Mohon tunggu...
Azizah Putri
Azizah Putri Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - nurazizah

Nur Azizah Eka Putri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serba Salah

29 September 2019   09:00 Diperbarui: 29 September 2019   09:29 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka menuju parkiran, lalu menaiki mobil, Pak Joko sudah ada di sana. Siang itu panas sekali, Karin langsung menyalakan AC dan merebahkan tubuh di jok mobil, begitu juga Sinta.

Setelah sekitar setengah jam, mereka sampai di depan rumah Karin, mereka terkejut ketika dibangunkan Pak Joko, yang sedari tadi menunggu mereka tak kunjung bangun. 

Pak Joko menurunkan mereka tidak di depan gerbang, melainkan di depan rumah, Karin suka berjalan melewati halaman rumahnya, yang banyak terdapat peliharaan mama, mereka tanaman yang hijau, segar, kolam ikan, dan kursi juga lampu-lampu taman.

Karin mengetuk pintu, tidak lama kemudian mama membukakannya

"Eh kalian udah pulang, ayo masuk," kata mama,"tumben Sinta kesini, sering-sering aja ke sini ya"

"Iya tante," balas Sinta sambil menganggukkan kepalanya ke mama

Mereka mengobrol sambil berjalan menuju ke tangga lantai II tempat favorit Karin, ya kamarnya. Karin dan Sinta langsung menuju atas, sedangkan mama menuju ke dapur, setelah menyapa tadi.

Karin membuka pintu kamarnya dan mengajak Sinta masuk. Sinta terpesona melihat kamar Karin yang serba biru seperti di bawah laut, di sana ada stiker terumbu karang dan ikan-ikan kecil yang menghiasi dinding kamar, ada juga peti harta karun tempat Karin menyimpan barang-barang berharga semasa kecilnya yang ia letakkan di samping tempat tidur. Sinta semakin takjub karena jujur ini pertama kalinya ia kesini, Karin dan Sinta tidak pernah dekat karena tidak pernah satu kelas.

"Mau masuk apa cuma di depan pintu aja?" canda Karin yang sedari melihat Sinta tadi melamun dengan mulut menganga.
Sinta tersipu malu lalu duduk di lantai beralaskan karpet halus bergambarkan kawanan lumba-lumba diwaktu senja. Sementara itu, Karin masih sibuk mencari surat dari Nia yang terselip di antara buku-buku di meja belajar.

"Nah, akhirnya ketemu juga," Karin bersemangat, "Aku sebenernya belum baca surat ini, tapi aku tau kalau ini dari Nia karena tulisan 'Untuk Karin dan Sinta' ini sangat familiar.

"Yaudah, ayo baca bareng aja. Tapi inget jangan nangis dulu sebelum selesai baca, kamu kan suka gitu, nangis duluan," lanjut  Sinta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun