“Minya’ bau” atau minyak harum ini sebagai media ritual disini, digunakan dengan menyiram tugu-tugu nisan yang akan diziarahi.
Sapri, salah satu penjual bunga, mejelaskan, minyak yang berwarna merah ini berasal dari beberapa bunga dan kembang sehingga menghasilkan aromanya harum dan diracik oleh para penjual sendiri. “minyak bau ini diracik oleh mereka sendiri, “ ungkapnya.
Selepas pintu utama yang tingginya sekitar 2,5 meter ini, Anda akan ditangkap suasana riuh rendah tukang peminta-minta yang mayoritas anak-anak dan penjual bunga disepanjang koridor halaman makam, maka siapkan uang seribuan sebelum berziarah.
Koridor-koridor ini menghubungkan masjid, pintu keluar dan masjid dan hanya koridor utama yang bertegel. Para peziarah hilir mudik melintasi koridor ini tanpa menggunakan alas kaki, sepertinya tanpa diberi tahu mereka telah paham tata cara ziarah disini.
Koridor utama bertegel warna pink hingga di dalam makam Syekh Yusuf. Pemugaran terakhir dilakukan pada tahun 2006 ini masih menyisakan beberapa tegel lama didepan pintu masuk dan di dalam makam syekh yusuf.
Diatas pintu luar yang berbentuk kubah ini terdapat prasasti berhuruf lontara yang disandingkan dengan huruf Arab Serang berbahasa Makassar dengan sentuhan cat warna emas yang ukurannya satu meter persegi. Sedangkan pintu dalam juga terdapat prasasti versi bahasa Indonesia yang berbunyi:
“Syech Yusuf Tuanta Salamaka Ri Gowa-Tajul Khalawatiah - lahir, di Gowa, Tanggal 3 Juli 1626 - Menunaikan ibadah Haji, tahun 1664 - Diasingkan oleh Belanda dari Banten ke Srilangka, tahun 1693 - Dipindahkan ke Srilangka ke Cope Town Afrika Selatan, tahun 1694 - Wafat di Cope Town, 22 Mei 1699 - Dikebumikan di Laiung-Gowa, 6 April 1705 - Pahlawan Nasional RI, 9 Nopember 1996 (Seharusnya 7 Agustus 1995) - Pahlawan Nasional Afrika Selatan, 27 September 2005”
Suasana ritual dalam makam begitu kental; asap, bau kemenyan dari dupa, dan suara doa dari juru kunci serta kekhusyukan peziarah memohon sesuatu.
Ketika memasuki ruangan yang berukuran sembilan meter persegi ini, cahaya remang menyelimuti 11 kuburan yang berjejer dua baris. Jejeran atas terdapat makam Syekh Yusuf, disebelah atau ujung barat terdapat makam Isterinya, Sitti Daeng Nisang sedangkan timurnya terdapat tiga makam, yakni Raja Gowa ke-19 Abd.Djalil atau Mappadulung Daeng Mattimung (Karaeng Sandrobone Sultan Abd. Djalil Tuminangan Ri Lakiung), Karaeng Panaikang (Istri Raja Gowa ke-19) dan Syekh Abd. Basyir (Tuang Rappang)
Sedangkan di selatan atau dibawahnya, berjejer enam makam, dari kanan ke kiri; Tuang Loeta (dari Bantaeng), Lakiung, Tanri Daeng, Tanri Uleng, Tanri Abang dan Daeng Ritasammeng.
Selain jejeran 11 kuburan, juga terdapat foto makam Syekh Yusuf di Afrika Selatan yang menghiasi dinding. Kemudian dua piagam; piagam tanda kehormatan bintang Mahaputra Adipradana dan piagam gelar Pahlawan Nasional. Piagam tersebut ditandatangani oleh Soeharto pada tanggal 7 Agustus 1995.