Mohon tunggu...
Azis Maloko
Azis Maloko Mohon Tunggu... Penulis - seorang pejalan yang menikmati hari-hari dengan membaca

anak nelayan berkebangsaan Lamakera nun jauh di sana, hobi membaca dan menulis, suka protes, tapi humanis dan humoris

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Potret Wajah Calon Pemimpin dalam Debat Capres Perdana: dari Wajah Intelek-Retoris, Gemoy-Santuy, hingga Wajah Sat Set

6 Januari 2024   17:47 Diperbarui: 6 Januari 2024   17:47 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sama halnya ketika menisbatkan Anies dengan "wajah intelek-retoris" bukan berarti Anies tidak bisa dan atau tidak terkenal "gemoy-santuy". Malahan Anies Baswedan jauh lebih "gemoy-sentuy" dibandingkan dengan lainnya. Hanya saja konsep dan juga wujud "gemoy-santuy" dalam kamus politik Anies diterjemahkan dengan lebih intelek-retoris lagi, sehingga kelihatan berbeda dengan lainnya. Wujud "gemoy-santuy Anies dapat dilihat dari pancaran karakternya selama ini, baik dalam lingkup jagat perpolitikan maupun lainnya, mulai dari karakter murah senyum, lembut tutur katanya, sopan santun, rileks, santai dan lain sebagainya.

Pada dasarnya platform politik gemoy-santuy hendak menghadirkan iklim politik demokrasi yang jauh dari praktek-praktek "kekerasan" verbal maupun non verbal, hoax, manipulasi, provokasi, emosionalitas dan seterusnya. Dengan kata lain, platform politik ini hendak membangun iklim politik demokrasi yang jauh lebih ramah dan bersahabat dengan fragmentasi pilihan politik beserta berbagai macam dinamikanya. Dalam rangka untuk mewujudkan iklim politik demokrasi tersebut, maka perlu adanya gerakan politik yang bernama gemoy-santuy, yakni gerakan politik yang mengedepankan senyam-senyum dan joget-jogetan dalam berbagai event politik demokrasi.

Karena, dalam pengandaian varian kelompok politik ini bahwa masyarakat jauh lebih respect dengan corak politik yang diwarnai dengan atraksi gemoy-santuy, hatta masyarakat tidak terlalu tahu persis akan apa dan bagaimana sebenarnya gagasan, visi misi dan program politiknya. Pokoknya corak politik semacam ini mau tampil sebagai "penghibur" bagi masyarakat melalui gerakan politik gemoy-santuy, meskipun masyarakatnya tengah dirundung oleh berbagai permasalahan hidup dalam berbagai aspek, mulai dari harga kebutuhan pokok yang terlampau mahal, mahalnya biaya pendidikan, sulitnya akses pekerjaan, tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan, dan lain-lain.

Makanya, hampir semua ruang-ruang politik demokrasi akan dimunculkan corak politik gemoy-santuy itu. Selain tokoh-tokoh sentralnya, khususnya Gibran, selalu "bersabda" bahwa tidak perlu menghabiskan waktu dengan merespon berbagai kritik, hinaan, celaan dan lainnya pada berbagai kanal media sosial. Bahkan sampai-sampai ada semacam instruksi yang bersifat "mengurui" bahwa jika pun terpaksa merespon, maka responlah dengan santuy tanpa perlu terbakar api provokasi yang dimainkan dan dihembuskan pada berbagai kanal media sosial. Sehingga, corak politik ini benar-benar hendak tampil ramah dan bersahabat dengan fragmentasi pilihan politik.

Namun, rupa-rupanya idealitas semacam itu perlu pengujian lebih lanjut dalam kompleksitas ruang gerak politik. Sehingga, di sana terdapat gambaran yang komprehensif dan objektif terkait dengan gambaran ideal tersebut. Salah satu indikator untuk menguji hal demikian adalah tampilan perdana yang ditunjukkan oleh Prabowo dalam ajang perdebatan Capres. Memang perlu diakui bahwa Prabowo termasuk sosok yang terbilang agak santai dan rileks dalam menghadapi debat Capres. Tampilan perdana dalam pemaparan gagasan, visi misi dan program politiknya juga terbilang sangat luar biasa. Di sana Prabowo menjelaskan banyak hal terkait dengan topik debat dan visi misinya.

Seperti biasanya, Prabowo tampil dengan apa yang menjadi ciri khasnya selama ini, yakni tegas dan jelas dengan nada yang agak bergelora dengan kerasnya serta sesekali disertai dengan selingan atraksi gemoy-santuy. Sehingga, selain suasana ruang perdebatan seketika hening dan diam membisu bahkan agak tegang, Prabowo acapkali membuat suasana ruang perdebatan cair dan penuh canda tawa disertai dengan sorak-sorai penuh kegembiraan dan antusiasme. Begitulah di antara tampilan wajah seorang Prabowo yang dapat terbaca dan terpahami dalam acara perdebatan Capres itu. Meskipun, dirinya "diserang" kiri kanan oleh rival politik dan debatnya.

Meskipun demikian, ada beberapa catatan penting yang perlu untuk diungkapkan dalam membaca dan menjelaskan sisi-sisi lain yang ditampilkan oleh Prabowo dalam segmentasi acara perdebatan Capres itu. Sehingga, dapat dikatakan bahwa rupa-rupanya ada tampilan "wajah lain" yang ditampilkan dalam kegiatan debat Capres. Entah hal demikian diluar kendali atau memang karena di sana ada habitus tentang karakter dan mentalitas semacam itu, sehingga akan muncul seketika dalam setiap segmen yang memungkinkan. Intinya, memang pada panggung debat Capres tersebut terlihat sisi-sisi lain yang belum sempat terekspos selama ini.

Pertama; pasangan Prabowo-Gibran selama ini mengidentifikasi dan mengidentikkan dirinya sebagai "pelanjut" atau "melanjutkan" kepemimpinan rezim Jokowi. Karenanya, visi misi dan program politiknya adalah "Jokowisme". Sama dengan platform politik yang dibangun dan dikembangkan oleh PSI dengan sebutan "kami Jokowisme". Tidak sampai di situ, pasangan Prabowo-Gibran juga selalu pasang badan membela berbagai kebijakan politik Jokowi-sme sekaligus melawan dan menghantam mereka-mereka yang kontra dengannya. Pada konteks ini, pasangan Prabowo-Gibran juga secara langsung maupun tidak langsung kontra dengan pasangan AMIN.

Makanya, berbagai gagasan, visi misi dan program politik pasangan AMIN dicounter habis-habisan. Bahkan pasangan AMIN diandaikan sebagai pasangan yang begitu dikhawatirkan dalam pertarungan kontestasi politik demokrasi 2024 oleh sebab gagasan, visi misi dan program politiknya nyaris berbeda seratus persen dengan pasangan Prabowo-Gibran (dan juga pasangan Ganjar-Mahfud tentunya). Di mana pasangan AMIN mengusung gagasan, visi misi dan program politiknya bertajuk: "Perubahan Untuk Indonesia Adil dan Makmur". Sehingga, apa-apa yang menjadi kebijakan politik Jokowi-sme maupun visi misi Prabowo-Gibran dikritik dan dikoreksi oleh pasangan AMIN.

Namun, rupa-rupanya hal demikian tidak sepenuhnya benar dan dapat diterima oleh rasionalitas publik. Sebab, pada awal pemaparan gagasan, visi misi dan program politiknya, alih-alih "mengkritik" pemaparan gagasan, visi misi dan program politiknya AMIN, Prabowo malah banyak menyinggung "kelemahan" rezim Jokowi, baik aspek demokrasi, hukum, korupsi dan penegakan hukum. Sehingga, selain melanjutkan, pasangan ini secara langsung maupun tidak langsung juga "mengkritik" dan hendak melakukan "perubahan" terhadap (beberapa) kebijakan politik Jokowi-sme. Karena, memang tidak semua kebijakan politik Jokowi-sme diterima dan dilanjutkan begitu saja.

Pada kontes itu, rasa-rasanya Prabowo hendak mengatakan bahwa tidak semua kebijakan politik Jokowi-sme harus diterima dan dilanjutkan begitu saja. Di sana perlu ada kritik, koreksi dan "penyermpurnaan" (sebagaimana istilah demikian digunakan oleh pasangan Prabowo-Gibran secara berulang kali dan bergantian dalam berbagai segmentasi kegiatan politik) terhadap kebijakan politik Jokowi-sme dan kondisi kehidupan kebangsaan yang ada dalam lingkungan kekuasaan politik Jokowi selama ini. Dengan demikian, gagasan, visi misi dan program politik Prabowo-Gibran tidak jauh berbeda dengan AMIN. Perbedaan hanya beberapa aspek saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun