Mohon tunggu...
Azizah Herawati
Azizah Herawati Mohon Tunggu... Penulis - Penyuluh

Pembelajar yang 'sok tangguh'

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Khrisna Pabichara dan KPB Tutup Tahun

21 Desember 2020   17:51 Diperbarui: 21 Desember 2020   18:02 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Radio merupakan alat komunikasi yang  relevan dan  up to date. Sebagai bagian dari radio, saya merasakan bagaimana kita harus menyajikan menu yang fresh di setiap acara. Jangankan untuk acara yang live, materi siaran off air-pun harus mengikuti perkembangan. Kalau tidak, siap-siap saja ditinggalkan pendengar. Apalagi yang on air. Kru harus mempersiapkan sedemikian rupa sajian yang menjadi menu utama dan tambahan di setiap detiknya. Tak boleh jeda sedetikpun. Sebegitu relevannya alat komunikasi bernama radio ini, bisa dipastikan bahwa radio selalu dipasang dalam fitur ponsel apapun.

Tidak ketinggalan, radio terbukti bisa melayani semua segmen dan sangat mudah dioperasikan. Radio sangat akrab dengan semua segmen, baik  tua, remaja maupun anak-anak. Inilah salah satu yang membuat radio tetap bertahan dan masih banyak peminatnya. Pengelola radio yang cerdas akan mengemas aneka sajian yang pas sesuai segmennya. Jam tayang pun diatur sedemikian rupa supaya tidak salah sasaran. Misalnya, sebelum subuh sajiannya aneka lagu etnik, campursari asli. Tentu saja segmennya para kasepuhan yang mungkin masih harus menuntaskan pekerjaan hingga jelang subuh. Sehabis subuh, paling tepat ya siaran rohani. Pas sekali untuk me-refresh pendengar dalam memulai hari. Malam Ahad, lagu-lagu untuk kawula muda diselingi semacam obrolan ringan dan curhat ala remaja. Ahad sore, tepatnya ya cara untuk anak-anak. Mereka bisa bernyanyi, berdoa, puisi dan aneka ekspresi anak yang lain. Luar biasa.

Jangan salah radio juga mempunyai penggemar yang militan. Jadi, jangan heran kalau ada radio yang tuningnya seret alias sulit digeser karena tidak pernah pindah ke gelombang lain. Tidak kalah dengan almarhum Didi Kempot dengan Sobat Ambyar-nya, Slank dengan Slankers-nya, Afgan dengan Afganisme-nya dan aneka fans club yang lain. Radio juga demikian. Mereka mempunyai sapaan khusus bagi para pendengarnya. Ada yang pemiarsa, ada yang kangmas mbakyu, ada juga sahabat gemilang, mitra merapi dan masih banyak lagi.

Sapaan pembukanya pun begitu khas dari masing-masing radio yang tidak ditemukan di alat komunikasi lain. Sehingga jangan heran kalau terjalin ikatan emosional yang begitu erat antara penyiar dan pendengar, meski mereka tidak pernah bertemu. Sensasinya yang luar biasa, membangkitkan pendengar untuk tidak melewatkan kesempatan saat diadakan jumpa monitor alias kopi darat.

Tentu masih banyak keistimewaan lain yang dimiliki radio. Diawali dari perannya sebagai alat informasi utama di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga kini. Radio terus berbenah, menyesuaikan perkembangan tehnologi yang begitu pesat. Terus memperluas jangkauan melalui live streaming, sehingga jangkauanya tidak sebatas lokal saja namun sudah merambah ke ranah global. Mendunia tanpa meninggalkan akar budaya Indonesia.

Bangga menjadi bagian dari radio. Selamat Hari Radio Nasional (11 September). Sekali di udara, tetap di udara!

https://www.kompasiana.com/azizahhera/5f5b4ed3097f366e875c1cb2/masih-setia-dengan-radio

3. Profesor ASI, Sebuah Perjuangan Menyelamatkan Generasi

Kalau saja tidak membaca flyer pada sebuah postingan di grup WhatsApp, saya tidak akan tahu bahwa tanggal 1 sampai dengan 7 Agustus 2020 diperingati sebagai "Pekan ASI Sedunia". Subhanallah, sebagai seorang ibu yang merasa pernah berjuang meluluskan tiga "Profesor ASI", saya bangga. Mengapa dikatakan berjuang? Silahkan bertanya kepada para ibu yang pernah menyusui anaknya. Pasti mereka setuju.

Bagaimana tidak? Seorang ibu dalam kondisi masih lemah setelah melahirkan, seperti petinju keluar dari ring, langsung dituntut dengan sekuat tenaga untuk memberikan asupan berupa Air Susu Ibu (ASI) untuk buah hatinya. Bahkan sejak bayi benar-benar baru lahir dengan cara inisiasi dini, merangsang  bayi untuk menemukan sendiri puting susu ibunya. Subhanallah, luar biasa.

World Health Organisation (WHO) yang merupakan organisasi kesehatan dunia menetapkan tema Pekan Menyusui Sedunia atau World Breastfeeding Week tahun 2020 ini  adalah "Support breastfeeding for a healthier planet" yang artinya "Mendukung menyusui untuk planet yang lebih sehat".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun