Turis biasanya datang berkelompok, paling banyak 12 orang. Maka Daeng Sangkala dan warga kampung Berua dan kampong Tintingan harus menyiapkan sebanyak itu. Meski perahu sampan itu bisa memuat hingga empat orang untuk ukuran orang indonesia, namun wisatawan itu sukanya hanya berdua dengan pengayung. ”Mereka juga tidak mau naik kapal bermesin. Berisik kata mereka, ” jelas dia. Mereka memotret pemandangan dari atas perahu.
Dia menceritakan, jika turis datang, biasanya ditampung dirumah salah satu warga di kampung Tintingan. Disana, kata daeng Sangkala, mereka paling suka makan pisang goreng dan makanan tradisional ”roko-roko unti” . Makanan itu dipesan sebelumnya oleh ”guide” yang membawanya. ”Setelah makan dan istirahat barulah mereka berwisata diatas perahu, ”
Wisatawan yang suka sungai dan alam sekitarnya sepertinya sangat cocok ke daerah yang tidak jauh dari kawasan pabrik semen Bosowa ini. Perjalanan kami dari kampung Tintingan menuju jembatan Bosowa, tempat akhir perjalanan mereka memang disuguhi kekayaan eksotisme alam. Seperti gugusan bukit batu dibalik pohon nipah, pohon bakau, dan batu besar yang membentuk terowongan ditengah sungai. Juga batu yang muncul dari bawah sungai sehingga tampak seperti pohon tengah sungai.
Disekitar sungai terdapat kawasan perbatuan berwarna hitam yang diberi naman ”taman batu”. Dari sungai bentukan khas dari proses pelarutan gamping menimbulkan pemandangan yang sangat indah dan berbagai macam pohon dicelahnya. ”Di Rammang-rammang juga terdapat objek wisata purbakala bekas tangan, ” kata Sangkala.
Kawasan Salenrang adalah wilayah perbukitan kapur yang memliki bentuk khas dan unik dengan luas sekitar 13.000 hektar dan dilalui sungai dari Kampung Kassi, Desa Tonasa, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep menuju jembatan Bosowa, sungai Galanggara hingga ke laut Maros.
Setelah mampir di jembatan Bosowa lalu kembali ke jembatan Besi untuk menyaksikan gua purbakala yang terdapat bekas telapak tangan dan lukisan yang menyurupai binatang udang dan ikan. Gua ini terletak sekitar satu kilometer dari jembatan itu. ”Para turis sering masuk kesana, ” kata Ismail Daeng Baso, warga kampung Berua.
Warga setempat menamakan gua karamaka atau gua keramat, karena dipercaya sistem perekahan batu karts itu suci. Untuk mencapai objek wisata itu, akan melalui pematangan sawah, empang dan anak-anak sungai. Daerah ini berada diatas ketinggian jadi harus mendaki sekitar 10 meter.
Di dinding gua terdapat tangan kecil yang menyerupai tangan sebelah kiri, kanan serta ada juga yang tidak sempurna lima jari. Ada yang mulai hilang. Gambar binatang yang menyerupai ikan dan udang itu dapat disaksikan jika tengadah sebab gambarnya terdapat diatap dan terhimpit batu. Objek purbakala itu ditemukan dimulut gua.
Tidak sampai disitu, gua ini juga bisa dimasuki. Menurut penduduk sekitar gua itu cukup panjang dan dalam atau bertingkat-tingkat.
****
Jembatan Salenrang yang terdapat di dusun Rammang-rammang bisa dijadikan patokan untuk menuju desa terakhir atau kampung Berua yang menawarkan pemandangan bukit kapur dan goa keramaka.