Ayat tersebut menegaskan bahwa Maryam sebagai salah seorang yang qaanitin, maka keimanan dan kebaikan seseorang itu tidak dibatasi oleh jenis kelamin. Â
Yang terakhir adalah cerita Ratu Balqis, dia adalah salah seorang pemimpin di Sheba, dari identifikasi ini tidak disebutkan perbedaan, larangan, atau pembatasan tentang seorang wanita yang menjadi pemimpin.
Di dalam al-Qur'an juga ditegaskan bentuk penghormatan, rasa simpati, dan tanggung jawab terhadap seorang sebagai seorang yang bisa bereproduksi, perempuanlah yang melahirkan seorang anak sehingga generasi umat manusia terus bertambah.Â
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An-nisa' ayat :1
, , (:1)
Artinya : "Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (adam), dan Allah menciptakan pasangannya (Hawa) dari diri-nya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan peliharalah hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya allah selalu menjaga dan mengawasimu". (an-nisa':1)
Interpretasi Amina Wadud terhadap ayat di atas merupakan petunjuk penghormatan terhadap kapasitas wanita untuk menghasilkan keturunan, maka dari perspektif Qur'ani dapat disimpulkan bahwa melahirkan anak hanya bisa dilakukan oleh seorang perempuan.
Di akhir penulisan ini, merupakan penegasan kembali bahwa asumsi atau ungkapan yang kerap kali kita dengar adalah bahwa perempuan adalah alat atau racun untuk menggoda nafsu laki-laki, pernyataan seperti itu harus kita tolak, karena dalam Al-Qur'an juga dijelaskan bahwa syetanlah yang menggoda hawa nafsu agar terjerumus ke dalam kejahatan.Â
Sebagaimana godaan syetan kepada Nabi Adam dan siti Hawa agar keduanya memakan buah khuldi, hingga kemudian mereka berdua diusir dari Surga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H