"Tadi kulihat dia sedang duduk di meja bundar di bagian tengah."
"Aku mau ke sana saja," sahutku berdiri, "kau mau ikut."
Nasri menggeleng. Dia kembali bengong. Akhirnya kuletakkan kembali buku tebal Sejarah-sejarah Kecil Indonesia itu, dan kuhampiri Lia. Nasri benar, Lia duduk di meja bundar. Ada seorang gadis yang duduk bersamanya. Aku melangkah ke depan, duduk berhadapan.
"Halo, kuharap kalian tidak keberatan kalau aku bergabung," ucapku.
"Hai Az. Silakan duduk. Kulihat tadi kamu serius sekali membaca buku. Kok berhenti?"
"Bosan, Lia. Sampai sakit kepalaku membaca... buku itu." Aku sempat tertegun.
"Oh ya, memangnya apa judulnya?" tanya Lia lagi. Gadis ini memang pandai untuk menyambungkan topik.
"Sejarah kecil.... Indonesia." Aku tertegun lagi.
"Judulnya kedengaran menarik. Apa saja isinya?"
Bukan, bukan Lia yang baru saja bicara. Melainkan gadis di sampingnya. Ketika aku menoleh kepadanya, gadis itu menampilkan senyumnya yang manis. Matanya mengerjap-ngerjap, cemerlang.
"Eh isinya, isinya tentang, sejarah Indonesia."