Mohon tunggu...
Cerita Sepulang Kerja
Cerita Sepulang Kerja Mohon Tunggu... Novelis - Azhar The Explanator

Cerita yang ada di sini, ditulis sepulang kerja, sebagai pelepas penat saya, dan saya berharap siapapun yang membaca cerita ini, juga bisa melepas penatnya juga

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Buku Azka #1: Ketika Lelaki Kutu Buku Itu Jatuh Cinta

11 Maret 2024   19:26 Diperbarui: 11 Maret 2024   19:31 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diilustrasikan oleh Neural.love AI

"Aku ikut," sambutnya. Alhasil, kami bertiga pergi ke perpustakaan. Membolos secara resmi.

Diilustrasikan oleh Neural.love AI
Diilustrasikan oleh Neural.love AI

Perpustakaan Quart School adalah salah satu bangunan terluas di sekolah ini selain kantinnya. Pihak sekolah agaknya paham betul, bahwa dengan sistem pembelajaran di sekolah ini yang lain dari yang lain, menuntut para muridnya untuk banyak membaca referensi dari luar. Jadilah pihak sekolah membangunkan perpustakaan yang besar dan megah serta mengisinya dengan ribuan buku yang update dan keren-keren. Katakan padaku kawan, apakah mungkin sekolah berharap murid-muridnya rajin membaca kalau perpustakaannya saja tak terurusu, sepertinya tidak ya?

Selamat datang di Perpustakaan Quart School.

Begitu masuk, mencatat nama di buku pengunjung, aku langsung pergi ke rak khusus buku-buku sejarah. Ada sebuah buku yang belum tamat kubaca. Judulnya Sejarah-sejarah Kecil Indonesia. Buku ini tebal bukan main, kawan. Namun, kalimat Pak Hadi yang bilang kalau buku ini adalah sumber kajian komprehensif bagi siapa saja yang ingin mempelajari sejarah Indonesia, membuatku tertantang. Aku ingin menamatkan buku ini. Sekarang aku punya banyak waktu, satu setengah jam sebelum bel pulang berbunyi.

Lain aku, lain lagi dua temanku. Nasri begitu sampai di perpustakaan, langsung mencari tempat duduk lesehan, lalu dia duduk selonjoran, bersandar, dan bengong. Bengong saja. Adapun Lia langsung membaur dengan beberapa murid lainnya yang ada di dalam perpustakaan.

Setengah jam berlalu, aku yang tadi membaca dengan berapi-api, kini mulai bosan. Tak mudah memang kawan, untuk fokus membaca di perpustakaan macam ini. Kucoba membujuk diri membaca lagi, tapi lima menit kemudian, aku menyerah. Pusing kepalaku.

"Ada apa?" tanya Nasri, melihatku meletakkan buku sambil menghela nafas. Seperti orang putus asa.

"Di sini juga membosankan."

"Sebaliknya, bagiku di sini sangat tenang."

"Omong-omong, mana Lia? Apakah kamu melihatnya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun