Membicarakan Kota Yogyakarta, memang tidak pernah akan pernah ada habisnya dengan ragam wisata, budaya dan juga kulinernya. Dikenal sebagai "Kota Pariwisata" menjadikan kota Yogyakarta ini sebagai pilihan bagi wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjunginya. Tidak hanya wisata alamnya saja yang menarik, ragam kulinernya juga sayang untuk dilewatkan.
Jika sekedar mencicipi Gudeg dan Bakpia, tentunya sudah menjadi hal yang biasa. Maka jika berkunjung ke Yogyakarta seharusnya mencoba suatu makanan khas dari Kotagede yang menjadi jajanan tradisional unik yaitu, Kipo.
Kipo adalah jajanan tradisional berbentuk lonjong, pipih dengan warna hijau khas Yogyakarta khususnya Kota Gede yang memang sudah mulai langka dijumpai. Kipo tebuat dari adonan tepung ketan yang berbentuk pipih berisi enten-enten. Enten-enten adalah campuran parutan kelapa yang dimasak dengan gula jawa yang dicairkan.
Jajanan ini berukuran kecil dengan warna hijau di luarnya, namun bewarna coklat di dalam. Rasanya cenderung manis legit, sedikit kenyal dan jika dirasakan ada bau khas panggangan juga aroma daun pandan.
Konon, jajanan tradisional ini telah ada dari masa Kerajaan Mataram Kuno dan Mataran Islam. Jajanan ini merupakan makanan kegemaran Sultan Agung. Pada zaman dahulu, jajanan ini pernah mengalami masa punah, dimana semua orang sudah tidak lagi membuatnya seiring dengan kebudayaan kerajaan Mataram yang perlahan runtuh.
Kepunahan Kipo akhirnya berhenti sejak tahun 1946 oleh Paijem Djito Suhardjo (Bu Djito Suhardjo). Beliau akhirnya mengenalkan kembali makanan ini kepada masyarakat Yogayakarta. Awal mula penjualan Kipo ini dilakukan di daerah Pasar Legi, yang kini telah berubah wajah menjadi pasar Kotagede.
Mungkin banyak orang yang heran sehingga bertanya-tanya, mengapa jajanan kecil berwarna hijau ini dinamakan Kipo ?.
Nama unik ini tercipta karena pada masa itu banyak orang bertanya tentang makanan ini dalam bahasa Jawa "iki opo?" yang artinya "ini apa?". Kemudian seiring berjalannya waktu, kalimat tanya tersebut menjadi awal mula penamaan jajanan imut ini menjadi Kipo.
Meskipun telah lama diciptakan oleh Bu Djito, ternyata jajanan Kipo ini baru mulai dikenal oleh banyak orang pada tahun 1987. Kepopuleran Kipo ini tentunya memiliki sejarah yang panjang. Bermula dari Bu Djito yang mengikuti sebuah acara pameran makanan tradisional, beliau sang pembuat jajanan ini mengandalkan Kipo sebagai makanan unik dari tepung beras.
Dengan keserdahanaan cara pembuatannya dan juga teknik memasaknya yang tergolong unik, makanan ini berhasil memperoleh suatu prestasi tersendiri dan popular seperti sekarang ini, bahkan hotel pun ikut serta menyajikan jajanan Kipo.
Cara Pembuatan Kipo
Proses pembuatan jajanan ini tergolong cukup menarik, pertama, kue hijau kecil ini terbuat dari bahan dasar tepung ketan yang dicampur dengan santan dan juga garam untuk diolah menjadi kulit luarnya.
Untuk warna hijau dari kue ini didapat dari pewarna hijau yang berasal dari daun pandan atau daun suji, sehingga selain menghasilkan warna yang indah alami juga akan memberikan aroma yang nikmat pada kue ini.
Di dalam adonan kulit ini nantinya akan ditambahkan dengan isian yang diberi nama enten-enten. Selanjutnya, isian tersebut mengunakan bahan lain seperti gula merah atau gula jawa yang telah dicairkan kemudian dicampurkan dengan parutan kelapa muda. Perpaduan antara gula jawa dengan parutan kelapa ini yang akan menghasilkan rasa manis gurih nikmat yang bisa membuat ketagihan.
Setelah selesai dengan isian tersebut, adonan tepung ketan yang sudah siap tadi dibentuk dan diisi dengan enten-enten. Langkah selanjutnya adalah meletakkan adonan tersebut di atas daun pisang yang telah dipotong dan dibersihkan. Biasanya dalam selembar daun pisang berisi sebanyak 5 sampai 8 butir Kipo yang disusun berjajar memanjang. Setelah semua adonan kue telah disusun di atas daun pisang, kemudian dipanggang di atas gerabah atau wajan yang berasal dari tanah liat selama kurang lebih 2 hingga 3 menit.
Kipo yang telah matang akan menghasilkan aroma yang benar-benar khas. Aroma tersebut tidak hanya berasal dari aroma bahan yang digunakan, namun juga dari proses memasaknya yang unik sehingga menambah aroma nikmat yang tidak ada pada jajanan lainnya.
Rasa manis gurih yang disajikan dalam setiap balutan kulit yang berasal dari tepung ketan akan menghasilkan tekstur yang kenyal dan legit ketika mengunyahnya.
Untuk mencicipi kenikmatan dari jajanan imut yang satu ini tidak perlu khawatir akan mengeluarkan uang banyak dalam dompet. Karena satu porsi Kipo yang berisi 5 sampai 8 butir bisa didapatkan dengan harga yang sangat terjangkau. Hanya perlu mengeluarkan uang sekitar Rp. 2.000 sampai Rp. 3.000 saja kalian sudah dapat menikmatinya.
Sayangnya kini, Kipo telah menjadi salah satu dari banyaknya makanan khas Yogyakarta yang sudah mulai langka. Banyak orang pasti akan kesulitan untuk menemukan makanan khas yang satu ini.
Jika ingin menjumpai jajanan ini, kalian bisa mengunjungi daerah Kotagede tepatnya berada di Jalan Mondorakan nomor 27 (Kipo Bu Djito) yang masih bertahan menjajakan jajanan Kipo ini sejak puluhan tahun lamanya.
Hanya saja jajanan ini bukanlah jenis makanan yang bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama karena Kipo merupakan salah satu jajanan basah khas Yogyakarta. Untuk dijadikan oleh-oleh, Kipo hanya bisa bertahan tidak lebih dari 24 jam. Karena dalam pembuatannya, makanan ini hanya menggunakan bahan alami saja, tidak menambahkan bahan pengawet sama sekali di dalamnya.
Maka dari itu, jika kalian berkunjung ke Yogyakarta, sangat disarankan mampir ke Kotagede untuk menikmati Kipo setelah membelinya. Karena belum tentu kalian bisa merasakan sensasi kenyal manis gurihnya Kipo khas Kotagede, Yogyakarta di daerah lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H