Jika melihat letak antara Kompleks Makam Syekh Yusuf, makam raja-raja Gowa dalam kompleks Mesjid Tua Katangka dan Makam Raja Sultan Hasanuddin dan pembesar lainnya, jaraknya tidak terlalu jauh dan posisi letaknya juga diduga tidak lepas dari keadaan geografis jaman kerajaan Gowa melawan panjajah VOC. Sebagai bekas bekas Istana Tamalate dan benteng pertahanan Kalegowa.
Menurut Liong, kompleks makam Raja Sultan Hasanuddin merupakan bekas istana Tamalate, sedangkan kerangka jenazah Syech Yusuf Tuanta Salamaka ri Gowa dikebumikan di tanah bekas benteng Kalegowa. Semasa hidupnya, kharisma Syekh Yusuf begitu besar, terutama pada masyarakat yang pernah disinggahinya; Banten, Madura, Pelambang, Srilangka, dan Afrika Selatan. Setelah kematiannya, muncul pengklaiman bahwa makam-makam beliau juga terdapat dibeberapa tempat yang hingga kini masih tetap diziarahi.
Makam Syekh Yusuf Tuanta Salamaka ini merupakan satu dari enam versi makamnya yang dianggap ada. Di Indonesia terdapat di Banten, Madura dan Palembang. Sedangkan diluar negeri berada di Afrika Selatan dan Srilangka.
Menurut Liong, lima tahun kematian Syekh Yusuf di kebumikan di Cope Town, Afrika Selatan, barulah pihak belanda mengizinkan pihak kerajaan gowa membawa jazad Syekh Yusuf. Itu pun setelah menyelesaikan beberapa persyaratan; membayar upeti. “Karena sudah lima tahun, jadi yang dibawa ke sini adalalah kerangkanya, “ Ungkapnya.
Atas perintah raja Gowa ke-19. Sultan Abd. Djalil, kerangka mayat Syekh Yusuf diambil paksa dengan 300 kapal perang kerajaan Makassar (kerajaan Gowa-Tallo) dan menyita waktu sampai tiga bulan sampai dikampung halamannya, Gowa. Sedangkan ditempat lain, kata H. Liong hanya Sorban dan tasbih Tuanta Salamaka ri Gowa. (A).
Minya’ bau’ ri Ko’bang, Nazar di Karamaka
“Bunga, Pak. Bunga, Pak “ Sodor penjual bunga kepada para pengunjung yang harganya mulai Rp 15 ribu. Harga bunga disini cukup beragam, tergantung kesanggupan dan penawaran peziarah, alisa boleh ditawar.
Pedagang bunga-kembang sesajian ini cukup banyak menawarkan di depan situs pemakaman yang juga sering disebut Karamaka atau Ko’bang ini. Mereka kadang berebutan pelanggan atau peziarah dapat membelinya di toko-toko sepanjang tepi jalan ini, terutama depan Makam.
Di toko-toko tersebut, tidak hanya menawarkan bunga sesajian, tetapi dapat menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan nazar jika terkabul; seperti ayam, kambing, kerbau, sapi, songkolo (beras ketan) dan lain-lain yang mereka sanggupi.
Uniknya, dari sesajian ini, para pedangan telah mengepaknya dalam sebuah wadah dari potongan kaleng plastik bekas cat atau kaleng biskuit Denish Monde, Arnott dan lain-lain. Lalu dibungkusnya dengan kain putih.
Dalam wadah ini terdapat segenggam kuntum kembang bunga, daun pandan, lilin merah kecil, kemenyan dan sebungkus atau sebotol minyak yang oleh mereka sebut minya' bau. “karena minyaknya harum,” jelas Sapri, yang sehari-harinya menjual bunga dikawasan itu.