Mohon tunggu...
Azizah Herawati
Azizah Herawati Mohon Tunggu... Penulis - Penyuluh

Pembelajar yang 'sok tangguh'

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Khrisna Pabichara dan KPB Tutup Tahun

21 Desember 2020   17:51 Diperbarui: 21 Desember 2020   18:02 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ASI juga tidak perlu membeli. Gratis dengan takaran yang pas dari Sang Maha Kuasa. Dengan memberikan ASI, secara otomatis akan menekan pengeluaran keuangan keluarga. Ekonomis bukan? Coba saja, mereka yang bangga dengan susu hebat selain ASI, akan merasakan betapa besarnya pengeluaran untuk pos yang satu ini. Kalau sejak awal sudah diberi susu formula yang mahal dan tentu rasanya enak, bayi tidak akan mau kalau diberi susu yang lebih murah. Boros bukan? Masih percaya susu hebat selain ASI?

Secara psikologis, pemberian ASI akan memberikan efek bonding antara ibu dan anak. Ada ikatan luar biasa yang terbangun melalui aliran darah ibu berupa susu yang diisap langsung oleh sang buah hati. Tentunya ada kepuasan tersendiri saat seorang ibu berhasil menidurkan sang buah hati melalui isapan ASI dan terlelap dalam pelukan. Kepuasan yang tak bisa dibandingkan dengan apapun. Kekuatan inilah yang sulit memisahkan kedekatan ibu dan anak. Bagaimana seorang anak akan selalu nyaman saat dekat dengan ibunya. Bahkan ketika sudah dewasa dan menikah sekalipun.

ASI juga bisa menjadi obat mujarab untuk menenangkan saat sang buah hati menangis. Saya masih ingat, ada tulisan seorang bidan di sebuah majalah tentang teori "ngek-jel" alias merengek dijejel. Maksudnya ketika bayi menangis, merengek, langsung dijejel puting susu oleh sang ibu. Apa yang terjadi? Dia langsung diam dan tenang dalam dekapan ibu. Praktis, tidak repot menyiapkan botol, menakar susu dengan takaran yang tepat, karena salah takaranpun, bisa berakibat tidak baik bagi sang buah hati.

Lantas, bagaimana jika ibu harus bekerja? Bukankah tidak mungkin bolak balik ke rumah untuk memberi ASI? Apalagi yang bekerjanya jauh dari rumah. Tenang saja, jaman sudah berubah. Fasilitas yang selama ini kita miliki akan menjadi solusi. Salah satunya adalah kulkas. Ya, menabung ASI adalah solusi terbaik bagi ibu bekerja untuk tetap memenuhi asupan ASI bagi si kecil saat ibu sudah harus kembali bekerja. Bahkan saat ini juga ada 'ojek ASI', yang siap antar jemput ASI untuk diberikan kepada sang buah hati. Bisa Anda simak berbagai kisah inspiratif para ibu bekerja untuk tidak terputus memberikan ASI, asupan terbaik bagi sang buah hati.

Menabung ASI memang butuh perjuangan. Dari memerah dengan pompa atau dengan tangan, mensterilkan botol-botol kaca dengan merebusnya, memberi label waktu dan tanggal serta memberikan edukasi kepada pengasuh tentang saran penyajian ASI perah.

Tapi tidak perlu takut dan khawatir. Bukankah ini merupakan sebuah perjuangan menyelamatkan generasi? Niatkan memberikan yang terbaik untuk sang buah hati. Insyaallah dimudahkan dan berhasil meluluskan profesor ASI dengan predikat cumlaude. Amin

https://www.kompasiana.com/azizahhera/5f2cec5ad541df3dee60fbe6/profesor-asi-sebuah-perjuangan-menyelamatkan-generasi

Demikian, terimakasih. Salam literasi.

Wassalaamu'alaikum 

Salam,

Kompasianer

Azizah Herawati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun