Mohon tunggu...
Azizah Herawati
Azizah Herawati Mohon Tunggu... Penulis - Penyuluh

Pembelajar yang 'sok tangguh'

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Khrisna Pabichara dan KPB Tutup Tahun

21 Desember 2020   17:51 Diperbarui: 21 Desember 2020   18:02 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar perempuan berhijab itu dikelilingi gambar-gambar lucu dengan keterangan di bawahnya. Gambar dan tulisan yang membuat saya makjleb, tersenyum, terharu, tersanjung atau malah geli sendiri. Tak peduli itu sebuah bentuk apresiasi, penilaian, dugaan, kesimpulan, atau bisa jadi sebuah bentuk protes. Yang jelas, saya sangat menyukainya.

Gambar pertama di sisi kanan atas adalah gambar topi chef bertuliskan koki. Gambaran rekaman yang sangat jelas bahwa di matanya saya adalah sosok koki yang selalu menyempatkan diri untuk memasak, meskipun dia tahu saya sangat sibuk. Baginya masakan saya adalah istimewa. Meski tidak seenak dan seistimewa masakan chef Juna, tapi saya merasakan bahwa masakan saya selalu dinanti.

Di bawah gambar topi koki ada gambar radio dengan tulisan penyiar radio. Kesimpulan ala anak yang bagi saya sangat simple. Munculnya rekaman ini tidak lain karena dia sering mendengar suara saya di radio. Bahkan sesekali saya ajak main ke radio bersama adiknya. Padahal sejatinya, saya bukanlah penyiar, tapi pengisi acara sebuah kajian rutin rohani Islam. Itulah kesimpulan anak, no problemo.

Tidak ketinggalan gambar laptop bertuliskan orang kantoran. Gambaran yang sangat jelas dari rekamannya sejak dia masih kecil yang disaksikannya setiap hari. Saya berangkat kerja di pagi hari dan pulang di sore hari. Persis orang kantoran.

Gambar sisi paling kanan adalah gambar sapu bertuliskan cleaning service. Gambar ini membuat saya tersenyum geli. Bagaimana tidak, saya sempat pegang sapu dan lap pel cuma musiman. Paling tidak kalau libur. Bersyukurlah kalau si anak mengapresiasi rutinitas musiman itu seolah-olah saya juga rajin bersih-bersih. Tapi, benar juga sih, kalau sedang mood, saya melakukan aktivitas bersih-bersih rumah dengan all out.

Beberapa gambar di sisi kiri benar-benar membuat hati saya makjleb. Salah satunya tulisan traveler di bawah gambar pesawat terbang. Entah ini protes atau apresiasi. Sejak kecil saya memang sering meninggalkannya ke luar kota untuk melaksanakan tugas, baik tugas profesi maupun organisasi. Kadang dia sangat enjoy karena sudah terbiasa, tapi tidak jarang dia protes sering ditinggal. Hemmmm... tidak makjleb.

Satu-satunya gambar yang membuat saya tertawa lepas adalah gambar angka yang menunjukkan rupiah dengan tulisan orang kaya, dalam kurung 'kayaknya'. Ini kesimpulan dan dugaan versi anak banget. Bisa jadi karena saat minta sesuatu cenderung dipenuhi. Terkadang harus merayu dengan rayuan maut, di mana saya bisa melayang dibuatnya. "Ibu kan kaya," katanya. Dan benar saja, ini adalah modus. Diaminkan saja. Semoga menjadi orang kaya beneran, tidak pakai  'kayaknya'.

Dua gambar terakhir sepertinya sebuah closing tentang apresiasinya terhadap saya. Tentang bagaimana di sela kesibukan saya bekerja, saya tetap berusaha menjadi ibu yang harus kembali ke rumah, menjadi ibu rumah tangga. Gambar seorang ibu mengepakkan kedua tangannya ke atas bertuliskan 'IRT tapi ngantor' membuat saya tersenyum simpul.

Finnaly, gambar huruf S ala Superman bertuliskan 'My Hero' adalah apresiasi luar biasa dari seorang anak kepada ibunya. Benar-benar membuat saya ge-er. Sangat menghibur. Hal ini menunjukkan bahwa dia menganggap saya adalah pahlawan baginya. Seseorang dengan segala keterbatasannya berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Begitulah ekspresi salah satu anak saya terhadap saya. Penilaian ala anak. Terlepas tepat atau tidak, itulah anak-anak. Sosok polos yang selalu merindukan ibunya. Ada secercah harap bagi para orangtua, salah satunya ibu untuk terus semangat dan berbuat yang terbaik untuk keluarga terutama anak-anak. Di sisi lain, selalu ada pesan bagi para anak untuk terus berbuat yang terbaik kepada kedua orangtuanya. Dua sosok yang tak kenal lelah memberikan yang terbaik bagi keluarga khususnya anak-anak.

Semoga momen Hari Anak Nasional tahun ini menjadi pengobar semangat bagi para orangtua untuk mendidik, membimbing, dan membersamai anak-anak untuk menjadi generasi sholeh yang berkarakter. Mari belajar menyimak dan mendengar 'apa kata anak', sehingga terjalin komunikasi yang baik antara orangtua dan anak. Karena komunikasi adalah salah satu sarana untuk memastikan bahwa anak tetap berada di jalur yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun