulkan efek jera, tentu kalau melihat yang berjalan seperti sekarang ya nggak akan jera pelaku dan kalaupun jera ya hanya beberapa persen orang aja.
Kenapa ?ya karena fasilitas tahanan KPK tentu beda dengan tahanan tindak kejahatan yang lain, dan terkesan masih sangat nyaman untuk seorang yang katanya melakukan tindak kejahatan.
Penulis berfikir mungkin akan beda saat pelaku korupsi mendaparkan efek jera yang luar biasa seperti pengedar narkotika semisal hukuman mati tentu ini akan memberkan efek jera pada yang lain yang belum terbongkar dan yang baru mau tumbuh.
Kan nggak lucu kalau koruptor yang sekarang belum tertangkap ditanya " Nggak takut ketangkep KPK ? "
Jawabnya " Ya nggak lah !!!! ", " Kan malah enak kita tinggal nikmati masa pensiun dan setelah keluar kita bisa berbuat baik lagi dan nikmati hidup lebih hidup "ini analogi yang bisa saja demikian, karena tahanan yang dipahami kami bahwa KPK tahanannya lebih nyaman dari maling ayam.
LAGI -- LAGI SOAL MINIMNYA ILMU AGAMA
Menilik istilah korupsi, berasal dari bahasa latin yakni corruption atau corruptus yang secara harfiah istilah tersebut menurut Andi Hamzah memiliki arti segala macam perbuatan yang tidak baik, seperti kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.
Artinya masyarakat kita yang konon dikenal sebagai bangsa yang berbudi luhur, dan sangat sopan sangat toleransi dengan apapun termasuk budaya -- budaya yang sebenarnya baik akan tetapi kehilanga kontrol.
Berkirim kiriman makanan dan silaturahmi itu baik akan tetapi akan berubah hukum saat ada kepentingan lain yang dimaksud, budaya memberikan sodakoh / hadiah pada anak itu baik tapi kembali lagi akan berbeda makna kalau orang tua punya kepentingan bisnis, sadar ridak sadar hal ini yang memunculkan kan bibit tidak korupsi, kolusi dan nepoitisme.